"Tolong jangan sekarang, Phi(1)," tolak Gia begitu menyadari kehadiran Kwang di sebelahnya.
Kwang menurut, tidak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Dia tahu suasana hati gadis itu sedang tidak baik.
Detik demi detik berlalu selagi keduanya duduk dalam diam. Keheningan yang terjadi berbanding terbalik dengan ramainya suasana di Pasar Karon. Pasar tradisional yang ada di Phuket itu memang dipilih sebagai salah satu latar tempat dalam series terbaru dari JWS Entertainment.
"Aku tahu kau kesal," kata Kwang mencoba memulai pembicaraan.
Gia terpancing. "Bagaimana tidak, Phi! Adegan tadi tidak sulit, tetapi karena dia, aku harus mengulangnya berkali-kali!" Dia meluapkan kekesalannya.
Kwang diam. Empat tahun menjadi manajer gadis itu, membuatnya paham luapan kekesalan itu masih akan berlanjut.
"Kita sudah syuting sejak pagi. Jam berapa sekarang?" tanya Gia sambil menarik lengan Kwang untuk melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Setengah satu." Kwang tetap menjawab meski dia tahu Gia juga sudah mengetahuinya.
Gia mendengkus. "Setengah hari, Phi! Aku terus mengulang adegan yang sama, juga karena kesalahan yang sama. Salah pengucapan, posisi berdiri, mendadak lupa dialog," rutuknya.
Gia berhenti sejenak untuk mencegah emosinya makin naik.
"Satu lagi, apa Thiuson tidak pernah punya pacar sebelumnya?!"
Kwang tetap diam. Dia sendiri tidak tahu jawabannya. Thiuson memang pendatang baru di agensi mereka. Series yang sedang mereka garap hari itu pun, baru projek keduanya. Bahkan lelaki itu hanya mendapat peran pendukung sebagai mantan pacar Gia di sana.
"Phi bisa lihat sendiri tadi. Kami hanya berpelukan, tetapi reaksinya sudah seperti itu," lanjut Gia.
Kwang mengangguk setuju. Memang terlihat sekali betapa canggungnya Thiuson saat Gia memeluknya. Untuk adegan itu saja, harus diulang beberapa kali hanya karena Thiuson justru membeku dan tidak membalas pelukan Gia.
"Untung saja kami tidak harus berciuman. Kurasa dia bisa pingsan saat kami melakukannya," celetuk Gia sambil menggeleng.
Dari nada suara Gia yang mulai turun, Kwang tahu gadis itu sudah bisa diajak bicara.
"Aku tahu kau kesal," katanya.
Dia berhenti sejenak menunggu reaksi dari Gia. Melihat gadis itu tidak bereaksi, barulah Kwang melanjutkan perkataannya.
"Bukan aku membelanya, tetapi kau juga harus maklum. Meski usianya lebih tua darimu, dari segi kemampuan dan pengalaman, jelas kau jauh lebih matang."
Gia diam, tidak mencoba mendebat.
"Dari yang kulihat, sebagai pendatang baru, dia justru yang lebih tertekan harus beradu akting denganmu," lanjut Kwang.
Gia masih diam. Kepalanya tertunduk.
"Dia juga sudah minta maaf berulang kali. Apa kau tidak kasihan?"
Gia tetap tidak menyahut. Gadis itu justru memalingkan wajahnya.
"Apa menurutmu pantas, kau pergi dengan raut wajah sejelek itu dari lokasi?" tanya Kwang mencoba menyelipkan candaan dalam kalimatnya.
Kali itu Gia bereaksi. Tanpa sadar dia mengerjapkan mata. Terlihat sekali gadis itu salah tingkah.
"Aku tidak kabur di tengah syuting, Phi. Bagianku sudah selesai," balasnya membela diri. "Lagi pula tidak ada yang tahu aku sekesal ini, selain Phi."
"Kau yakin?" tanya Kwang sambil memicingkan mata.
Gia sempat ragu sejenak, tetapi tetap mengangguk.
"Sayangnya, dia tahu. Ini, minumlah!" Kwang berkata sambil menyodorkan sebotol teh oolong kepada Gia.
"Siapa?"
"Orang yang membuatmu sekesal ini."
"Thiuson?" tanya Gia sebelum meneguk tehnya.
Kwang mengangguk. "Kurasa ada alasan lain mengapa dia canggung berada di dekatmu. Kau hanya tidak menyadarinya," godanya sambil mengerling. Sedetik kemudian dia tertawa melihat Gia yang nyaris tersedak.
"Hah?! Apa maksudmu, Phi?" tanya Gia sambil mengusap teh yang tanpa sengaja tumpah membasahi dagunya.
"Teh itu darinya, katanya sebagai permintaan maaf. Ini juga," kata Kwang sembari menyodorkan selembar notes tempel kuning yang terlipat rapi berisi pesan dari Thiuson.
Gia menatap curiga. Namun, tetap diambilnya notes tempel itu dari tangan Kwang.
"Dari yang kudengar, nanti malam akan lebih banyak yang berjualan di sini. Sepertinya kau akan gagal diet lagi hari ini," goda Kwang tidak bisa menahan tawa.
Gia yang sudah selesai membaca apa yang tertulis di notes tempel tadi seketika menjerit malu menyadari ajakan Thiuson untuk keluar bersama nanti malam sudah diketahui oleh Kwang.
"Phi, kau mengintip!"
*
Catatan kaki:
(1) Phi: Panggilan kepada kakak atau orang yang usianya lebih tua.
![](https://img.wattpad.com/cover/378326481-288-k348126.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JWS Entertainment
FanfictionSetiap hal memiliki dua sisi yang saling bertolak belakang, seperti terang dan gelap, hitam dan putih, manis dan pahit, begitu juga yang terjadi di dalam JWS Entertainment, salah satu agensi terbesar di Thailand. Di balik senyum para penghuninya, te...