00.10

1.6K 141 4
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 20.35 waktu setempat. Terlihat athael yang sedang duduk di sofa sibuk memainkan ponselnya sedangkan athala sudah menahan kesal sedari tadi karena athael mengabaikan dirinya tepat setelah mereka memutuskan santai di sana.

"Dek" panggil Athala.

"Adek!" Panggilnya lagi dengan nada menahan kekesalannya.

Athael yang masih fokus terhadap ponselnya mengabaikan total panggilan dari athala.

"Athael!" Panggil Athala sekali lagi dengan menekankan nada bicaranya.

"I-iya, bang?" Jawab Athael saat merasakan hawa yang tidak enak di sampingnya dan reflek menyembunyikan ponselnya.

"Hm" cuek athala.

"Maaf, tadi el terlarut saat baca novel online di hp. El gak bermaksud nyuekin abang kok" jelas athael dengan kepala yang menunduk.

Athael merasa tidak enak kepada athala. Padahal athala ada disini karena ingin menemaninya. Tapi ia malah sibuk dengan dunianya dan mengabaikan kehadiran athala.

Athala sebenarnya masih merasa kesal dengan tingkah adik kesayangannya itu. Tapi mau bagaimana lagi, ia tak tega melihat adiknya meminta maaf dengan kepala tertunduk seperti itu.

Karena takut ia akan salah bicara, athala hanya bisa mengusak gemas rambut athael. Ia berusaha menyampaikan jika ia sudah tidak kesal lagi dengannya.

Saat merasakan sesuatu di kepalanya, athael langsung mendongak dan menatap athala. Terlihat athala yang tersenyum dengan lembut ke arahnya. Athael lagi-lagi merasakan perasaan nyaman dan juga hangat di hatinya saat merasakan sikap athala terhadapnya.

"Tidur, sudah malam" ucap athala dengan nada lembut.

Athael mengangguk dan merentangkan kedua tangan "Em..  gendong" ucap athael dengan puppy eyes nya.

"Dasar manja" balas athala tapi masih menuruti semua keinginan athael.

Kebiasaan athael saat masih menjadi jihan ternyata terbawa kedunia ini. Sikap manjanya tanpa sadar selalu muncul saat ia merasa nyaman disertai dengan rengekan jika keinginannya tidak di turuti.

Athala menggendong athael dan berjalan menuju kamar athael. Setelah sampai di kamar ia menurunkan athael di atas kasur dan menyuruhnya berbaring lalu setelahnya baru athala naik ke atas kasur dan menidurkan dirinya tepat di samping athael.

"Lampunya matiin" ucap athael.

Tanpa banyak bicara athala kembali bangun mematikan seluruh lampu kamar kecuali lampu remang yang berada di samping tempat tidur.

Setelah mematikan semua lampu ia kembali berbaring di samping athael. Dengan inisiatifnya, athala menarik athael kedalam pelukannya dan mengusap-ngusap kepala athael dengan lembut.

Sebelum melayangkan protes nya, athael merasakan tangan yang lebih besar dari tangannya itu mengusap kepalanya dengan lembut. Karena merasa nyaman, athael secara perlahan mulai memejamkan matanya dan ia akhirnya tertidur didalam pelukan athala.

Pukul 02.00 dini hari, Athala terbangun saat merasakan gerakan di sampingnya. Mengucek matanya sebentar sebelum ia mendengar suara tangisan dari sampingnya.

"Maaf.. maaf.." gumam athael masih dengan mata terpejam dan disertai air mata yang terus keluar.

"Papa, maafin el"

"El gak bakal ... lagi"

Athala terdiam beberapa saat karena terkejut melihat athael yang tertidur menangis dan mengigo. Bukan hanya air mata yang di lihatnya, athael mengeluarkan keringat dingin di sekujur tubuhnya.

Athala mencoba membangunkan athael dengan memanggil namanya berkali-kali. Raut wajah khawatir terpampang jelas di wajahnya kini. Ia tidak tahu harus bagaimana dan berakhir dengan athala yang mencoba menepuk nepuk pipi athael.

"Dek.. bangun.. dek" ucap athala dengan nada yang gemetar.

Baru kali ini ia merasakan ketidak berdayaan terhadap sesuatu. Ia terlalu panik melihat keadaan athael sehingga tidak bisa berfikir dengan cepat seperti biasanya.

Setelah beberapa saat athael terbangun dengan nafas yang tak beraturan. Athala yang melihatnya segera mengambil gelas yang memang tersedia di nakas dan memberikannya kepada athael.

Setelah melihat athael yang mulai tenang, ia pun menghela nafas lega.

"Gak papa?" Tanya athala

Athael membalas dengan anggukan dan menatap athala, mencoba meyakinkan jika dia memang benar baik-baik saja.

Tapi dari sudut pandang athala, yang terlihat hanya athael yang mengangguk dengan mata sayu dan senyum menyedihkan nya.

"Ke dokter?" Tanya athala yang masih khawatir dengan keadaan Athael.

Athael menggeleng dan mencoba kembali untuk tertidur.

"Cerita" ucap athala tiba-tiba.

Athael membuka kembali matanya saat mendengar ucapan athala.

"Bolehkah?" Tanya athael memastikan.

"Boleh, tapi nanti" jawab lembut athala dengan tangan yang menyingkirkan rambut athael yang menghalangi pandangannya.

Athala kembali memeluk athael dengan erat, seolah jika melepaskan pelukan itu athael akan menghilang.

"Sekarang, kita tidur" ucap athala lagi.

Athala kembali mengusap-ngusap belakang kepala athael dengan lembut sampai athael telelap lagi.

'Sebenarnya apa yang terjadi?' Batin Athala sebelum ia ikut terlelap.

Keesokan harinya, yang pertama bangun adalah athala. Dengan sigap athala segera pergi mandi lalu turun ke bawah memasak sesuatu dengan bahan yang ada di kulkas.

Setelah beberapa saat berkutat di dapur, ia kembali ke kamar athael. Ekspektasi dia saat kembali adalah melihat athael yang sudah siap dengan seragam sekolahnya. Tapi memang realita tak sesuai ekspektasi.

Saat memasuki kamar, terlihat athael yang masih tertidur meringkuk dengan memeluk erat guling.

Athala membuka jendela kamar athael berharap athael terbangun saat merasakan angin dingin di pagi hari. Lalu athala mulai memanggil nama athael beberapa kali. Tapi tetap setelah beberapa percobaan athala lakukan athael susah untuk terbangun dari tidur nyenyaknya itu.

Dengan kesal athala menggendong athael dan membawanya ke kamar mandi. Athael yang merasa tidurnya terusik saat athala menggendong nya pun terbangun.

Ia masih mencoba memproses apa yang terjadi dengan setengah sadar. Setelah tersadar sepenuhnya, athael sudah berada di kamar mandi.

"Mandi, turun makan" ucap athala dan meninggalkan athael yang masih syok.

Reinkarnasi Athael [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang