Skandal - Mhog

2 0 0
                                    

Dengan penuh percaya diri, Mhog melangkahkan kaki di dalam JWS Building. Kartu tamu yang tergantung di lehernya membuatnya bebas melenggang tanpa ada yang berani menghentikannya. Tujuannya hanya satu, ruangan pimpinan yang berada di lantai paling atas.

"Sawadee(1) khap(2)," sapa Mhog begitu sudah berada di hadapan Khun(3) Tha, pimpinan agensi JWS Entertainment.

Tanpa perlu dipersilakan, Mhog langsung duduk di hadapan lelaki paruh baya itu.

"Kau sudah lihat email yang kukirim?" Mhog bertanya dengan senyum yang tidak lepas dari bibirnya.

Khun Tha mengangguk. Tangannya terkatup di atas meja kerjanya.

"Bagaimana kau bisa mendapat foto itu?" tanya lelaki itu. Matanya memicing.

"Anggap saja Dewi Fortuna sedang berpihak kepadaku," jawab Mhog angkuh. Dia sudah bisa melihat kemenangan di depan matanya.

Mhog sendiri bahkan masih tidak percaya pada keberuntungan yang menghampirinya. Padahal saat itu, dia nyaris menyerah dan keluar dari pekerjaannya sebagai wartawan karena sudah satu minggu tidak ada satu pun berita yang ditulisnya lolos untuk ditayangkan.

"Kau sengaja mengikutiku?"

"Tidak. Aku terlalu sibuk untuk itu."

Mhog tidak sepenuhnya berbohong. Dia memang tidak mengikuti Khun Tha, tetapi bukan karena sibuk. Mhog melihat lelaki itu selagi dia mencari recehan baht yang mungkin tercecer di mobilnya.

Mungkin Mhog tidak akan ambil pusing meski rasanya aneh mendapati pimpinan salah satu agensi terbesar di Thailand itu mengunjungi bar murah di pinggiran Sukhumvit Road. Namun, instingnya langsung bermain begitu melihat seorang wanita dengan dandanan menor dan pakaian yang nyaris hanya menutupi area pribadinya itu, menghampiri Khun Tha. Tidak sampai satu menit mengobrol, keduanya meninggalkan bar, lalu masuk ke mobil.

Mhog tidak berniat mengikuti mereka. Lagi pula dia sudah memperoleh foto-foto yang cukup untuk menjelaskan apa yang mungkin terjadi.

"Mengapa kau justru mengirimnya kepadaku?"

Mhog tertawa. Dia sungguh bertanya-tanya, Khun Tha memang bodoh, atau hanya berpura-pura.

"Ayolah, Khun! Kau bukan pemain baru di industri ini. Kau jelas tahu alasannya."

Foto-foto Khun Tha yang kedapatan bersama wanita penghibur itu memang mungkin akan menjadi skandal. Namun, hanya dalam skala yang tidak cukup besar dan mungkin akan terlupakan dengan cepat. Lelaki itu juga bukanlah aktor atau figur publik yang memiliki banyak penggemar. Jadi, media tidak akan membelinya dengan harga yang pantas.

"Berapa yang kau inginkan?"

Mhog tidak langsung menyahut. Dia mengamati gerakan Khun Tha yang kikuk saat mengeluarkan buku cek dari laci mejanya. Dia juga masih diam selagi lelaki itu mengeluarkan bolpoin dari saku jasnya.

Sejujurnya, di benak Mhog sudah muncul kisaran harga yang dia harapkan. Namun, ego mengajaknya untuk sekali lagi bertaruh dengan keberuntungan.

"Aku tidak mau menyebut angkanya. Aku ingin kau sendiri yang menentukan berapa harga berita yang kumiliki ini."

Khun Tha membeku. Padahal bolpoinnya sudah melayang setengah senti di atas buku ceknya, siap menuliskan nominal yang akan disebutkan oleh Mhog.

"Mengapa kau harus membuat ini begitu sulit?"

"Aku hanya seorang wartawan, Khun, bukan pebisnis sepertimu. Jadi, rasanya kau yang lebih pandai menghitung berapa kerugian yang mungkin kau alami andai foto-foto ini tersebar."

Khun Tha sudah tidak bisa lagi menyembunyikan raut geram di wajahnya. Kedua tangannya juga mengepal kuat.

"Oh, iya, satu lagi. Aku tidak menerima cek. Kau bisa langsung mengirimnya ke rekeningku. Kau sudah tau nomornya?"

Tanpa menunggu jawaban, Mhog mengetik deretan angka di ponselnya. Tidak sampai satu menit, Khun Tha sudah menerima nomor yang sama dari aplikasi LINE.

"Kutunggu paling lambat malam ini. Kuharap kau menghargainya dengan layak."

Mhog bangkit. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia berjalan keluar.

Setiap langkah kaki yang Mhog ayunkan terasa jauh lebih ringan dibandingkan saat dia datang. Terbayang sudah berapa jumlah baht yang mungkin akan diterimanya.

Andai Khun Tha bermurah hati, mungkin untuk beberapa bulan ke depan, dia tidak perlu pontang-panting ke sana kemari mencari berita. Dia bisa bersenang-senang sambil berharap Dewi Fortuna sekali lagi datang membawa skandal baru yang harganya jauh lebih tinggi.

*

Catatan kaki:

(1) Sawadee: Salam sapaan saat bertemu seseorang, atau bisa juga digunakan untuk mengucapkan selamat pagi, siang, sore, dan malam.

(2) Khap: Bisa digunakan sebagai jawaban saat dipanggil, bentuk persetujuan terhadap sesuatu, juga agar kalimat yang diucapkan terdengar lebih sopan. Kata ini hanya digunakan oleh lelaki.

(3) Khun: Disebutkan sebelum nama seseorang untuk menunjukkan rasa hormat.


JWS EntertainmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang