Tidak ada yang berbeda. Masih kesunyian yang menyambut begitu Wat membuka pintu kondonya. Melalui jendela kaca besar yang tirainya sengaja dia biarkan terbuka, Wat bisa melihat gerimis yang mulai turun.
Sudah menjadi kebiasaannya untuk tidak menyalakan lampu setiap kali pulang ke kondo, tidak peduli selarut apa pun saat itu. Dia sudah merasa cukup nyaman dengan pencahayaan temaram dari lampu balkon yang menembus masuk ke kamarnya.
Setelah melemparkan tasnya ke tempat tidur, Wat melangkah gontai ke kulkas. Tidak ada hal lain yang dia inginkan setelah seharian bekerja, selain waktu bersantai ditemani sekaleng bir dan sebatang rokok.
Sebelum menjatuhkan diri di sofa, Wat membuka jendela, membiarkan hawa dari luar masuk dan mengusir pengap keluar dari kamarnya yang tertutup rapat dalam waktu cukup lama.
Untuk mengusir sepi, Wat menyalakan televisi. Meski tidak tahu acara apa yang sedang ditayangkan, dia tidak ambil pusing. Sekian tahun bekerja di tengah keramaian, dia merasa aneh saat sekelilingnya sunyi.
Wat berusaha tidak memikirkan apa pun selagi tegukan demi tegukan bir dan isapan demi isapan rokok masuk ke dalam tubuhnya. Namun, tetap saja pertanyaan tentang kapan dia akan berhenti dari pekerjaan yang memberinya penghidupan itu, terus bergentayangan di benaknya.
Di mata hampir semua orang, kariernya sebagai artis, bintang iklan, dan pembawa acara di bawah naungan JWS Entertainment, agensi yang menemukan bakatnya itu, terbilang bagus. Namun, tidak ada yang tahu beban seperti apa yang menggelayuti pundaknya selama sepuluh tahun terakhir itu.
Terkadang, Wat sempat berpikir, andai waktu bisa diulang, ingin sekali dia dengan tegas menolak saat diminta memerankan karakter yang jelas bukan dirinya. Namun, mengingat peran itulah yang mengantarkannya hingga berhasil memperoleh ketenaran, cinta dari para penggemar, dan yang terpenting adalah materi yang lebih dari cukup, Wat bimbang. Dia seperti tidak tahu apa yang sebenarnya dia inginkan.
Begitu tidak ada yang tersisa dalam kaleng birnya. Wat mematikan rokoknya yang masih tersisa seperempat. Meski malas, dia harus membersihkan tubuhnya sebelum mengakhiri hari.
Di dalam kamar mandi, Wat terdiam di depan cermin besar yang memantulkan bayangan dirinya. Perlahan dilepasnya wig panjang kecokelatan yang menutupi rambut aslinya yang hitam pendek. Dihapusnya makeup tebal yang membuat wajahnya berubah menjadi lebih feminim. Dikeluarkannya juga busa silikon yang membuat dadanya menonjol.
Seketika, sosok perempuan yang sebelumnya dia lihat, lenyap. Hanya tersisa bayangan seorang lelaki yang mengenakan gaun biru panjang tanpa lengan.
Ketika tidak ada sehelai pakaian pun yang menempel di tubuhnya, Wat bisa melihat dirinya yang sesungguhnya. Meski kurus, tidak tegap, dan kurang berotot, tetapi tetap saja bayangan yang terpantul di cermin itu berasal dari tubuh seorang lelaki.
Wat berlama-lama berdiri di bawah pancuran, berharap air yang turun membasahi tubuhnya bisa mengusir sosok Sammy dari dalam dirinya. Namun, Wat sendiri tahu, setelah hari berganti, dia harus kembali menjadi Sammy, sosok perempuan yang menghilang di depan cermin tadi.
Andai tubuhnya tidak gemetar karena kedinginan, mungkin Wat masih belum ingin selesai. Meski enggan, dibungkusnya tubuhnya dengan jubah mandi dan berjalan keluar, meninggalkan jejak basah di lantai.
Sekali lagi, Wat melangkah ke kulkas. Satu kaleng bir tidak berarti apa-apa untuknya. Dia butuh kaleng kedua, bahkan mungkin ketiga bila kantuk tidak kunjung datang menghampirinya.
Saat Wat baru saja akan menyalakan rokok keduanya, televisi yang sejak tadi dia nyalakan memutarkan sebuah jingel lagu yang sudah sangat familiar di telinganya. Di layar, muncul wajah Wat atau Sammy. Entahlah, dia sendiri tidak yakin bagaimana harus menyebut siapa yang membintangi iklan itu sebenarnya.
Di sana, Sammy dengan pakaian yang sedikit terbuka di bagian bahu dan perut, rambut yang digelung membentuk sanggul di puncak kepalanya, tidak lupa bibir yang merah merona, tersenyum semringah sambil memegang sebuah botol di tangannya.
Tanpa bisa dicegah, Wat tertawa. Mentertawakan keadaan. Mentertawakan dirinya sendiri. Di saat dia terpilih menjadi bintang iklan produk teh antioksidan untuk menangkal serangan radikal bebas, di sanalah dia, merusak dirinya dengan alkohol dan nikotin.
Tawa Wat kian keras menyadari terkadang hidup bisa selucu itu.
*
![](https://img.wattpad.com/cover/378326481-288-k348126.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JWS Entertainment
FanfictionSetiap hal memiliki dua sisi yang saling bertolak belakang, seperti terang dan gelap, hitam dan putih, manis dan pahit, begitu juga yang terjadi di dalam JWS Entertainment, salah satu agensi terbesar di Thailand. Di balik senyum para penghuninya, te...