⚖️ 2. Thats True, Life is Scary

45 17 0
                                    

⚖️⚖️⚖️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚖️⚖️⚖️

Niatnya ingin have fun dan bolos dengan tenang, tetapi lihat aku sekarang! Hanya duduk di kursi kemudi sembari menyetir keliling kota dengan masih memakai seragam putih abu-abu. Huh, tahu begini aku bawa baju ganti saja!

Entah kenapa tiba-tiba aku teringat ucapan Eja tadi. Ucapan yang tadinya aku anggap angin lalu itu saat ini mulai terngiang-ngiang di otakku. "Ntar kalo Oma lo udah nggak ada, terus lo masih urakan nggak jelas kayak gini, siapa yang nerusin bisnis keluarga lo?"

Ada benarnya juga yang dikatakan Eja tadi. Masalahnya di sini, aku adalah satu-satunya penerus yang Oma punya. Oma hanya punya satu anak tunggal, yaitu Papa. Mama adalah anak yatim-piatu dan tidak punya saudara juga, alias anak tunggal. Jadi, di sini Oma sudah tak punya siapa-siapa selain aku. Hanya di dalam diriku mengalir darah keluarga Yudhistira. Ah, lo mikirin apa, sih, Je? Duit Oma aja ngalir kayak air terjun gini. Masa muda jangan disia-siain! batinku yang kembali berpikir normal.

Tak perlu pusing memikirkan masa depan seperti Nanad-lah. Lebih baik aku nikmati saja apa yang ada. Toh, yang mereka ucapkan itu salah besar.

⚖️

"Siang, Oma ... Jeje pulang!" Baru saja aku masuk ke rumah, di ruang tamu sudah terlihat banyak orang memakai jaket kulit berwarna hitam yang duduk di sofa. Ada sekitar empat orang. Di sana juga terdapat Oma yang duduk di tengah-tengah mereka. Otomatis aku langsung diam seketika, karena malu. Ya, aku pikir tadi tidak ada orang, pintu depan saja ditutup.

Aku langsung ke dapur untuk minum, ternyata di dapur ada Bi Lilis yang terdiam dan melamun di kursi. "Bibi, kenapa? Kok, kayak shick shack shock gitu?" tanyaku keheranan sembari masih membuka kulkas dan mengambil air dingin. Minuman yang jadi tujuanku adalah jus jeruk yang sangat segar.

"I-itu, Non ...." Suara Bi Lilis bergetar, membuatku makin bertanya-tanya apa yang terjadi.

"Apa, Bi? Ada hubungannya sama orang-orang itu?" tanyaku yang makin penasaran. Namun, Bi Lilis hanya diam seolah ada hal besar yang membuatnya shock. Tak mau berlama-lama menunggu jawaban dari Bi Lilis yang malah lanjut diam itu, aku berinisiatif ke ruang tamu untuk menyusul Oma.

Ternyata orang-orang tadi sudah pergi, sekarang hanya tersisa Oma sendirian di ruang tamu. Setelah aku mendekat, banyak sekali berkas-berkas yang entah apa isinya, ada di atas meja. Oh ... apa jangan-jangan Oma juga mau mendaftarkan aku kuliah? Ini pasti Oma janjian dengan papa mamanya Nanad.

"Oma ... kenapa ini?" tanyaku pada Oma, tetapi Oma malah hanya diam seperti Bi Lilis. Aneh, seisi rumah kenapa, sih? Oh, jangan-jangan mereka sedang mogok bicara padaku? Bisa saja, kan? Cara Oma untuk menegurku itu banyak sekali.

Aku menaruh gelas berisi jus jeruk yang aku bawa ke meja, kemudian mengambil salah satu kertas itu. "Surat izin penyitaan aset Perusahaan Yudhistira." Hah?! S-surat penyitaan aset? Mulutku sama melongo seperti ikan yang kehabisan napas. Penyitaan itu artinya rumah Oma akan disita, kan? Tolong beri tahu aku jika ini hanya mimpi! "Oma ... ini nggak bener, kan, Oma?"

Penghujung Rasa [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang