Sakura mendapat telepon dari Mikoto ketika dia di rumah. Rangkuman dari panggilan itu adalah, Sakura sebaiknya tidak tergesa-gesa untuk belajar menyetir karena itu berbahaya, dan Mikoto juga meminta Sakura untuk lebih memahami Sasuke dan alasan mengapa pria itu menentang kemauan Sakura. Karena Mikoto sudah berbicara mewakili Sasuke dan menyuarakan pertentangan yang terbilang sama, Sakura mau tak mau menerima anjuran itu dan menunda rencananya.
Lagipula, belajar menyetir bukanlah sesuatu yang urgen bagi Sakura. Pemikiran itu hanya muncul karena Sakura iba pada Sasuke.
Melupakan masalah menyetir, sekarang fokus Sakura adalah kembali pada pekerjaannya.
Senin pagi itu, bersama Deidara dari tim editorial, Sakura mempunyai janji temu dengan penulis baru yang sebenarnya, lebih terkenal di dunia seni rupa, daripada literasi. Penulis baru itu bernama Akasuna Sasori, pria berusia 29 tahun yang baru-baru ini membangun kerja sama dengan Konan Publisher untuk menerbitkan antologi puisi karyanya pribadi.
Sebagai ilustrator yang terpilih dalam proyek itu, Sakura pun ikut menemui Sasori demi lebih memahami dan menyimak lebih jelas, bagaimana Sasori ingin mengekspresikan karyanya.
"Aku harap aku tidak begitu menyulitkan," adalah ucapan yang Sasori tujukan kepada Sakura setelah menutup diskusi di pertemuan singkat itu. Sudut bibir Sasori tertarik membentuk seulas senyum tipis.
Sakura sempat berpikir kalau Sasori adalah pribadi yang dingin dan angkuh setelah melihat banyak foto pria itu di sosial media yang jarang menunjukkan senyuman. Namun, tidak seperti yang Sakura bayangkan, Sasori merupakan pria dengan karakter ramah dan sopan. Dia gampang diajak berkomunikasi dan daripada menunjukkan kesan memerintah, dia mengajak Deidara dan Sakura bertukar pikiran tentang hal yang lebih layak untuk karyanya.
"Menyulitkan atau tidak, ini sudah tugasku untuk memenuhi ekspektasimu, Sasori-san." Tadi, di awal pertemuan, Sasori meminta Sakura untuk tidak formal padanya. Mengikuti kemauan pria itu, sekarang mereka saling memanggil dengan nama akrab.
Merasa tidak ada lagi yang perlu didiskusikan untuk sementara waktu, Deidara dan Sakura pun pamit undur diri dari hadapan Sasori. Sebelum pulang juga, sebagai dokumentasi dari pertemuan singkat itu, Deidara mengambil foto mereka bersama-sama, secara bergantian dan bertiga.
"Aku akan menandaimu di sosial media," kata Sakura, ketika hendak mengunggah fotonya bersama Sasori. Hal seperti ini bagus sebagai promosi sekaligus meningkatkan antisipasi fans berat Sasori yang mengikuti setiap perkembangan karya pria itu.
"Sakura..." tegur Sasori kembali, "Bisa aku meminta kontak personalmu, juga?"
Sakura sudah memberikan Sasori nomor ponsel yang dia gunakan untuk bekerja tadi. Jadi, melihat pria itu meminta kontak personalnya membuat Sakura agak bingung. Apa Sasori tidak sebaik yang ia pikirkan? Apa pria itu akan menerornya tentang pekerjaan pada jam 2 malam?
"Aku hanya ingin mengenalmu di luar pekerjaan," kata Sasori lagi, dan ucapannya membuat baik Sakura maupun Deidara membulatkan mata, terpana. Sasori memang menunjukkan sikap yang ramah dan sopan, tapi jelas sekali, di luar dua sikap itu, dia juga mempunyai kepercayaan diri yang tinggi. Dia tidak menunjukkan keseganan saat mengutarakan maksudnya.
"Sakura..." Deidara menyikut Sakura, membangunkan gadis itu dari keterpanaannya. "Katakan sesuatu."
"Ah, oh..." Sakura seketika tertawa canggung.
Melihat Sasori masih menunggu tanggapannya, Sakura pun, demi kelancaran pekerjaan, memberikan kontaknya pada Sasori.
Sakura agak terkejut pada pengakuan pria itu. Tetapi setelah memperhatikan Sasori kembali, Sakura pikir itu bukan ide buruk untuk melakukan pendekatan dengan pria tampan dan seniman pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
I WISH YOU LOVE (SASUSAKU)
FanfictionKarena, bagaimanapun, mereka adalah teman. IWYL © Vivianne. NARUTO © Masashi Kishimoto.