Happy reading...
Don't forget to vote and comment guys!"KAKAK!" Mees menoleh ketika Gaizka masuk ke dalam ruangannya sambil memekik. Nafas pria manis itu tak teratur, seperti habis lari maraton. Belum lagi keringat yang menetes di pelipisnya, dan juga wajah yang memerah.
"Abis ngapain? Main bola?" Tanya Mees yang dibalas gelengan kepala oleh Gaizka.
"Ndak, abis naik tangga darurat," balasnya sembari mengistirahatkan tubuhnya di atas sofa.
"Udah disediain lift, malah naik lewat tangga darurat, nyusahin diri sendiri emang," gumam Mees dengan menggelengkan kepalanya kecil.
"Kenapa capek ya?" Tanya Gaizka sambil mengibaskan tangannya. Dirinya merasa lelah dan juga panas di waktu yang bersamaan.
"Kakak, haus, pengen minum," ujar Gaizka membuat Mees menatapnya bingung.
"Itu, ada minum," balasnya menunjuk botol air mineral yang tergeletak di atas meja.
"Ndak mau ini, pengen hayoloh," ujarnya, hingga Mees semakin bingung dibuatnya.
"Apalagi nih anak?" Batin Mees.
"Hayoloh? Emang ada minuman hayoloh?" Tanya Mees yang dibalas anggukan kepala oleh Gaizka.
"Ada, di sini ada Ndak ya? Kayaknya ada deh. Ayo beli!" Ajaknya antusias, dia menghampiri Mees, lalu menariknya agar Mees berdiri.
"Nggak ada minuman hayoloh di sini, yang lain aja gimana?" Balas Mees, tetapi Gaizka menggelengkan menolak.
"Adaaaa, ada minuman hayoloh. Makanya ayo cari," desak Gaizka yang masih menarik tangan Mees.
"Bentar, yang gimana dulu?" Gaizka berkacak pinggang. Menurutnya, Mees terlalu banyak bertanya.
"Masa kakak Ndak tau minuman hayoloh?" Seru Gaizka sedikit kesal.
"Ya nggak tau, coba Lo tanya ke orang-orang sini, pasti mereka juga nggak tau minuman hayoloh," balas Mees.
"Makanya ayo cari! Nanti aku tunjukin minuman hayoloh. Kakak harus cobain juga." Mees menghela nafasnya pelan, dia melepas kaca matanya, kemudian mengikuti kemana Gaizka menariknya.
"Kalo nggak ada jangan nangis," ucap Mees yang dibalas anggukan kepala oleh Gaizka.
"Uhm, tapi gantinya beli permen," kata Gaizka sembari menunjukkan cengiran kudanya.
"Gaizka mau kemana?" Tanya salah satu pekerja ketika berpapasan dengan Mees dan juga Gaizka.
"Mau beli hayoloh, kakak mau?" Tawarnya membuat orang itu mengerutkan dahinya bingung. Dia melirik Mees, bosnya itu juga terlihat bingung.
"Hayoloh?" Gumamnya.
"Kakak juga Ndak tau hayoloh? Ish! Kenapa di sini orangnya katrok-katrok sih?!" Gerutu Gaizka kesal sendiri.
"Udah, ayo buruan. Gue masih ada kerjaan." Gaizka mengangguk, kembali menarik tangan Mees menuju kantin, sementara orang tadi hanya menggaruk kepalanya bingung.
Gaizka berhenti tepat di depan pendingin minuman, matanya berbinar mencari minuman yang dia inginkan.
"Mana coba?" Tanya Mees pada Gaizka, dia berdiri di belakang Gaizka, menunggu pria manis itu.
"Aku cari dulu." Jari Gaizka mencari setiap minuman yang berjejer rapi di pendingin tersebut, dirinya mendesah kecewa ketika tak menemukan minuman yang ia inginkan.
"Ih kenapa Ndak ada? Yang rasa coklat tau, ada gambar jerapahnya, bangau, banyak deh," gumamnya sedih. Dia beralih ke pendingin minuman yang belum ia jelajahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mees And The Candy Lover
Fiksi PenggemarKehidupan Mees, pemuda mandiri, berubah drastis ketika sahabatnya, Ezio, menitipkan adiknya yang kabur dari rumah. Gaizka, remaja laki-laki dengan sifat kekanak-kanakan, membuat Mees kewalahan. Namun di balik tingkahnya, tersimpan hati polos dan pen...