Happy reading...
"Adek gue lagi ngapain?" Tanya Ezio yang tiba-tiba menelpon Mees di malam hari hanya untuk menanyakan kabar Gaizka.
"Kenapa Lo nggak nelpon sendiri aja?" Balas Mees bingung. Tangannya terangkat untuk menenggak minuman kaleng yang ia pegang.
"Males, nanti dia ngerengek minta dijemput," balas Ezio membuat Mees mencibir.
"Kangen tapi gengsi setinggi langit," ejek Mees sembari tertawa pelan.
Mees mendengar decakan kesal dari sebrang sana, hingga tawanya semakin mengudara mendengar itu.
"Tinggal bilang lagi ngapain aja ribet banget," sentak Ezio kesal. "Buruan, ini ditungguin bang Asta."
"Iya,iya." Mees menenggak minumannya hingga habis, dia membuang sampahnya, dan masuk ke dalam apartemen untuk melihat apa yang sedang dilakukan oleh Gaizka.
"Adek Lo lagi ngitung permen," balas Mees membuat Ezio berdehem kecil.
"Uhm, ngrepotin nggak selama di sana?"
"Serius Lo masih nanya kayak gitu?" Tanya Mees tak percaya. Karena sudah pasti Ezio mengetahui jawabannya tanpa bertanya sekalipun.
"Ya kan siapa tau dia jadi berubah gitu, hidup sama orang lain," balas Ezio sembari terkekeh pelan.
"Tetep kayak bocil. Suka permen, suka ngerjain, ya cukup menguji kesabaran gue," Ezio semakin tertawa mendengar itu, ternyata tak buruk menitipkan Gaizka pada seorang Mees yang terkenal kaku.
"Heh!" Gaizka berkacak pinggang. Menatap Mees kesal dengan mata menyipit. "Lagi ngomongin aku ya?" Tuduhnya pada Mees.
"Nggak usah GeEr!" Seru Mees kemudian ingin pergi ke kamarnya, tetapi Gaizka malah mengejar dan menghadangnya sembari merentangkan tangannya.
"Ndak boleh boong. Tadi aku denger tau! Kamu pasti lagi telfonan sama kakak Ezio ya?" Mees memutar bola matanya malas, dia mendorong kening Gaizka menggunakan jari telunjuk hingga Gaizka mundur beberapa langkah.
"Denger kan?" Tanya Mees pelan pada Ezio. Dan dia mendengar temannya itu tergelak.
"KAKAK EZIO! JEMPUT ADEK KAKAK! ADEK NDAK TAHAN HIDUP SAMA KAKAK MEES!" Pekik Gaizka membuat Mees langsung membekap mulut pria manis itu.
"Eummmpp!" Gaizka menepuk punggung tangan Mees agar pria itu melepaskan tangannya. Tetapi Mees tidak memperdulikannya.
"Udah dulu." Mees memutuskan panggilannya sepihak, lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.
"Aah!" Mees memekik lantaran Gaizka menggigit tangannya. Sontak dia melepaskan tangannya dan mengibaskannya pelan guna menghilangkan rasa sakitnya.
"Sakit!" Seru Mees sambil mendelik sebal. Bahkan terdapat bekas gigitan di antara jari telunjuk dan ibu jarinya.
"Wleek." Gaizka menjulurkan lidahnya mengejek Mees. Pria manis itu tersenyum penuh kemenangan melihat ekspresi Mees.
"Rasain! Aku ndak bisa nafas tau! Kalo aku mati gimana? Kakak Mees nanti udah di penjara seumur hidup, terus aku gentayangin, hihihi," celoteh Gaizka seperti menakuti Mees.
Mees menatap Gaizka datar. Sama sekali tidak takut dengan cerita Gaizka, "nanti gue kasih permen, biar arwah Lo nggak gentayangin gue lagi," ucapnya.
"Banyak-banyak?!" Tanyanya antusias. Matanya berbinar seperti bintang di langit malam.
Mees berdecak kesal. Menyalahkan dirinya karena meladeni kerandomam Gaizka. Dan itu semakin membuatnya pusing.
"Udah, tidur. Udah jam 10. Besok Lo harus ikut gue," ujar Mees membuat Gaizka mengerjapkan mata bulatnya bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mees And The Candy Lover
FanfictionKehidupan Mees, pemuda mandiri, berubah drastis ketika sahabatnya, Ezio, menitipkan adiknya yang kabur dari rumah. Gaizka, remaja laki-laki dengan sifat kekanak-kanakan, membuat Mees kewalahan. Namun di balik tingkahnya, tersimpan hati polos dan pen...