Kupu-kupu tidak tahu warna sayapnya, tapi manusia tahu betapa indahnya. Begitu pula kamu, tidak tahu kemampuanmu, tapi ada yang tahu betapa istimewanya dirimu.
🤍Mentari sore mulai meredup, menandakan waktu pulang kuliah Azkiya. Ia bergegas keluar dari kampus, hati berdebar karena tak sabar ingin bertemu dengan orang tuanya.
"Assalamualaikum, Bu! Udah selesai kerja?" sapa Azkiya, sambil menyapa ibunya di tempat kerja.
"Waalaikumsalam, Kiya. Alhamdulillah, baru selesai. Kamu udah selesai kuliah juga?" balas Bu Nisa, wajahnya merekah melihat putrinya.
"Udah, Bu. Nanti aku anter pulang ya," jawab Azkiya, sambil membantu ibunya merapikan barang-barang.
"Iya, Kiya. Terima kasih, sayang," ujar Bu Nisa, sambil mengelus rambut Azkiya.
Mereka berdua pun berkemas dan bersiap untuk pulang. Di perjalanan, Azkiya bercerita tentang kuliahnya, menceritakan materi yang dipelajari, dan juga tentang teman-temannya tak lupa juga meminta izin untuk pergi ke acara ultah kakak ya Rara. Bu Nisa mendengarkan dengan saksama, sesekali memberikan nasihat dan masukan.
Sesampainya di rumah, Azkiya langsung menghubungi ayahnya untuk menanyakan lokasi kerjanya.
"Assalamualaikum, Pak! Udah selesai kerja?" tanya Azkiya.
"Waalaikumsalam, Kiya. Alhamdulillah, udah selesai. Kamu udah pulang kuliah?" jawab Pak Mus.
"Udah, Pak. Aku mau jemput Bapak sekarang," jawab Azkiya.
"Oke, Kiya. Bapak lagi di warung Pak Yanto, dekat sawah," jawab Pak Mus.
Azkiya pun bergegas menuju warung Pak Yanto. Sesampainya di sana, ia langsung menyapa ayahnya dan membantu membawa barang-barang.
"Assalamualaikum, Pak! Udah selesai kerja?" sapa Azkiya, sambil mencium tangan ayahnya.
"Waalaikumsalam, Kiya. Alhamdulillah, udah selesai. Kamu udah pulang kuliah?" jawab Pak Mus, sambil tersenyum hangat.
"Udah, Pak. Sepulang jemput ibu, Kiya langsung ke sini, mau jemput Bapak," jawab Azkiya, sambil membantu Pak Mus membawa barang-barang.
"Terima kasih, Kiya. Kamu baik banget," ujar Pak Mus, sambil mengelus kepala Azkiya.
Mereka pun berbincang-bincang di perjalanan pulang. Azkiya bercerita tentang kuliahnya, menceritakan materi yang dipelajari, dan juga tentang teman-temannya. Pak Mus mendengarkan dengan penuh perhatian, sesekali memberikan nasihat dan masukan.
Sesampainya di rumah, Azkiya membantu Ibu Nisa menyiapkan makan malam. Aroma masakan khas Lombok tercium harum di udara, membuat Azkiya semakin bersemangat.
"Kiya, nanti malam kamu mau ikut ke acara ultah kakaknya Rara kan?" tanya Bu Nisa, sambil merapikan meja makan.
"Iya, Bu. Aku mau ikut. Seru tuh, katanya ada live music," jawab Azkiya.
"Baguslah kalau begitu. Jangan lupa berangkatnya sama rara ya," ujar Bu Nisa.
"Iya, Bu. Nanti aku barengan," jawab Azkiya.
Mereka pun makan malam bersama, suasana terasa hangat dan penuh canda tawa. Azkiya merasa bersyukur memiliki keluarga yang selalu menyayanginya dan mendukungnya.
"Kiya, kamu harus selalu ingat untuk bersyukur dan jangan lupa berdoa," pesan Pak Mus, sambil mengelus kepala Azkiya.
"Iya, Pak. Terima kasih atas nasihatnya," jawab Azkiya.
Setelah makan malam, Azkiya membantu Ibu Nisa mencuci piring, sambil bercerita tentang rencana acara ultah kakaknya Rara. Pak Mus mendengarkan dengan penuh perhatian, sesekali memberikan masukan.
"Kiya, kamu harus selalu ingat untuk menjaga diri dan jangan lupa untuk beribadah," pesan Pak Mus.
"Iya, Pak. Terima kasih atas nasihatnya," jawab Azkiya.
Azkiya merasa bahagia, karena dikelilingi oleh orang-orang yang menyayanginya dan selalu ada untuknya. Ia pun bersemangat untuk menghadapi hari-hari berikutnya, dengan penuh harapan dan semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEJAK KAKI DI PASIR WAKTU
Teen FictionDi sebuah pedesaan indah di Lombok, terdapat seorang mahasiswi S1 program pendidikan bahasa Inggris bernama Azkiya. Azkiya adalah anak sulung dari sebuah keluarga sederhana yang tinggal bersama orang tuanya dan tiga adik perempuannya. Ayah dan ibuny...