Happy readingg....
Malam harinya, Gaizka terbangun. Dia menyibak selimut kemudian merentangkan tangannya ke atas untuk meregangkan otot yang terasa kaku.
"Hoaam, jam berapa sekarang?" Gumamnya dengan tangan meraba sisi kasur, berusaha mencari ponselnya.
Setelah dapat, Gaizka mendesah kecewa karena Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. "Yah jam 11, ndak jadi ke mall dong," lanjutnya lesu.
Gaizka mendudukkan dirinya, dia masih mengerjapkan matanya pelan guna mengumpulkan kesadarannya.
Suasana di kamar sudah gelap, hanya ada penerangan dari lampu tidur. Di depan sana, Gaizka melihat Mees yang terlelap di atas sofa.
"Enak nih buat kabur," gumam Gaizka dengan tersenyum penuh arti.
Setelah memantapkan niatnya, Gaizka turun dari ranjang dengan sangat hati-hati. Dia berjalan mengendap mendekati Mees untuk memastikan pria itu tertidur lelap.
Gaizka melambaikan tangannya tepat di depan wajah Mees. Setelahnya dia meletakkan jari telunjuknya di bawah lubang hidung Mees.
"Masih hidup," bisiknya. Merasa Mees benar-benar tertidur, Gaizka lalu berjalan ke arah pintu kamar.
"Jangan ada suara, jangan ada suara." Mantra itu Gaizka ucapkan saat dia berusaha membuka pintu kamar.
Beberapa saat Gaizka mencoba, akhirnya pria manis itu berhasil membuka pintu kamar. Dengan menahan kegirangannya, Gaizka berjalan keluar untuk mencari kopernya.
"Hihihi ayo kita pulang," bisik Gaizka sembari menarik kopernya. Sebelum keluar, dia meneliti barang-barangnya kembali.
"Eh kok visa aku ndak ada?" Gaizka mulai panik, dia mencari visanya yang tiba-tiba hilang. Padahal seingat dia, dia tidak mengeluarkannya ketika keluar dari bandara.
"Ihh kenapa Ndak ada?" Tangan Gaizka terus mengeluarkan barang-barang dari kopernya, berharap ia bisa menemukan visanya.
"Aaaa kemana visa aku? Atau jat--eh ada permen satu!" Pekiknya semangat, dia membuka bungkus permen tersebut dan melupakan kepanikannya sendiri.
"Eum! Manis banget, tapi enak. Nanti beli lagi ah," celoteh Gaizka yang merasakan rasa dari permen tersebut.
"O iya, lagi nyari visa kan tadi, Dimana ya? Masa jatuh? Terus aku pulang gimana? Aaaa Daddy, anak bungsu Daddy jadi anak ilang sekarang," gerutunya yang kembali disibukkan mencari visa.
Di tengah kesibukkan Gaizka, dia tak menyadari Mees yang entah dari kapan sudah memperhatikannya dari belakang.
Pria itu dengan rambut yang berantakan, wajah yang mengantuk, dan juga tangan yang bersedakap dada, menyandarkan tubuhnya pada tembok. Mengawasi Gaizka yang ribut sendiri.
Mees menggelengkan kepalanya, ketika orang lain bepergian, pasti mereka mementingkan membawa pakaian dan peralatan mandinya.
Tetapi Gaizka, ternyata isi koper pria manis itu penuh dengan permen! Meskipun dia membawa beberapa baju, tetapi lebih banyak permen dari baju.
"Katanya nggak punya permen?" Celetuk Mees membuat Gaizka berdecak kesal tanpa sadar.
Kemudian dia menjawab, "ck, aku tadi cuma bohongin kakak Mees tau, biar aku bisa kabur! Tapi sekarang visa aku hilang."
Detik kemudian, Gaizka tersadar. Kepalanya otomatis menoleh ke belakang dimana Mees masih memantaunya.
"Jadi gitu rencananya?" Tanya Mees sambil mendekati Gaizka. Dia sedikit menundukkan tubuhnya saat berada di hadapan Gaizka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mees And The Candy Lover
FanfictionKehidupan Mees, pemuda mandiri, berubah drastis ketika sahabatnya, Ezio, menitipkan adiknya yang kabur dari rumah. Gaizka, remaja laki-laki dengan sifat kekanak-kanakan, membuat Mees kewalahan. Namun di balik tingkahnya, tersimpan hati polos dan pen...