Sasuke dan Naruto tidak bekerja di bawah perusahaan yang sama, tapi dalam beberapa kesempatan dan kebetulan mereka suka menyantap makan siang di restoran yang sama, mereka jadi sering bertemu dan mengobrolkan banyak hal. Naruto yang lebih banyak bicara, sebenarnya. Peran Sasuke, kebanyakan, dalam konversasi mereka adalah sebagai pendengar saja.
Siang Senin itu, Sasuke dan Naruto kembali dipertemukan di tempat yang sama, bedanya kali ini ada Shikamaru yang menimbrung di belakang Naruto. Kata Naruto, ia dan Shikamaru sedang mendiskusikan kerja sama tentang proyek baru.
Sasuke--seperti biasa--mengangguk dan memberikan Shikamaru sapaan singkat.
"Bagaimana denganmu, Sasuke?" Shikamaru adalah teman Sasuke saat SMA dan dalam beberapa kesempatan, walau tidak serutin Naruto, Shikamaru sering bersua dengan si bungsu Uchiha itu. "Aku dengar dari Ino kau dijodohkan dengan Sakura."
"WHATTTTT?" Naruto yang histeris.
"Kau tau dari mana?" Sasuke meninggikan alis.
"Ino cerita di group chat kami. Ino sepertinya tau dari Sakura."
"Tunggu, tunggu..., siapa yang dijodohkan dengan siapa?" Naruto masih tertinggal.
"Sasuke dengan Sakura." Shikamaru menjelaskan dengan sabar. "Kenapa kau sangat terkejut, sih?"
"Bagaimana bisa aku bereaksi santai, aku sudah kepikiran seperti itu sejak lama. Mereka berdua sudah seharusnya menikah!"
Sasuke menoyor kepala Naruto dan menghela napas jengah.
"Ino juga berpikir seperti Naruto," tambah Shikamaru. "Tapi sepertinya pemikiran itu tidak akan jadi kenyataan."
"Kenapa?" Naruto jadi heran, ada sedikit kekecewaan dalam suaranya.
"Karena, bodoh, aku dan Sakura hanya teman."
Sasuke tidak merasa perlu menjelaskan panjang lebar tentang alasannya menolak perjodohan konyol itu. Bagi Sasuke, kata 'hanya teman' itu sudah cukup untuk menjelaskan segalanya.
Kalau Naruto tidak mengerti dan masih memilih merengek dan melayangkan ribuan pertanyaan tidak penting seperti, kenapa tidak? Kenapa kau menolak? Kenapa dan kenapa dan kenapa?—Itu bukan urusan Sasuke kalau pria itu bodoh dari lahir.
"Padahal mereka sangat serasi." Karena diabaikan Sasuke, Naruto berpaling ke Shikamaru, mencari dukungan suara. "Kau pasti berpikir sama, kan, Shika?"
"Yaaah, mereka memang akrab." Shikamaru--kendati tidak akrab dengan Sakura dan Sasuke--sudah melihat bagaimana dua orang itu selalu merekat pada satu sama lain sejak remaja. Orang-orang di luar pertemanan mereka bahkan mengira keduanya pasangan karena mereka selalu tidak terpisahkan.
"Sasuke, apa kau tidak pernah menyukai Sakura-chan sama sekali?" Naruto kembali menyerang Sasuke dengan pertanyaan bodohnya. "Maksudku, kalian selalu bersama, masa kau tidak ada rasa sama sekali, sih?"
Dicecar seperti itu oleh Naruto, Sasuke merotasikan mata. "Kalau aku memang menyukai Sakura, kau tidak akan perlu bertanya."
Kalau Sasuke menyukai Sakura, ia akan menunjukkan kepada dunia kalau ia menyukai Sakura. Sasuke adalah pria yang percaya diri dan cukup frontal terhadap perasaannya. Ia bukan tipe pria yang akan memendam rasa dan menjadi nelangsa.
"Berhenti mengganggu Sasuke dengan pertanyaan itu," sela Shikamaru, "Kau membuatnya tidak nyaman."
"Yaah, tapi..."
"Begini, ya, Naruto..., aku juga berteman lama dengan Ino dan orang-orang sering menjodohkan kami karena itu. Mengatakan kami serasi dan seharusnya menikah. Tapi sebenarnya tidak seperti itu, kami berteman tapi kami tidak menyukai satu sama lain. Aku percaya hubungan Sasuke dan Sakura hanya murni pertemanan saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
I WISH YOU LOVE (SASUSAKU)
FanfictionKarena, bagaimanapun, mereka adalah teman. IWYL © Vivianne. NARUTO © Masashi Kishimoto.