Happy reading....
Mees mengacak rambutnya frustasi. Dirinya mengerang kesal lantaran ucapan Jia selalu saja terngiang-ngiang di kepalanya.
"Nggak usah sok tau deh kalian. Emang Mees siapanya Gaizka sampe larang-larang Gaizka mau Deket sama siapapun?"
"Argghhh!" Mees membanting dirinya di atas sofa. Sembari memejamkan matanya, berharap kata-kata itu hilang dari kepalanya.
Ceklek!
Gaizka masuk ke ruangan dengan langkah kecil, kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri seperti mencari sesuatu.
"Permen aku mana ya tadi?" Gumam Gaizka yang masih bisa didengar oleh Mees. Dia menjelajahi ruangan Mees berharap menemukan permennya yang hilang.
Mees meraba di sofa yang ia duduki. Tersenyum miring saat tangannya menemukan permen yang Gaizka cari.
"Kakak Mees, coba berdiri dulu, kayaknya permen aku ada di sini," seru Gaizka membuat Mees membuka matanya.
"Nyari ini?" Tanya Mees sembari mengangkat permen yang ia temukan sedikit lebih tinggi.
Gaizka tersenyum bayi, dia menganggukkan kepalanya ingin mengambil permen tersebut, tetapi Mees segera menjauhkannya.
"Ih, sini!" Gaizka berusaha menggapai permen itu, namun kakinya tak sengaja tersandung kaki Mees hingga dirinya terjatuh di atas pangkuan Mees.
Mees menaikkan sebelah alisnya, melemparkan tatapan remeh yang membuat Gaizka semakin kesal melihatnya.
"Sini permennya! Mau aku makan tau!" Pekik Gaizka pada Mees. Wajah pria manis itu cemberut, tangannya terulur ke depan berharap Mees mau memberikan permennya.
Mees mendongak, tersenyum miring melihat Gaizka yang terlihat kesal. Jangan lupakan wajahnya yang memerah menahan tangis.
"Sini, kakak!" Gaizka ingin merebut permen tersebut, namun Mees menahan pinggangnya hingga pergerakannya terbatas.
Mees dengan cepat membuka bungkusnya hingga Gaizka membelalakan matanya melihat itu.
"Jangan dimakan!!" Rengek Gaizka semakin kesal. Pasalnya permen itu, permen terakhir yang ia punya hari ini, tetapi Mees malah memakannya.
Mees tidak memperdulikan itu, dia menggigit setengah dari permen itu lalu menatap Gaizka sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Mau? Ambil sendiri," ucap Mees sembari menahan permen di bibirnya. Tatapan menantang ia tunjukan pada Gaizka yang sedari tadi terdiam.
Gaizka ingin mengambil menggunakan tangan, tetapi Mees segera menghentikannya. "Don't use your hands, use your lips," desis Mees.
"Ck! Itu permen terakhir aku! Balikin Ndak?" Ujar Gaizka sembari berkacak pinggang. Ekspresinya sangat garang agar Mees mengembalikan permennya, namun Mees malah menggelengkan kepalanya.
"Ambil sendiri kalo mau." Gaizka berdecak kesal. Dirinya tak ingin mengikhlaskan permen tersebut lantaran permen itu benar-benar permennya yang terakhir.
Di luar sedang badai salju, tak mungkin mereka pergi hanya untuk sekedar membeli satu permen bukan?
Gaizka meneguk ludahnya kasar, dia menatap Mees terlebih dahulu sebelum memutuskan dirinya akan mengambil permen tersebut.
"Ayooo, gue makan nih." Gaizka menggelengkan kepalanya cepat agar Mees tidak melakukan itu.
Gaizka lalu memajukan wajahnya perlahan, sembari mengatur nafasnya, tatapan dia fokus pada permen yang berada di bIbir Mees.
Sementara Mees meremas kecil baju yang dikenakan oleh Gaizka. Entah kenapa dirinya ikut gugup, apalagi saat merasakan deru nafas Gaizka yang menyapu wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mees And The Candy Lover
Fiksi PenggemarKehidupan Mees, pemuda mandiri, berubah drastis ketika sahabatnya, Ezio, menitipkan adiknya yang kabur dari rumah. Gaizka, remaja laki-laki dengan sifat kekanak-kanakan, membuat Mees kewalahan. Namun di balik tingkahnya, tersimpan hati polos dan pen...