Sesampainya di rumah aku langsung tiduran di kamar. Hari ini cukup melelahkan di tambah lagi cuaca yang terik.
Aku tertidur sekitar satu jam, dan terbangun karena ada yang menggelitiki hidung ku.
"Haaaachiiimmm..."
"Hahahahahahahaha..."
Terdengar suara tawa dari bocah yang mengganggu ku.
"Ryaaannn..." teriaku.
"Kaburrrr..."
Ryan lalu kabur sebelum aku geplak pake tangan. Ku kejar dia karena sedang asik-asiknya mimpi nyepong kontol anggota babinsa tadi pagi jadi terganggu.
Setelah berhasil ku tangkap, dia ku kelitiki sampai dia menyerah dan meminta ampun. Terlihat dia tertidur di lantai dengan nafas tersengal.
Kini dia sudah besar dan duduk di bangku kelas 4. Semenjak dia sunat pertumbuhan badannya semakin terlihat. Bahkan tingginya hampir menyamai ku. Dari wajah dan postur tubuhnya dia mirip sekali dengan Mas Anto.
Ngomong-ngomong tentang Mas Anto, aku jadi rindu dengan genjotan kont*lnya. Sudah lama aku tidak meminta jatah ke padanya akibat dia sedang ada pekerjaan di proyek besar.
"Mas Anto wis bali urung ?" (Mas Anto udah pulang belum ?) tanya ku.
"Dereng lik, tirose setu." (Belum om, katanya sabtu) jawabnya.
Aku hanya mengangguk menganggapinya.
"Nusul mbah yuh lik." (Nyusul mbah yuk om) ajaknya.
"Ngko dela tok ganti." (Nanti sebentar tak ganti dulu).
"Ryan nunggu teng njaba lik." (Ryan nunggu di luar om) katanya.
Setelah sampai di sawah kulihat bapak baru saja selesai mencangkul, dia sedang membersihkan diri di selokan.
"Loh pak wis rampungan apa ?" (Loh pak udah selesai apa ?) tanyaku.
"Uwis, ngaso dela." (Udah, istirahat sebentar) jawabnya.
"Yah mbah, Ryan pen nggolet sisi melik krihin." (Yah mbah, Ryan mau nyari ikan kecil dulu) protesnya.
"Ya sagi, mbah li ngaso disit neng gubuk." (Ya silahkan, mbah istirahat dulu kok di gubuk).
"Yeeyyy..." teriaknya girang.
Lalu aku dan bapak istirahat di gubuk tak jauh dari posisi Ryan. Bapak tiduran sambil bertelanjang dada.
Aku yang dari tadi pagi sange dan belum tersalurkan, akhirnya aku membuka celana bapak dan menyepong kont*lnya.
"Aahh... Karo di delengi mbok Ryan weruh." (Aahh... Sambil di liatin takut Ryan lihat).
"Mmhhh... clkkk... clkkk..."
Aku semakin cepat menyepong kont*l bapak. Sesekali ku jilati kepala dan batang kont*lnya. Sudah lama sekali aku merasakan kont*l bapak, tapi sedikit pun aku tidak pernah bosan.
"Aahhhh... Mmhhh... Sedot Jokkhh..." desah bapak.
Lalu dengan semangat kusedot kont*l bapak tanpa ampun. Kumasukan kont*l bapak sampai menyentuh ke tenggorokan.
Sambil sesekali ku pantau pergerakan Ryan. Setelah puas mengecap kont*l bapak, aku mulai menurukan sedikit celana ku.
Lalu ku naiki bapak sambil membelakanginya. Ku oleskan ludah ke lubang sil*tku untuk memudahkan masuknya kont*l bapak.
"Aarrrggghhhh..." erang kami bersamaan.
Kugoyangkan bokong ku naik turun, sambil tangan bapak memegangi pinggulku.
"CLOKK... CLOOKKK... CLOOKKK..."
"Aahhh... Bapakkhh..."
"Mmmphhh..."
Goyanganku semakin lama semakin cepat. Hal itu membuat bapak semakin ke-enakan.
Lalu bapak mengambil alih permainan dan menggenjot dengan ganas dari bawah."Sshhh... Aarrggghhh..."
"Mmmpphhh... Ngggghhh..."
"CLOKKK... CLOOOOKKKK... CLOKKK..."
Bunyi indah itu mengiringi percumbuan indah kami di gubuk. Bapak semakin tua semakin perkasa saja.
"Aarrghhh... Bapak Joko pan metuuu..." (Aarrghhh... Bapak Joko mau keluarrr...) erang ku.
"Bareng Jokkkhh..."
Tak berselang lama, kami pun mencapai puncak bersamaan.
"Aarrrggghhhh..."
"Crrooottt... Crootttt... Crooottt..."
"Croottt... Croottt... Crootttt..."
Hangat kurasakan semburan pej*h dari bapak di dalam sil*t ku.
Setelah nafas kami teratur, lalu kami membersihkan diri dan mengajak Ryan untuk pulang karena hari sudah sore.
🌻🌻🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
Bapak dan Desaku Yang Indah
KurzgeschichtenCERITA SEBELUMNYA DI HAPUS !!! Perkenalkan aku Joko, aku seorang anak petani desa. Aku tumbuh dan besar di sebuah desa di bawah kaki gunung yang asri. Aku hidup dengan keluarga yang sangat hangat walaupun penuh kesederhanaan. Aku punya 2 saudara yai...