Sesampainya dirumah bapak langsung mandi disumur, aku mengikuti bapak mandi juga.
Sampai disumur bapak sedang menimba air, karena dirumah kita belum punya pompa air listrik.Setelah bak mandi penuh akupun langsung mandi.
Kulihat bapak sedang melepas baju dan celana kolornya. Kini aku bisa melihat lagi benda kenyal besar yang menggelantung indah di selangkangan bapak. Setelahnya bapak membasahi badannya dengan air, terlihat bulir air yang jatuh dan mengalir indah ditubuh dan menuju kont*l bapak yang besar.Secara reflek aku mendekati bapak dan memegang kont*l bapak yang gondal-gandul itu, saking penasarannya. Ini bukan pertama kalinya aku melihat kont*l bapak, karena aku sudah sering mandi dengan bapak yang selalu telanjang.
Bapak kaget, lalu berkata ;
"Ana apa jok? deneng nyekeli kont*le bapak." (Gimana jok? kok pegangin kont*l bapak)."Hehe, soale manuke bapak kenyel-kenyel nek dicekel pak, joko seneng." (hehe, soalnya burungnya bapak kenyal kalo dipegang pak, joko suka).
"Mengko nek nggo dolanan bae malah gelem tangi dadi atos, mbok ko kaget." (nanti kalo buat mainan terus bisa bangun jadi keras, ntar kamu kaget).
Aku diam saja dan semakin penasaran dari perkataan bapak. Masih kuelus-elus dan kugoyang-goyangkan kont*l bapak. Bukanya protes bapak hanya diam saja dan terlihat memejamkan matanya sambil terus menggosokan sabun kebadannya.
Lama-lama kont*l bapak membesar dan keras, persis apa yang dikatakan bapak. Aku sedikit terkejut karena kont*l bapak makin besar dan panjang serta terlihat urat-urat dikont*l bapak.
Akupun semakin semangat memainkan kont*l bapak maju mundur dengan telapak tanganku yang mungil. Keliatan bapak sangat menikmati dan mendesah yang ditahan dengan apa yang sedang aku lakukan kepada kont*l bapak, sambil berkata ;
"Ahhhh, sing cepet jok ngocoke, enak banget tanganmu alus pisan." (ahhhh, yang cepet jok ngocoknya, enak banget tanganmu alus)."Tapi tangane joko pegel pak." (tapi tangan joko pegel pak) jawabku.
Lalu bapak melepaskan tanganku dan duduk dibangku kecil yang biasanya dipake ibu buat mencuci piring, agar tidak pegel kata ibu.
"Yawis ngeneh, karo njagong gole ngocok kont*le bapak." (yaudh sini, sambil duduk ngocok kont*lnya bapak).
Katanya sambil mengguyurkan air kebadannya untuk membersikan dari busa sabun. Setelah bersih bapak lalu duduk dan aku mengikuti duduk didepan bapak, persisnya didepan kont*l bapak.
Aku kembali mengocok kont*l bapak yang besar dan berurat itu. Terlihat dari lubang kont*l bapak keluar cairan bening yang lengket dan mengenai jari-jariku. Lalu aku iseng menjilat cairan itu dari kepala kont*l bapak. Rasanya aneh asin dan agak pait. Dan keliatannya bapak kaget dengan aksiku menjilat cairan bapak yang keluar.
"Koloh sekalian jok kont*le bapak." (emut sekalian jok kont*lnya bapak).
Aku hanya mengangguk dan memasukan kont*l bapak ke mulutku. Lalu bapak mendesah dan nafasnya semakin berat.
"Ahhhh, mmmhhhh, anget pisan cangkemmu jok, sshhhh ahhh." (ahhhh, mmmhhhh, hangat sekali mulutmu jok, sshhhh ahhh). kata bapak disela desahannya.
Aku semakin cepat mengemut kont*l bapak, walaupun tidak semuanya masuk ke dalam mulutku hanya setengan bagian dari kont*l bapak, itupun aku paksa. Karena keliatan bapak sangat menikmati apa yang aku lakukan terhadap kont*lnya.
"Aaahhhhhh, ahhhahhhhh mmmppssss, shhhh, ahhhhsss."
Desahan bapak semakin kuat dan keras. Begitupun aku semakin kuat juga menyedot kont*l bapak dan menjilatinya. Kusedot kont*l bapak sambil lidahku berputar-putar dikepala kont*l bapak. Hal itu membuat kont*l bapak semakin berkedut dan erangan bapak semakin kuat. Badan bapak juga semakin belingsatan merespon kont*lnya yang sedang kusedot.
Lalu kujilat batang kont*l bapak yang kokoh. Tak luput urat kont*l bapak yang menonjol juga kujilati, hal itu membuat bapak semakin keenakan. Lalu kuturunkan jilatanku kepeler bapak. Tak kalah besarnya peler bapak dengan dua buah telur yang besar pula. Kuemut telur peler bapak, dan kusedot-sedot dengan kuat.
Bapak terlihat nyengir dan memegangi kepalaku ;
"Ahhh, ngilu jok pelere bapak aja disedot, didilati bae, mmmpphhh ahhh." (ahhh, ngilu jok pelernya bapak jangan disedot, di jilati aja, mmmpphhh ahhh) kata bapak sambil mengerang.
Kuhiraukan perkataan bapak. Aku semakin kuat menyedot dan menjilati peler bapak. Setelah puas aku kembali menyedot kont*l bapak yang berkedut indah itu.
"Ahhh, sshhhh mmpphhh, shhssh, ahhh."
Erangan bapak semakin kuat begitupun dengan kedutan kont*l bapak. Tidak kalah juga aku semakin kuat menyedot kont*l bapak disertai jilatan-jilatan.
Setelah setengah jam aku memainkan dan mengemut kont*l bapak, terlihat bapak semakin gelisah.
"Mmpphh, bapak ora kuat, meh metu jok, ahhh." (Mmpphh, bapak ngga kuat, udah mau keluar jok, ahhh).
Lalu tiba-tiba,
"Crottt, croottt, crootttt, crotttt." bapak menyemprotkan cairan hangat yang begitu banyak di dalam mulutku. Sebanyak 8 kali, bapak menyemprotkan pej*hnya. Akupun yang kaget langsung menelan semua cairan bapak. Rasanya kuat banget asin, pait dan sangat kental."Ahhhhhhh, ahhhhh, ahhhh, mmmppsss asu enak pisan, ahhh." (Ahhhhhhh, ahhhhh, ahhhh, mmmppsss asu enak pisan, ahhh).
Erang bapak sambil mengeluarkan pej*hnya. Kont*lnya masih berkedut-kedut di dalam mulutku. Lalu kujilati kepala kont*lnya dan bapak kegelian.
"Uwis jok, keri." (udah jok, geli).
Akupun melepaskan kont*l bapak dari mulutku, tapi aku masih memegangnya sambil kumainkan.
"Ko sianu sekang ndi, bisa ngolohi kont*l jok?" (kamu belajar dari mana, bisa ngemut kont*l jok?) tanya bapak.
"Aku pernah weruh ibu pas wengi-wengi dolanan manuke bapak karo di dilati." (aku pernah lihat ibu pas malem-malem mainan kont*l bapak sambil di jilati).
"Owalah jan parah." (owalah parah ini) kata bapak sambil menepuk jidatnya.
Aku hanya nyengir menanggapi tingkah bapak yang menurutku konyol.
"Yawis, ndeng aduse, mbok ibune ngeneh bate kesuwen, malah mengko pingsan weruh miki, hahaha." (yaudah, cepet mandinya, nanti ibu kesini karena kelamaan, ntar pingsan lagi liat yang tadi, hahaha) kelakar bapak.
Setelah selesai aku dan bapak langsung masuk kerumah. Kulihat ibu sedang menonton sinetron di tv.
"Adus koh kaya lagi macul, suwe pisan, ke jangane dadi adem. Cepet pada klamben terus madang bareng mayuh." (Mandi kok kaya lagi nyangkul, lama banget, tuh sayurnya jadi dingin. Cepat pake baju terus makan bareng) ibu berkata sambil terus melihat ke tv tanpa menengok.
Aku dan bapak hanya tersenyum saja menanggapi perkataan ibu.
Biasa ibu-ibu kalo udah nonton sinetron pasti lupa segalanya. Suaminya aja yang abis digarap kont*lnya sama anaknya aja dibiarin, wkwkwk.Setelah semua kumpul, lalu kami makan siang bersama. Walaupun keluarga kami sederhana, tapi kalo soal makan kami harus makan bersama. Kata ibu biar makin nikmat makannya.
Aku lahap sekali makan masakan ibu yang super duper enak.
Setelah kenyang, aku lalu ijin ke kamar buat tidur siang. Hehe dasar kebo, abis makan tidur..
.
.
.
.
.
.
.
.🌻🌻🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
Bapak dan Desaku Yang Indah
Short StoryCERITA SEBELUMNYA DI HAPUS !!! Perkenalkan aku Joko, aku seorang anak petani desa. Aku tumbuh dan besar di sebuah desa di bawah kaki gunung yang asri. Aku hidup dengan keluarga yang sangat hangat walaupun penuh kesederhanaan. Aku punya 2 saudara yai...