Akhir dari Rasa - Moon

1 0 0
                                    

Begitu lagu "Once Upon a Time" mengalun dari ponselnya, seketika Moon tahu siapa yang mencoba menghubunginya. Nada dering itu memang sengaja dia atur spesial hanya untuk satu orang, Joss.

Biasanya, setiap kali lagu itu terdengar, Moon tidak bisa mengendalikan sudut bibirnya yang terasa seperti ditarik agar membentuk senyuman. Moon juga akan langsung menyambar ponselnya, seakan-akan tidak ingin melewatkan panggilan itu barang sedetik. Namun, malam itu berbeda. Untuk pertama kalinya, tidak ada senyum tercipta di wajahnya. Dia juga mengizinkan suara Fourth yang menyanyikannya, terdengar sedikit lebih lama.

"Kau di mana?"

Terdengar suara Joss begitu Moon menerima panggilan itu.

"Di jalan pulang," jawabnya sambil mengubah pengaturan ponselnya ke mode pengeras suara.

"Kau menyetir sendiri?"

"Ya."

Suasana hatinya yang kacau membuat Moon hanya menjawab sekadarnya. Sejujurnya, dia juga ingin menunjukkan kekecewaan yang dirasakannya kepada Joss.

Malam itu, seharusnya Moon dan Joss datang sebagai pasangan ke Paragon Cineplex untuk acara penayangan perdana film yang mereka bintangi. Sayangnya, Joss tidak bisa hadir karena ada urusan yang mengharuskannya terbang ke New York dan tidak bisa kembali tepat waktu.

Awalnya, meski tanpa kehadiran Joss sebagai lawan mainnya di sana, Moon merasa malam itu tetaplah menjadi malam paling penting dan membahagiakan untuknya. Namun, semua berubah saat sebuah konten tentang Joss yang diunggah seorang penggemar di akun media sosialnya beredar secara tidak terkendali.

"Aku tidak menyangka akan jadi seperti ini," kata Joss pelan.

Lalu lintas Kota Bangkok yang padat merayap memberi Moon kesempatan untuk memejamkan mata sekejap. Namun, sekuat apa pun mencoba, yang terjadi begitu dia keluar dari ruang studio terus terngiang di benaknya.

Bukannya memberi selamat atau mewawancarainya seputar filmnya itu, wartawan yang menghampiri Moon justru bertanya tentang foto-foto Joss bersama seorang perempuan di sebuah restoran.

Hal yang sebenarnya wajar mereka meminta pendapat Moon, mengingat keduanya adalah pasangan ciptaan penggemar yang diharapkan menjadi kekasih tidak hanya di layar kaca, tetapi juga di kehidupan nyata.

Saat itu, Moon masih bisa bersikap tenang dan mengira banyak yang salah paham karena belum pernah melihat adik perempuan Joss.

Moon sendiri memang tidak pernah bertemu langsung, dia hanya melihat wajah gadis itu di foto keluarga yang Joss gantung di dinding kondonya. Namun, begitu melihat foto yang ditunjukkan salah seorang wartawan, meski hanya menampakkan sebelah sisi wajahnya, sosok perempuan berambut panjang lurus kecokelatan itu jelas bukan Tesanee.

"Apa kau tidak bisa menundanya barang sehari dua hari? Kau tahu betapa pentingnya malam ini untuk semua orang."

Moon memijat pelipisnya. Terbayang raut kecewa orang-orang yang terlibat dalam penggarapan film itu nyaris setengah tahun lamanya.

Malam itu, fokus utama bukan pada hasil kerja keras mereka. Bukan pada JWS Entertainment, yang memproduksi film itu. Bukan pada Phi Nop, sang produser. Bukan pada Moon. Bukan juga pada pendatang baru yang digadang-gadang akan mencuri perhatian di debut mereka itu. Semua fokus hanya tertuju pada Joss dan perempuan misterius itu!

"Aku minta maaf sudah mengacaukan semuanya."

"Kau menyukainya?"

Moon memukul keningnya, merutuki otaknya yang tidak bisa mencegah pertanyaan itu terlontar dari mulutnya. Moon juga cepat-cepat menggigit bibir untuk mencegah pertanyaan-pertanyaan lain yang sesungguhnya sudah mengantre di ujung lidahnya. Apa perempuan itu cantik? Apa matanya indah? Apa warnanya? Apa dia punya hidung yang mancung? Apa dadanya besar dan montok?

Moon sungguh ingin tahu apa yang menarik dari perempuan itu hingga Joss memberinya tatapan seperti yang selalu dia harapkan, tetapi tidak pernah dia dapatkan.

Joss diam, tidak mengiakan, tidak juga menyangkal. Namun, diam Joss sudah secara tidak langsung memberi Moon jawaban.

"Aku minta maaf."

Moon tersenyum kecut mendengarnya. Tiba-tiba dia merasa seperti ada tangan tak terlihat yang menembus ke tubuhnya dan meremas hatinya.

"Aku bertanya apa kau menyukainya. Mengapa kau malah minta maaf?"

Terkadang Moon tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Sikapnya jelas menunjukkan dia memiliki perasaan yang lebih dari sekadar teman kepada Joss, tetapi mulutnya seakan-akan enggan mengakui itu.

"Moon."

Moon menghela napas. Saat Joss memanggil namanya dengan suara yang pelan dan berat, dia tahu tidak ada gunanya lagi berpura-pura tentang perasaannya itu.

"Kalau kau minta maaf karena mengacaukan malam ini, dariku pribadi, sudahlah, semua sudah terlanjur terjadi. Sayangnya, aku tidak yakin yang lain akan merelakannya begitu saja."

Moon berhenti sejenak. Tanpa sadar, tangannya mengepal di depan dada, seakan-akan dengan cara itu dapat meredakan sedikit rasa sakit di hatinya.

"Tentang perempuan itu, kau tidak perlu minta maaf. Sejak awal aku sadar, perasaan ini, hanya aku yang mulai."

*


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JWS EntertainmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang