7

85.8K 4.7K 93
                                    

7

"Aku? Yang meminta?" Ujung mata Peony berkedut-kedut. "Mustahil!" Peony menggigit bibir gelisah. "Omong kosong! Anda pembohong!"

"Untuk apa aku berbohong?" Kaisar mengambil gelas anggur dan meminumnya. Matanya yang seolah tersenyum itu melirik Peony. Dia terlihat seperti cowok usil yang bercanda pada temannya.

Peony memejamkan mata sesaat. Dia tak boleh meladeni Kaisar atau Kaisar akan semakin terhibur dan malah semakin mengisenginya. Lebih baik tak memedulikan perkataan Kaisar daripada Peony berpikir berlebihan.

Dia harus membuat kekacauan agar Kaisar marah besar. Tadinya Peony ingin membanting meja, tetapi meja ini terlalu panjang dan besar. Panjang dan besar .... Peony menggeleng kencang. Maksudnya, meja ini terlalu berat. Lagipula ada banyak makanan yang sayang untuk dibuang.

Ugh, dia harus menghindari kata-kata yang membuat pikirannya jadi ke mana-mana.

[]

Peony menatap pemandangan luar istana lewat balkon kamar yang diberikan Kaisar Khezar padanya.

Sebenarnya, Peony akan bertahan hidup jika saja dia tidak berhubungan dengan Kaisar. Peony bisa melihat dunia yang jauh berbeda denga dunia asalnya. Apa dia bisa kembali? Apa dirinya masih hidup di dunia sana? Bagaimana kabar teman-temannya?

Mami, Papi, Kakak. Mereka bertiga pasti mengkhawatirkan Peony.

Peony tak bisa kabur dari sini. Ada banyak mata yang mengawasinya. Perempuan itu menghela napas panjang, lalu keluar dari kamar. "Jangan mengikutiku!" seru Peony pada lima pelayan yang terlihat ingin menyusulnya. Bahkan di luar kamarnya ada Kesatria berbaju zirah yang menjaga.

Kaisar membebaskan Peony jalan-jalan di istana. Kaisar tak mungkin khawatir Peony kabur dengan banyaknya penjagaan di berbagai sudut istana. Laki-laki itu sendiri sedang sibuk mengurus kekaisaran.

Sepertinya menyenangkan masuk ke ruang rapat dan membuat kekacauan agar Kaisar malu, lalu Kaisar akan marah padanya dan secepatnya Peony dibunuh.

"Tapi pasti pintu dijaga para Kesatria." Peony berbalik setelah berdecak sebal. "Ribet, ah." Akan sulit menerobos pintu. Membuang-buang waktu saja.

Pada akhirnya, Peony kembali berjalan ke kamar. Dia berhenti sebelum berbelok ke lorong lain setelah mendengar suara salah satu pelayan pribadinya.

"Meskipun Peony adalah perempuan pertama Yang Mulia, tetapi Peony tak seistimewa itu untuk kita layani."

"Sepertinya kau membencinya sampai memilih menyebutnya langsung nama dibanding Nona Peony?"

"Terlalu istimewa untuk menyebutnya Nona. Seandainya saja Yang Mulia segera mencari calon Permaisuri, aku ingin sekali mendaftar sebagai pelayan pribadi calon permaisuri itu. Yang jelas, calon permaisuri tak mungkin si gundik itu."

"Kemungkinan besar kau akan tetap menjadi pelayan pribadi Nona Peony. Jika permaisuri segera ditemukan, maka Nona Peony akan diangkat sebagai selir sah Kaisar."

"Ah, jangan mendoakanku seperti itu! Aku juga ingin melayani wanita terhormat daripada yang murahan."

Peony mengepalkan tangan. Dia melangkah, keluar dari persembunyian. Dua pelayan yang sedang berbincang itu langsung membelalak, kemudian menunduk. "N—nona!"

Tak banyak basa-basi, Peony mendekati satu di antara mereka, lalu menjambak rambutnya. "Aku mengenali suaramu, pelayan sialan!"

"Kyaaa!"

"Nona, tolong jangan lakukan ini!" seru pelayan lainnya.

"Kau juga sama!" Peony mengangkat tangan kirinya, lalu menjambak rambut pelayan tersebut sehingga kedua tangan Peony sekarang memegang erat rambut dua pelayan yang telah menggunjingnya dari belakang. "Ikuti aku!"

Dua pelayan itu harus berjalan dengan badan membungkuk dan berusaha melepas jambakan Peony, tetapi Peony tak mungkin melepaskan rambut mereka kecuali rambut mereka rontok hingga ke akar-akarnya. Dia membawa mereka berdua ke lorong utama dan bertemu dengan Kaisar dan para bangsawan tinggi yang terkejut melihat kelakuan Peony.

Peony hanya melirik Kaisar, lalu kembali menarik kencang rambut dua pelayan itu. "Lain kali bicaralah di depanku, para pelayan sialan!"

Para pelayan itu hanya menangis malu. Peony melepaskan rambut mereka yang sudah berantakan dari genggaman Peony, lalu Peony meninggalkan tempat tersebut setelah memberikan jari tengahnya pada Kaisar Khezar. "F*ck you!"

"Y—yang Mulia, perempuan itu...! Apa maksud jari tengah itu?" seru seorang bangsawan tua bergelar Marques di belakang Kaisar.

Kaisar Khezar senyum-senyum sendiri akan tingkah Peony. "Mungkin, ungkapan cinta untukku?"

[]


 

PEONY - Antagonist's Sex SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang