Akhirnya MOS sudah selesai, diakhiri dengan upacara penutupan.
Setelah itu aku dan Saraf bergegas menuju ke papan informasi untuk melihat pembagian kelas kami.
"Aaaaa... Yeeeayyyy..." teriak kami bersamaan.
Kami satu kelas di 10 IPA 1, hal itu membuat kami senang. Lalu kami menuju ke kelas dan memilih tempat duduk sebelum pulang.
Aku pulang naik bus, sedangkan Saraf di jemput bapaknya.
Setelah sampai di rumah, aku di suruh ibu untuk mengantarkan makanan ke rumah Mas Anton.
"Jok, njujugna panganan nggone Mas Anto." (Jok, anterin makanan ke rumah Mas Anto).
"Loh, napa mpun wangsul bu ?" (Loh, apa udah pulang bu ?) tanyaku.
"Ya wis lah." (Ya udah lah).
"Lah Ryan apa mboten teng umah ?" (Lah Ryan apa ngga di rumah ?).
"Melu bapak meng sawah." (Ikut bapak ke sawah) jelasnya.
Lalu aku mengambil makanannya dan langsung bergegas ke rumah Mas Anto.
Setelah aku sampai di rumahnya, aku langsung masuk ke dalam.
"Mas Anto." panggil ku.
"Nang pedangan Jok." (Di dapur Jok) sautnya.
Lalu aku pun menghampirinya dan menyapanya.
"Halo mas, apa kabar ?"
"Apik, tembe bali ko ?" (Baik, baru pulang kamu ?) tanyanya.
"Iya mas, niki kon njujugna maeman akone ibu." (Iya mas, ini disuruh nganterin makanan sama ibu) jawabku.
Mas Anto memandangi ku dari atas sampai ke bawah. Tatapannya berhenti sebentar di bokongku yang terbungkus celana ketat, sedangkan aku sendiri hanya dapat tersenyum melihat tonjolan di celana kolor Mas Anto.
"Oh iya suwun ya." (Oh iya makasih ya).
"Ko arep nginum apa ora ?" (Kamu mau minum apa ngga ?) tanyanya.
"Arep mas." (Mau mas).
"Gep nginum apa ?" (Mau minum apa ?) tanyanya lagi.
"Susu mas sing kentel." (Susu mas yang kental) jawab ku.
Mas Anto tersenyum menanggapinya. Sambil menunggu Mas Anto membuat susu, aku duduk di atas meja di tengah-tengah dapurnya.
"Joko lenggah teng mriki ya mas." (Joko duduk di sini ya mas) tanyaku.
"Gari koh Jok." (Boleh kok Rin) kata Mas Anto sambil mendekati ku dengan membawa gelas berisi susu yang di ambilnya dari kulkas.
Namun entah karena apa, kakinya tersandung ujung keset yang berada di lantai. Mas Anto pun limbung ke depan hingga menumpahkan isi gelas tadi ke kaos dan celanaku.
"Aaah...!" pekik ku kaget.
Sedangkan kedua tangan Mas Anto langsung menggapai pahaku untuk menahan tubuhnya agar tidak jatuh.
"Aduh ngapura Jok, mas ora kemaha." (Aduh maaf Jok, mas nggak sengaja) jelasnya sambil buru-buru mengambil lap dan menyeka celana dan kaos ku.
Aku yang masih terkejut hanya diam mengamati tangan Mas Anto yang berada di atas dadaku dan matanya yang nampak berkonsentrasi menyeka kaosku. Puting dadaku tercetak semakin jelas di balik kaosku yang basah dan hembusan nafas ku yang memburu menerpa wajah Mas Anto.
"Mas, mpun mas." (Mas, udah mas) kataku lirih.
Dia pun menoleh ke atas memandang wajahku dan bukannya menjauh malah meletakkan kain lap tadi di sampingku dan mendekatkan kembali wajahnya ke wajahku dan tersenyum sambil mengelus rambutku.
"Mas kangen Jok." ujarnya lembut.
Aku menunduk malu tapi tangannya mengangkat dagu ku dan malahan menciumku tepat di bibir.
Aku refleks memejamkan mata dan Mas Anto kembali menciumku, tapi sekarang lidahnya mencoba mendesak masuk ke dalam mulutku. Aku balas melumat bibirnya dan tanganku meraih pundaknya, sedang tangannya sendiri meraba-raba pahaku.
Ciumannya makin buas, dan kini Mas Anto turun ke leher dan menciumku di sana. Sambil berciuman, tanganku meraih kaosnya dan membukanya.
Tanganku menelusuri dadanya yang bidang, kemudian mengecupnya lembut. Sementara itu tangan Mas Anto juga tidak mau kalah bergerak mengelus bokongku dari luar, kemudian ke atas lagi dan meremas dada ku.
"Uhhh..."
Aku melenguh agak keras dan Mas Anto pun makin giat meremas-remas dadaku dan memainkan putingnya. Perlahan dia melepaskan ciumannya dan aku membiarkan dia melepas kaos ku.
Kini aku duduk hanya mengenakan celana. Mas Anto memandangku tidak berkedip. Kemudian dia bergerak cepat melumat kembali bibirku.
Mas Anto mulai memainkan kedua puting dada ku bergantian dan aku memilih untuk memejamkan mata dan menikmati saja.
Tiba-tiba aku merasa putingku yang sudah tegang akibat nafsu itu menjadi basah dan ternyata Mas Anto sedang asyik menjilatnya dengan lidahnya yang panjang dan tebal.
"Uh... Nggghhh..."
Dia jago sekali melumat, mencium, menarik dan menghisap puting kiri dan kananku.
Tanpa kusadari, aku pun mengeluarkan erangan yang lumayan keras dan itu malah semakin membuatnya bernafsu.
"Mas... aah... aah..."
Entah kapan tepatnya, Mas Anto berhasil meloloskan celana dan celana dalam ku, yang pasti tahu-tahu aku sudah telanjang bulat di atas meja dapur.
Mas Anto sendiri sudah melepas celananya, dan kini dia telanjang juga. Mas Anto membungkuk dan jilatannya pindah ke lubang sil*tku yang sengaja kubuka selebar-lebarnya agar dia dapat leluasa menjilatinya.
Kemudian lidah yang hangat dan basah itu pun, menelusup masuk ke dalam dan mulai mengerjai lubangku. Dan begitu terus berulang-ulang hingga aku mengerang tidak tertahan.
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•Cerita selengkapnya sudah tersedia di karyakarsa.
Link :
https://karyakarsa.com/jokooo69/bapak-dan-desaku-yang-indah-2-178018
Yang berminat saja !
🌻🌻🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
Bapak dan Desaku Yang Indah
Cerita PendekCERITA SEBELUMNYA DI HAPUS !!! Perkenalkan aku Joko, aku seorang anak petani desa. Aku tumbuh dan besar di sebuah desa di bawah kaki gunung yang asri. Aku hidup dengan keluarga yang sangat hangat walaupun penuh kesederhanaan. Aku punya 2 saudara yai...