"Bagaimana bisa kau berhenti belajar, hanya karena merasakan lelah. Lelahmu dimasa muda, akan menjadi indahmu di masa tua".🤍
"Assalamualaikum, semuanya!" sapa Azkiya ceria, memasuki ruang kelas yang sudah ramai dengan teman-temannya.
"Waalaikumsalam, Kiya!" jawab mereka serempak, sambil tersenyum hangat.
Azkiya berjalan menuju bangkunya, diiringi tawa dan canda teman-temannya. Di tengah hiruk pikuk percakapan, Azkiya menyapa Pak Ahmad, dosen favoritnya yang juga dianggapnya seperti bapak sendiri.
"Selamat siang, Pak Ahmad! Apa kabar?" tanyanya sambil mendekat.
"Alhamdulillah, baik Kiya. Kamu sendiri bagaimana? Siap untuk kuliah hari ini?" jawab Pak Ahmad ramah.
"Siap, Pak! Lagi semangat nih, mau belajar banyak dari Bapak," jawab Azkiya semangat.
"Baguslah kalau begitu. Oh ya, Kiya, kamu tahu kan tentang seminar motivasi besok?" tanya Pak Ahmad.
"Tahu, Pak. Saya mau ikut kok. Kayaknya seru tuh," jawab Azkiya antusias.
"Baguslah, Kiya. Jangan lupa datang ya. Semoga bermanfaat," pesan Pak Ahmad.
Azkiya mengangguk semangat. Dia kemudian bergabung dengan teman-temannya, berbincang-bincang tentang berbagai hal, mulai dari tugas kuliah, rencana liburan, hingga gosip terbaru di kampus.
"Eh, Kiya, kamu kok semangat banget sih hari ini? Ada apa?" tanya Dinda, teman sekelasnya.
"Iya nih, Kiya. Kayak ada angin segar gitu," timpal Rara.
Azkiya tersenyum, "Enggak apa-apa kok. Cuma lagi merasa termotivasi aja. Kenapa ya, kayaknya hidup ini penuh dengan hal-hal indah yang bisa kita syukuri."
"Wah, Kiya, kamu ngomong kayak gitu, berarti kamu lagi jatuh cinta nih!" canda Rara.
Azkiya tertawa, "Ah, kamu mah. Enggak kok, aku lagi merasa bersyukur aja. Kayak, Allah selalu ngasih jalan terbaik buat aku."
"Iya sih, Kiya. Kamu emang selalu positif. Aku jadi terinspirasi nih," ujar Dinda.
"Eh, ngomong-ngomong, Kiya, kamu mau ikut ke acara ultah kakaknya Rara besok?" tanya Dinda.
"Mau dong! Emang di mana?" jawab Azkiya.
"Di kafe baru, katanya bagus banget. Kamu mau ikut kan?" tanya Rara.
"Iya, mau banget. Asyik nih, bisa ngobrol-ngobrol bareng," jawab Azkiya.
Mereka pun melanjutkan obrolan dengan penuh semangat, menantikan kuliah berikutnya dan rencana seru mereka di akhir pekan.
"Oke deh, kalau gitu aku tunggu ya, Kiya," ujar Rara sambil tersenyum.
"Siap! Jangan lupa kasih tahu jam berapa kita ketemuan," jawab Azkiya.
"Oke, nanti aku kabarin," sahut Rara.
Tiba-tiba, bel tanda masuk kelas berbunyi. Azkiya dan teman-temannya pun bergegas kembali ke bangku masing-masing begitupun dengan Rara, Rara kembali ke kelasnya. Kuliah hari ini membahas tentang English For Specific Purpose, topik yang cukup menarik bagi Azkiya.
"Eh, Kiya, kamu ngerti kan materi ini?" bisik Dinda, yang terlihat sedikit kebingungan.
"Alhamdulillah, aku ngerti kok. Kenapa, Din?" jawab Azkiya.
"Aku agak bingung sama penjelasan tadi. Kayak sedikit susah banget fokusnya," keluh Dinda.
"Tenang aja, Din. Nanti aku jelasin lagi ya, setelah kuliah selesai," tawar Azkiya.
Dinda mengangguk senang. Kuliah pun dimulai, Azkiya dengan tekun mendengarkan penjelasan dosen. Dia bahkan mencatat beberapa poin penting yang menurutnya perlu dipelajari lebih lanjut.
Setelah kuliah selesai, Azkiya dan Dinda menuju ruang organisasi tempat mereka beraktivitas. Azkiya merupakan ketua divisi eksternal, sementara Dinda menjabat sebagai bendahara.
"Kiya, gimana nih persiapan untuk acara seminar besok?" tanya Dinda, sambil membuka laptopnya.
"Alhamdulillah, udah hampir rampung. Tinggal ngecek lagi beberapa detail," jawab Azkiya.
"Oke, kalau gitu aku bantu ngecek ya. Biar cepet selesai," tawar Dinda.
"Makasih ya, Din. Kamu emang sahabat terbaik," ujar Azkiya sambil tersenyum.
Mereka pun bekerja sama dengan semangat, saling bahu membahu untuk menyelesaikan tugas organisasi mereka. Azkiya merasa bersyukur memiliki teman-teman seperti Dinda dan Rara, yang selalu mendukung dan menyemangati dirinya.
"Eh, Kiya, kamu mau ikut ke acara ultah kakaknya Rara besok kan?" tanya Dinda.
"Iya, mau banget. Kamu juga kan?" jawab Azkiya.
"Iya, aku juga mau. Kita bareng aja ya?" ajak Dinda.
"Oke, deal! Kita ketemuan di kafe jam berapa?" tanya Azkiya.
"Jam 7 malam ya, biar barengan sama Rara," jawab Dinda.
"Oke, sip! Nanti aku kabarin kalau udah selesai ngerjain tugas," ujar Azkiya.
Mereka pun melanjutkan pekerjaan mereka dengan semangat, sambil sesekali bercanda dan saling menyemangati. Azkiya merasa bahagia, karena dikelilingi oleh orang-orang yang menyayanginya dan selalu ada untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEJAK KAKI DI PASIR WAKTU
Teen FictionDi sebuah pedesaan indah di Lombok, terdapat seorang mahasiswi S1 program pendidikan bahasa Inggris bernama Azkiya. Azkiya adalah anak sulung dari sebuah keluarga sederhana yang tinggal bersama orang tuanya dan tiga adik perempuannya. Ayah dan ibuny...