11.pilihan sulit

395 70 6
                                    

Ruangan VIP itu hanya berisi satu orang saja. Galen menatap ke arah jendela sembari beberapa kali menggumamkan nama Joshua dan Rajash.

Namun terdengar suara langkah sepatu pantofel yang memasuki ruangan itu. Membuat Galen kembali bergetar takut melihat siapa yang ada di depannya.

"Ja---hat! Pergi! Pergi!"Galen berteriak seraya bergerak ke sana kemari.

Orang yang menghampiri Galen tersenyum hingga memperlihatkan gusinya. Memasukkan tangan ke dalam saku celana dengan santai.

"Lama tidak bertemu, Pak Galen. Mantan polisi kesayangan warga!"orang itu terkekeh.

Lalu semakin mendekat."saya heran, setelah jatuh dari lantai lima pun, anda tidak mati-mati, ya?"

Orang itu menghela napas dan menatap keluar jendela. "Menambah kerjaan saja ... Tapi tidak apa-apa! Ini menyenangkan."Tawa kembali mengudara. Sedangkan Galen kini semakin tak karuan. Dan mulai menjatuhkan vas bunga.

Bertepatan dengan Joshua yang memasuki ruangan bersama dengan Rajash dan Arjuna.

"Ayah! Udah Ayah! Ada Jo di sini ... Adaa Rajash sama Juna juga. Udah nggak apa-apa,"kata Joshua mencoba menenangkan Galen. Memeluk pria itu dan mengelus punggungnya.

Namun Galen tetap berteriak. Segera Joshua pencet tombol darurat. Agar ayahnya segera ditangani.

Tak lama datanglah dokter beserta suster yang menangani sang Ayah yang terus memberontak hingga akhirnya dokter tersebut dapat menyuntikkan obat penenang.

Joshua menghela napas dan menetap sendu pada Galen yang kini kembali berbaring dengan pasrah pada kasur.

Pemuda sembilan belas tahun itu mendekat dan mengelus rambut sang ayah yang telah memiliki berapa yang berwarna putih.

Rajash di belakang Sang kakak hanya bisa berkaca-kaca melihatnya.

"Joshua? Saya tadi sedang melewati ruangan ini untuk menjenguk teman, tapi saya melihat ayah kamu sedang mengamuk jadi saya menghampirinya tadi...."Septian berujar dengan wajah penuh perhatian.

Joshua menatap Septian dengan senyum kecil. "maaf membuat Pak Septian kembali repot karena kami...."

"Tidak. Tidak sama sekali merepotkan untuk saya,"jawab pria berusaha dua puluh enam tahun itu seraya menepuk pundak Joshua.

"Jo, saya pikir, dengan kondisi ayahmu, sepertinya beliau harus di rawat dengan dokter spesialis kejiwaan."Septian kini berdiri di samping Joshua, menatap pada Galen yang kini tertidur.

Dengan ragu Joshua menoleh, lalu kembali menunduk. "Tapi---"

"Saya yang akan tanggung semuanya. Saya tau, kamu masih harus bekerja untuk menghidupi adikmu, kan? Akan susah jika kamu hanya terus di rumah sakit. Saya rasa, ini adalah jalan terbaik, Jo,"sela Septian meyakinkan Joshua.

"Gua rasa orang ini ada benarnya, Jo. Kasian juga Rajash kalau di tinggal terus juga."Arjuna menambahi. Menatap Rajash yang hanya diam dan sesekali melirik pada Septian.

Sejenak Joshua terdiam, lalu menghela napasnya. "Tapi, apa harus sampai di dokter spesialis kejiwaan? Ayah baik-baik aja selama ini. Ayah cuma ... Sedikit sakit aja! Lagi pula, saya sudah banyak di bantu oleh Pak Septian."

Joshua in another universe(again)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang