Pat bergeming di kursinya. Meski berusaha terlihat tenang, tetapi lelaki berusia awal dua puluh tahun itu tidak dapat mengendalikan jantungnya yang berdetak kencang. Di sebelah Pat, tidak kalah tegangnya, duduk Phi(1) Kwang, manajer yang sudah tujuh tahun mendampingi perjalanan kariernya.
"Kau sudah dengar rumor yang beredar?" tanya Phi Tha, pimpinan agensi JWS Entertainment, yang duduk dengan tangan bertumpu di atas meja kerjanya.
Pat mengangguk. Rumor perundungan yang dia lakukan terhadap salah seorang teman sekelasnya di bangku sekolah dasar, masih berada di peringkat atas trending topic hari itu.
"Phi Tha, aku sudah dengar ceritanya dari Pat. Menurutku, itu tidak bisa dikategorikan sebagai perundungan," ujar Phi Kwang mencoba membela.
Pat masih diam. Seolah-olah atmosfer di ruang kerja Phi Tha membuat lidahnya kelu. Padahal semalam, melalui panggilan telepon, Pat bisa menceritakan kejadian sebenarnya kepada Phi Kwang sesuai dengan memori yang berhasil dia gali dari kotak kenangan dalam ingatannya.
Phi Tha mengangkat tangannya, menegaskan masih ada yang ingin dia katakan.
"Sayangnya, situasi sudah berada di luar kendali kita." Untuk sejenak lelaki berbadan sedikit gempal dengan kacamata berbingkai bulat yang bertengger di hidungnya itu terdiam.
Pat menunggu dengan cemas. Melihat raut wajah Phi Tha, dia tahu sesuatu yang serius sudah terjadi.
"Masalahnya, ini!" kata Phi Tha sambil memutar laptop menghadap Pat dan Phi Kwang.
Judul yang terpampang membuat keduanya terkesiap. Hanya terdengar suara dengungan pendingin ruangan selagi mereka terdiam membaca berita yang terpapar di layar.
"Phi, berita ini tidak benar!" tegas Pat. "Aku tidak pernah melakukannya sejauh itu."
"Phi, bukankah yang mereka tulis terlalu berlebihan untuk dilakukan anak-anak yang bahkan belum tiga belas tahun?" tambah Phi Kwang.
"Tentang botol minum itu, aku tidak menyangkal. Aku memang memusuhinya karena menghilangkan barang edisi terbatas itu. Benar, aku juga beberapa kali marah dan memintanya menemukan pengganti yang sama persis. Namun, aku tidak pernah mengancam, main tangan, apalagi sampai membuatnya dirawat di rumah sakit!" jelas Pat geram.
Elusan pada lengannya membuat Pat menoleh. Dia melihat Phi Kwang menutup mata sejenak sambil menggeleng pelan, memintanya untuk tidak terbawa emosi.
Menahan marah, Pat membuang muka, lalu menabrakkan punggungnya ke sandaran kursi.
"Mungkin kau punya penjelasan untuk sikapmu, tetapi opini publik sudah terlanjur tergiring. Selama berita ini terus bergulir, bahkan andai kau punya bukti sekalipun, citra diri yang susah payah kau bangun tidak akan mudah untuk kembali seperti semula."
"Jadi, sekarang aku bahkan tidak bisa membela diriku sendiri?" tanya Pat.
Phi Tha menghela napas. "Kau jelas tahu bagaimana industri ini berputar. Untuk kasus seperti ini, diam akan lebih baik dibanding melakukan pembelaan yang kemungkinan bisa menjadi bumerang untuk dirimu sendiri."
Pat kehilangan kata-kata. Dia tidak bisa lagi mendebat.
"Aku yakin Phi tidak akan memanggil kami kalau belum memiliki langkah yang harus kita ambil. Jadi, bagaimana menurutmu?" tanya Phi Kwang pelan.
"Dengan terpaksa, untuk mendinginkan suasana, semua jadwal Pat dalam waktu dekat akan kita batalkan. Bahkan untuk series dan film yang sudah rampung, mungkin akan ditunda."
Sekali lagi Pat terkesiap. Dia menatap Phi Tha dengan raut wajah tidak percaya. "Phi ...?" panggilnya.
Tanpa menyahut, Phi Tha mengalihkan pandangan ke arah Phi Kwang, "Untuk sementara, kau bisa lebih fokus menangani artis yang lain."
Meski tidak mengatakannya secara terang-terangan, Phi Kwang tahu yang dimaksud atasannya itu adalah dia tidak perlu lagi mengurus Pat. Kasarnya, lelaki itu akan dinonaktifkan demi menjaga kestabilan agensi.
"Bukankah ini tidak adil untuk Pat? Apa tidak ada opsi lain, Phi?" tanyanya.
Phi Tha menggeleng. "Yang bisa kita lakukan hanya menunggu perkembangan selanjutnya dan berharap berita ini menguap secepat mungkin."
Setengah hati Phi Kwang mengangguk, lalu menoleh ke arah Pat dengan tatapan seakan-akan memohon pengertian dari lelaki yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri itu.
Dengan kekecewaan yang tidak mampu dia sembunyikan, Pat bangkit, lalu beranjak menuju ke pintu.
"Pat," panggil Phi Kwang.
"Pat, ini hanya sementara," tambah Phi Tha.
Langkah Pat berhenti, dia menoleh, memaksakan seulas senyum. Sekuat tenaga ditahannya keinginan untuk bertanya, berapa lama sementara itu?
*
Catatan kaki:
Phi: Panggilan kepada kakak atau orang yang usianya lebih tua.
KAMU SEDANG MEMBACA
JWS Entertainment
FanfictionSetiap hal memiliki dua sisi yang saling bertolak belakang, seperti terang dan gelap, hitam dan putih, manis dan pahit, begitu juga yang terjadi di dalam JWS Entertainment, salah satu agensi terbesar di Thailand. Di balik senyum para penghuninya, te...