Hela napas lega terdengar begitu Joshua melihat toko kini telah bersih. Pemuda itu tersenyum pada Arjuna yang juga telah kembali dari menaruh alat bersih-bersih.
"Makasih buat hari ini, Juna!"Joshua berkata dengan ramah.
Arjuna menangguk dengan senyuman tipis. Lalu mengelus rambut halus Joshua. Tak ada lagi rasa canggung pada dua pemuda itu.
Saat akan mengambil tas, suara pintu yang di buka membuat Joshua dan Arjuna menoleh. Mendapati Kevin dengan mata sembab menuju pada Joshua.
"Jo, bisa minta tolong ikut aku bentar?"katanya dengan wajah memelas.
"Pak Dokter, kenapa?"Joshua bertanya dengan bingung melihat kondisi Kevin.
Menghela napas, Kevin mengelus rambut belakangnya.
"Hava ... Alat bantu ibunya baru aja di lepas siang tadi. Aku yakin dia lagi nggak baik-baik aja buat saat ini. Tapi aku rasa, biarpun aku atau Tantenya, nggak ada yang bisa cukup nenangin dia buat saat ini."Kevin berhenti sejenak. Lalu menatap pada netra teduh Joshua. Kembali melanjutkan,"tapi, aku rasa kamu itu orang yang tepat. Tenang dan bisa buat Hava cepat terbuka. Aku yakin kamu bisa buat dia lebih tenang...."
Mulut Joshua sedikit terbuka, tak menyangka akan apa yang didengarnya. Itu pasti berat untuk Hava.
"Kalau kamu pikir aku bisa bantu, kayaknya aku akan coba...."Joshua menatap pada Kevin.
Joshua menoleh pada Arjuna.
"Juna, aku duluan, ya? Kamu bisa istirahat sekarang.""Tapi kamu juga butuh istirahat, Jo."Joshua tersenyum mendengar perkataan Arjuna.
"Aku bakalan istirahat nanti. Duluan, Jun. Kuncinya aku kasih kamu dulu, Ya!"
Arjuna menghela napas melihat Joshua yang pergi bersama Kevin. Dia bersedekap dada, lalu mengambil kunci dan berjalan keluar dari toko.
"Padahal dia juga capek,"lirih Arjuna dengan tangan yang sibuk mengunci Toko.
***
Hening. Itu lah yang mengisi di sekeliling Hava saat ini. Pria dengan kemeja hitam itu menumpu kepala dan lengan pada lutut. Duduk di atas tangga menatap pada jalanan ramai kota dari dinding kaca rumah sakit.
Tak banyak gerakan yang pemuda itu lakukan. Hanya diam dengan mata kosong bahkan saat air matanya mengalir melewati pipi.
Namun Hava mulai merasakan keberadaan seseorang di sekitarnya. Dia mengangkat kepala, dapat Hava lihat Joshua yang menghampirinya dari bawah.
Menatap dengan teduh pada Hava yang berkedip, membuat bulir air mata kembali jatuh.
"Hava...."lirih Joshua. Pertama kalinya menyebut nama dari pria dengan rambut cepak itu.
Dapat Joshua bayangkan, bagaimana perasaanya saat harus merelakan orang yang disayanginya saat ini. Tanpa sadar tangan joshua bergerak menghapus bulir air mata dari pipi Hava.
Dan isak tangis pilu mulai mengisi kekosongan itu selaras dengan kedua tangan Hava yang menggenggam jemari yang telah mengusap air matanya.
"Mama ... Udah benar-benar nggak ada, Jo ... Mama udah nggak sakit lagi, kan, sekarang?"suara itu tersendat-sendat. Karena begitu susahnya meraih napas di kala sesak menghantam dada.
Joshua menangguk dengan mata berkaca-kaca. Mendekap tubuh bergetar itu dan mengelus punggungnya menenangkan.
Saat ini, biarkan Hava menyalurkan seluruh emosinya. Mengeluarkan seluruh apa yang tertimbun begitu lama. Semoga setelah ini, semuanya akan baik-baik saja untuk Hava. Joshua mengharapkan rasa ringan pada pria itu di kemudian hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Joshua in another universe(again)
Fantasicover by pinterest not bl🙅🏻♀️ Season dua dari "just Joshua." Joshua merasakan kematian untuk kedua kalinya. Dia pikir, ini adalah yang terakhir. Namun, takdir memberikan jalan lain untuknya. Pemuda dengan lesung pipi itu terbangun di dalam raga J...