Bagian 6

2K 49 0
                                    

Siang hari setelah kejadian di sumur dengan bapak, kini aku di rumah sendiri. Bapak dan ibu pergi ke kota untuk membeli keperluan di sawah.

Aku sengaja tidak ikut karena ingin main ke rumah mba yani. Aku ingin bermain bersama keponakan ku yang lucu. Namanya Ryan, usianya sekitar 2 tahun, dia mirip sekali dengan bapaknya yaitu kakak iparku, mas anto.

Setelah mengunci pintu rumah dan jendela, aku bergegas pergi ke rumah mba yani. Rumahnya dekat, hanya selisih beberapa rumah tidak sampai 3 menit pun sudah sampai.

Ketika aku sudah sampai, aku langsung masuk dari pintu belakang. Kulihat rumah sepi, tidak ada tawa dari keponakan ku. Iya, juga karena mba yani bekerja di pabrik yang ada di pusat kota kecamatan. Jadi, pasti dirumah hanya ada mas anto dan keponakanku.

Lalu, ku buka gorden kamar mba yani. Terlihat keponakan ku tertidur, juga disampingnya mas anto yang tertidur pula. Aku terkesima, karena mas anto tidur hanya memakai handuk di pinggangnya. Mungkin tadi baru selesai mandi dan langsung tertidur.

Mas anto bekerja sebagai tukang bangunan, tapi saat ini dia menganggur. Paling dia tadi malam habis memancing di kolam dengan kawan-kawannya. Ya, memancing itu hobinya. Pasti dia sangat mengantuk, karena semalam suntuk memancing. Sehingga tidurpun masih menggunakan handuk.

Kudekati mas anto yang tertidur di pinggir kasur tanpa ranjang. Kulihat badannya yang sekel, perutnya terbentuk akibat dari pekerjaannya. Badannya sedang, tidak kurus maupun gendut. Tapi menurut ibu mas anto ini kurus.

Aku duduk disampingnya, kubelai wajahnya lalu turun ke dada bidangnya. Kumainkan putingnya yang berwarna coklat gelap. Setelah puas bermain diputingnya, lalu kutelusuri perutnya. Lalu pandanganku kuturunkan ke selangkangannya. Terlihat ada yang bergerak di balik handuknya. Lalu kupegangnya, dan ya itu kont*lnya.

Mungkin kont*lnya bangun saat aku menggerayangi badannya dan memainkan putingnya. Lalu kubuka handuk yang melilit dipinggangnya. Dan terlihat kont*l panjang mas anto. Kont*lnya benar-benar panjang, bahkan lebih panjang dari kont*l bapak tapi kont*l bapak lebih tebal dari kont*l mas anto.

Kukocok kont*l mas anto dengan halus, lalu aku tidur menyamping disebelah mas anto. Kujilati putingnya yang menggoda sambil kusedot pelan.

"Mmmphh..."

Kudengar mas anto berguman pelan. Mungkin dia sedang mimpi kalo mba yani yang sedang menghisap puting dan mengocok kont*lnya.

Setelah puas menghisap putingnya lalu kuturunkan kepalaku tepat di depan kont*l mas anto. Kujilati kepala kont*lnya, lalu turun ke bagian batang kont*lnya.

Kumasukan kont*l mas anto ke dalam mulutku. Lalu kuhisap dan kusedot dengan ritme yang pelan. Karena kont*l mas anto yang panjang, tidak semua kont*lnya masuk ke dalam mulutku. Kuhisap dan kusedot-sedot dengan memainkan lidahku untuk menjilati kont*l mas anto. Hal itu membuat mas anto kembali berguman sambil mendesah.

"Mmpphhh...sshhh... aahhh..."

Aku sudah tidak peduli mas anto bakal bangun atau tidak. Karena aku benar-benar sange dari tadi pagi akibat bapak belum mengent*tku. Dia janji nanti sore di sawah sehabis dia pulang dari kota.

Setelah puas menghisap kont*l mas anto, lalu aku bangun dan membuka celana dan bajuku. Kududukan pant*tku persis diatas kont*l mas anto yang basah terkena air liurku.

Dengan perlahan kumasukan kont*lnya ke dalam lubang pant*tku. Kuturunkan pant*tku dengan perlahan.

"Sshhhhh... mmphh..."

Aku merintih tertahan, menahan masuknya kont*l panjang mas anto.

"Blesss... aahhhh..."

Kembali aku mendesah setelah kont*l mas anto masuk semua ke dalam lubang pant*tku. Kutahan beberapa saat sampai lubangku bisa beradaptasi dengan kont*l mas anto.

Bapak dan Desaku Yang IndahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang