6

92K 4.5K 19
                                    

6

"MAMIIII!" Kaget karena mimpi melihat jamur besar dan panjang yang bisa bicara, berjalan, bahkan berlari mengejar Peony dengan wajah seram, Peony terbangun sampai membuatnya terduduk.

"Random banget mimpi gue," gumam Peony, lalu menatap sekeliling. Kamar yang luas, tentu bukan kamarnya karena kamar ini, walau cantik, tetapi kuno. Bukan kamar ideal Peony.

Perempuan itu masih mengenakan piayama seksi semalam. Benar. Semalam dia bersama Kaisar, lalu Peony tak sadarkan diri setelah melihat sesuatu dari tubuh Kaisar Khezar.

"Tuh, kan!" gumamnya sambil menggigit kuku. "Sesuatu yang dilihat secara langsung sama mata kepala sendiri itu jauh lebih mengerikan, ugh. Kok punya cowok yang sebesar itu bisa masuk ke punya cewek, sih?"

Peony membuka selimut, lalu menatap tubuhnya dalam diam. Bagian bawahnya aman-aman saja. Tidak perih seperti yang diceritakan di novel-novel. Berarti Kaisar tidak menggaulinya saat pingsan. "Untung dia nggak sejahat itu...."

Ketika Peony bergerak untuk turun, dia dikejutkan oleh darah yang banyak di seprai. Peony mematung, lalu mengecek celana dalamnya. Dia tidak haid. Diliriknya darah di seprai itu sambil meneguk ludah. "Darah perawan gue ...? Nggak! Nggak mungkin!" Sungguh, bagian bawah Peony baik-baik saja.

Peony menoleh kaget ketika pintu kamarnya yang terbuka. Dia pikir Kaisar Khezar. Rupanya seorang perempuan tua yang merupakan Kepala Pelayan di istana. Perlahan-lahan Peony menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang hanya mengenakan pakaian kurang bahan ketika beberapa pelayan perempuan lainnya masuk. Para pelayan yang masuk berbeda dengan pelayan yang semalam memandikan Peony.

"Maaf, Nona Peony. Saya masuk karena Anda tidak menjawab panggilan saya. Apakah Anda baik-baik saja, Nona Peony?" Kepala Pelayan, Nyonya Easter, berdiri tak jauh dari tempat tidur sembari menunduk pelan.

"Aku baik-baik saja...," balas Peony sembari menutupi darah tadi dengan selimut, walau tak ada gunanya juga. Para pelayan itu juga akan melihat saat mencucinya.

"Mereka pelayan pribadi Anda mulai sekarang." Nonya Easter kembali menunduk. "Saya permisi dulu, Nona. Mereka akan menyiapkan air untuk mandi dan gaun untuk Anda. Anda akan sarapan pagi bersama Yang Mulia."

"Baik."

Setelah Nyonya Easter keluar, Peony melirik beberapa pelayan yang mulai pergi mengurus pekerjaan masing-masing. Seorang pelayan lainnya berdiri di luar tepi tempat tidur sembari menunduk pelan. "Silakan bangun, Nona."

Peony perlahan turun setelah menutup baik-baik darah, entah milik siapa, di seprai. Peony yakin bukan miliknya karena dia baik-baik saja. Sungguh. Peony berusaha berpikir positif. Diliriknya pelayan yang sedang mengganti seprai. Pelayan tersebut terlihat terkejut, lalu melirik Peony dengn ekspresi datar. Pelayan itu kembali fokus pada pekerjaannya setelah tertangkap basah oleh Peony.

Peony berjalan ke kamar mandi dituntun oleh dua pelayan. Bahkan mereka membuka pakaian Peony. Dia sudah melewatkan hal yang sama seperti semalam jadi tidak terlalu terkejut meski agak risi.

[]

Tidak ada yang bisa diajak bicara. Para pelayan itu sepertinya tak mau berinteraksi dengan Peony. Padahal Peony ingin punya teman cerita agar tak bosan.

Dia duduk di kursi. Di depannya ada sebuah cermin meja rias. Bukan hanya satu pelayan yang mengurus rambut panjangnya, tetapi tiga. Sementara yang lain menyiapkan sepatu untuk Peony.

Peony menyipitkan sebelah mata kala rambutnya seperti ditarik paksa. Ditatapnya cermin yang memperlihatkan wajah pelayan yang menyisirnya dengan kasar. "Apakah kau bisa menyisir rambutku dengan baik?"

"Maafkan saya, Nona," balas pelayan itu dengan santai. Tak ada penyesalan sedikit pun di wajahnya.

Terdengar juga suara tawa dari agak jauh. Lalu Peony menangkap basah ekspresi pelayan itu lewat cermin.

Pelayan-pelayan ini meremehkan Peony.

Apa dia diperlakukan seperti ini karena hanya seorang gundik?

Lihatlah. Peony bahkan tak bisa berbuat apa-apa saat Kaisar yang menjadikannya rendah seperti itu, tetapi yang disalahkan selalu pihak perempuan.

Peony masih sedikit punya kesabaran.

"Berhenti menyisir rambutku. Rambutku itu lurus dan halus. Mengapa dari tadi aku merasa seseorang berusaha membuat rambutku menjadi kasar, ya?" tanya Peony sarkas. Dia lalu berdiri dan membuang semua aksesoris di rambutnya, membiarkan rambutnya polos. "Bawakan aku sepatu."

Seorang pelayan menaruh sepatu di lantai dekat Peony. Peony langsung memakainya dan berjalan meski sepatu itu belum masuk sempurna di kedua kakinya. "Antarkan aku segera ke ruang makan."

Peony keluar dari kamar. Dua pelayan yang paling belakang saling senggol dan berbisik. "Lihatlah perempuan itu. Aku mendengar bahwa ibunya seorang penggoda. Tak berbeda jauh dengannya. Sepertinya, dia mengincar kursi permaisuri seperti ibunya."

[]

"Mengapa wajahmu cemberut?"

Peony disambut oleh Kaisar Khezar yang wajahnya berseri-seri pagi ini.

"Bukan urusanmu," balas Peony. Lebih baik bersikap tak sopan daripada pura-pura sopan. Toh, Peony tak takut mati. Justru bagus dia membuat Kaisar marah agar membunuhnya.

"Silakan duduk di sini, Nona." Seorang pelayan laki-laki menarik kursi di dekat Kaisar.

Padahal Peony ingin duduk di ujung, tetapi tak ada makanan di ujung meja seberang. Semua makanan hanya ada di dekat Kaisar. Jadi, Peony mendatangi kursi yang telah digeser oleh seorang pelayan laki-laki tadi.

"Keluarlah," kata Peony pada pelayan laki-laki tersebut yang lansung dilaksanakan. Sehingga saat ini hanya ada Peony, Kaisar, dan makanan-makanan yang membuat liur Peony nyaris menetes. Semalam Peony hanya makan sedikit karena tak nafsu makan setelah melihat darah dan kepala di mana-mana.

Peony mengambil daging. Meski tak seenak masakan koki di restoran bintang lima langganan keluarga Peony, tapi lumayanlah.

Kaisar bertopang dagu dan senyum-senyum menatap Peony.

"Mengapa Anda melihatku seperti itu? Anda seperti orang idiot saja," kata Peony, ketus sembari memotong daging dengan pisau.

Tak menggubris umpatan Peony, Kaisar malah bertanya. "Kau baik-baik saja?"

Peony yang langsung terbayang kejadian saat bangun, langsung menatap Kaisar sepenuhnya. Dia ingin sebuah kepastian. "Aku melihat banyak darah di seprai saat bangun. Darah itu milik siapa?"

"Siapa lagi jika bukan milikmu?"

Peony langsung keringat dingin. "B—bohong! Aku tidak merasakan keanehan di tubuhku saat bangun!"

Kaisar tersenyum. "Aku melakukannya saat kau pingsan."

"Anda bercanda, kan...?" Peony benar-benar terkejut. Dirinya yakin masih perawan. Kecuali ... misalnya pagi-pagi sekali Kaisar mendatangkan seorang penyembuh sehingga Peony tak merasakan nyeri apa pun. Peony menggeleng panik. "Pasti Anda bercanda! Tak mungkin Anda melakukan hal itu saat aku pingsan."

"Pingsan?" Lihatlah mata Kaisar yang terlihat jenaka seolah sedang mengisengi Peony. "Kau tidak pingsan. Kau bahkan menikmatinya dan membuatku kewalahan karena memintaku melayanimu hingga puluhan ronde."

[]



 

PEONY - Antagonist's Sex SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang