2.Ayah dan Adik

953 146 10
                                    

Joshua membuka matanya begitu merasakan sentuhan pada pipinya. Begitu manik hitam legamnya terbuka, didapat dilihatnya wajah ayah dari Joshua Arsaloka yang menatapnya dengan senyuman lebar.

Joshua ikut mengembangkan senyumannya, sebelum mendudukkan dari dan mengusap mata.

"Ayah sejak kapan di sini?"tanya Joshua seraya menuntun sang ayah duduk di atas kasur.

Pria paruh baya itu menatap dengan terkejut, kemudian bertepuk tangan dengan girang seraya berseru,"Abang! Abang omong yayah! Abang Jo omong yayah!"

Joshua menundukkan kepalanya dengan senyum miris. Sebelumnya, Joshua Arsaloka adalah orang jarang berbicara dan selalu mengacuhkan sang ayah, Galendra. Juga adiknya.

Joshua membawa tubuh pria paruh baya itu ke dalam pelukannya, lalu mengusap punggung itu. "Maafin Jo, ya, Yah? Joshua janji setelah ini bakalan lebih baik lagi sama ayah dan Rajash ...."

Suara pintu yang dibuka terdengar, dapat Joshua lihat adiknya, Rajash, terdiam di depan pintu menatapnya dengan raut wajah terkejut.

"A---ayah ganggu Abang, ya? Maaf. Biar Rajash bawa keluar,"ujar si bungsu dengan gugup.

Joshua melonggarkan pelukan dan menggeleng."nggak. Ayah nggak ganggu sama sekali."

Rajash mengangkat wajahnya dengan semakin terkejut.

"Kalian belum sarapan, kan? Biar Abang masakin."Joshua berujar sembari berdiri. Lalu berjalan keluar dari kamar dengan ukuran yang cukup sempit itu.

Ayah dua anak itu ikut berdiri dan mengikuti Joshua keluar dari kamar dengan girang. Meninggalkan Rajash di ambang pintu. Masih mematung dengan wajah tak percaya.

Mata pemuda dengan seragam SMA itu berkaca-kaca. Dia memegang tali tasnya dengan erat. Pikiran pemuda itu begitu berkecamuk. Ada apa dengan abangnya? Mengapa terasa begitu berbeda?

Sejenak dia berpikir apa sebentar lagi dirinya dan ayahnya akan dibuang? Namun segera dia menepuk-nepuk pipinya dengan sedikit keras. Mengenyahkan pikiran buruk dan sedikit tak masuk akal itu.

Diam-diam dia berharap, agar ini menjadi awal dari perubahan sikap dari Joshua. Meskipun keraguan dan tanda tanya tak kunjung hilang dari benaknya. Setidaknya jika Joshua benar-benar berubah dia akan menemukan alasan baru untuk tetap bertahan selain untuk menjaga sang Ayah.

Panggilan Joshua dari dapur menyadarkannya. Segera dia membalas dan menghampiri si sulung yang sedang memotong bawang di dapur sederhana mereka. Lalu pandangannya beralih pada sang ayah yang sedang mengelus salah satu kucing peliharaan mereka sembari sesekali berbicara dengan Joshua yang sedang memasak. Terlihat begitu asing, namun terasa nyaman.

Rajash mengembangkan senyuman. Mungkin ini bodoh dan tak rasional, tapi Rajash akan memilih untuk membutakan matanya pada sikap Joshua sebelumnya. Dia berharap Joshua benar-benar berubah dan terus seperti ini.

***

Helaan napas terdengar. Joshua menatap puas begitu telah selesai mengepel lantai toko roti miliknya.

Dia menatap pada kaca yang menampilkan lalu lalang pengendara di luar sana. Pemuda itu diam, memikirkan bagaimana harus bersikap agar tak terlihat canggung saat bersama Galen dan Rajash

Tak bisa dipungkiri, meskipun pemuda itu telah cukup bisa menutupi kebenaran bahwa dia bukanlah Joshua Arsaloka dan merasakan nyaman di dekat kedua keluarga barunya itu, rasa canggung terhadap orang baru tentunya masih ada.

Ah sudahlah, aku akan terbiasa seiring dengan waktu. Begitulah pikiran Joshua. Dia membawa ember dan pel yang dia pegang menuju ke belakang. Lalu kembali lagi ke depan dan membalik tanda yang menandakan bahwa toko kini telah dibuka.

Joshua in another universe(again)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang