8

48.5K 2.5K 33
                                    

8

Setelah kejadian itu, mereka tak dipecat karena Peony meminta Kepala Pelayan untuk menarik surat pemecatan. Alasannya tentu saja Peony ingin membuat mereka tak tahan dengan sikap Peony hingga berencana untuk membunuh Peony. Kejadian tadi membuat Peony mendapatkan ide berlian.

Mungkin saja salah satu dari mereka akan tak tahan pada Peony, lalu suatu hari nanti diam-diam memasukkan racun di makanan Peony.

Para pelayan pribadinya berkumpul. Tak peduli apakah Kaisar mengizinkannya untuk berbuat seenaknya pada mereka atau tidak. Peony hanya ingin menjalankan rencananya sekaligus meluapkan emosi.

"Apa posisiku hina di mata kalian sehingga kalian seenaknya? Jika kalian tak ingin mati karena aku mengadu pada Kaisar tentang kelakuan kalian itu, maka sadar diri lah detik ini. Paham?"

"Paham, Nona!" Mereka berbicara tegas, tapi pelan. Diliriknya pelayan yang tadi dia permalukan. Pelayan itu masih menahan isakan.

"Jangan menangis. Kau mau aku permalukan di depan banyak orang lagi?"

Pelayan itu menggeleng kencang.

"Baiklah. Aku pikir kalian semua paham seperti apa aku sebenarnya. Aku adalah perempuan tak tahu malu dan bisa mempermalukan orang-orang yang mencari gara-gara denganku." Peony bangkit dari sofa. "Antarkan aku ke taman. Aku ingin jalan-jalan di sana."

[]

Alas sepatu Peony menyentuh rumput yang terpotong rapi dan terawat di taman istana. Dia fokus memandang bunga lily yang bermekaran, mengingatkannya pada sahabatnya, Lily. Apakah sahabat terpolosnya itu baik-baik saja?

Teringat ucapan Peony beberapa saat sebelum kecelakaan mengenai kekhawatirannya tentang memasuki dunia novel. Nama Lily juga ada dalam tokoh sebuah novel latar kerajaan, seorang selir Kaisar yang berselingkuh dengan Putra Mahkota. Jika benar Lily memasuki dunia novel itu, maka akan sangat berbahaya bagi Lily-nya yang polos dan tulalit.

"Salam kepada Dewa Kekaisaran!" Para pelayan menunduk pada Kaisar Khezar yang baru saja muncul di dekat mereka.

Peony mendengkus di balik kipas bulu yang baru saja sengaja dia arahkan ke wajahnya untuk menutupi setengah wajahnya itu. "Mengapa Anda di sini?"

Kaisar menatap para pelayan. "Kalian semua. Pergilah. Aku ingin berduaan dengan perempuanku."

"Jangan pergi!" seru Peony pada pelayan yang berbalik. Mereka segera berhenti dan menoleh takut pada Peony.

"Lakukan yang kukatakan. Siapa yang akan kalian dengarkan?" tanya Kaisar dengan suara mecekam.

"Baik, Yang Mulia!" seru mereka dengan suara gemetar, lalu melangkah dengan buru-buru menjauh dari sana.

Peony berdecak, lalu memutar bola mata saat ditatapnya Kaisar. Lagi-laki Kaisar mengulum senyum tipis. "Hei, Khezar. Ada apa denganmu? Mengapa selalu melihatku seperti aku ini adalah seorang badut?"

Kaisar melangkah mendekat, membuat Peony segera mundur. Ingin berlari, tetapi terlambat karena Kaisar langsung mengangkatnya ke gendongan. "Panggil aku Khezar. Selalu."

"Tidak akan." Peony berontak, tetapi usahanya jelas gagal. Dia lelah dan mengalungkan kedua tangannya di leher Kaisar. Ditatapnya sebuah tanaman tinggi mirip labirin. Peony mulai merasa ada yang tak beres.

Ketika Kaisar berhenti, laki-laki itu menidurkan Peony di atas rumput dan menahan diri di atas Peony.

"Apa yang kau lakukan...!" seru Peony panik ketika wajah Kaisar mendekat sembari mengusap bibir lembut Peony. "Khezar!"

"Apa lagi? Bukankah tadi saat di lorong istana, kau memberiku jari tengah? Itu ajakan bercinta, kan?"

Peony meneguk ludah. "Tidak! Tentu saja tidak! Aku sedang menghinamu, bukan mengajakmu seperti itu! Ugh, lagipula, ini ... di tempat terbuka."

"Lalu?"

"Jangan lakukan apa pun. Paham?"

"Jika aku ingin melakukan sesuatu dengamu di sini, kenapa? Kau akan memarahiku?"

"Iya!"

Kaisar terkekeh. "Baiklah. Marahiku aku sekarang. Umpati aku, Peony."

Peony menggigit bibir kesal. Kedua kakinya berontak, tetapi tertahan oleh kedua kaki Kaisar. Peony tak bisa melakukan apa pun lagi ketika bibir Kaisar meraup bibir Peony dan mulai mengisapnya.

Peony lagi-lagi seperti melayang. Dia memejamkan mata dan jantung yang berdegup kencang. Ketika lidah Kaisar menyelusup di dalam mulutnya dan bermain-main di sana, Peony nyaris mengeluarkan suara desah yang membuatnya segera sadar.

"Berhenti!" Didorongnya dada Kaisar ketika laki-laki itu sempat menjauh untuk bernapas. Rambut Peony diusap dengan lembut oleh jemari Kaisar sembari tersenyum menenangkan.

"Bisa menyingkir?" Peony memohon dengan suara parau. Pantas saja Kakak selalu mengingatkannya untuk tidak berpacaran apalagi berdua-duaan dengan laki-laki. Jadinya akan seperti ini. Peony yang menolak keras seks sebelum menikah, merasakan bagian di bawah sana berdenyut-denyut, basah, dan terasa hangat. Apalagi terasa ada tonjolan yang berasal dari Kaisar meski laki-laki itu menahan sedikit tubuh bawahnya untuk tidak terlalu rapat.

"Tidak." Sesaat setelah menjawab demikian, Kaisar kembali menyatukan bibir mereka dan memperdalam ciumannya.

Berhentiiii! Gue mau pipis, Khezar! seru Peony, hanya bisa dalam hati karena Kaisar tak memberi kesempatan Peony bicara karena terus mencium bibir Peony dalam waktu beberapa menit.

[]


PEONY - Antagonist's Sex SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang