Sakura hanya membawa satu buah ransel saat meninggalkan gedung apartemennya. Saat ia beranjak pergi, Sakura mengirimkan pesan pada Sasuke kalau ia sudah melakukan segala hal yang pria itu pesankan. Sakura juga mengirimkan beberapa gambar sebagai bukti kalau ia telah mematikan kompor, mematikan AC, sudah menutup jendela, sudah membuang sampah dan sudah mengunci pintu saat keluar.
[Bagaimana dengan charger-mu?] Sasuke membalas pesan Sakura dengan pertanyaan lain.
[Sudah di tas.]
[Dompet?]
[Aman. Apalagi yang mau kau tanyakan?]
Sakura menggeleng-gelengkan kepala, tak habis pikir dengan sikap Sasuke yang terlalu mencemaskannya. Padahal Sasuke akan bertemu Shion pagi ini, tapi pria itu masih membalas pesannya dengan aktif.
[Jangan tidur di bus.]
Pesan Sasuke masuk lagi dan Sakura tertawa samar saat membacanya.
[Akan kuusahakan.] Balas Sakura, lalu memutuskan menaruh ponselnya di kantong celana. Sakura sudah tiba di halte bus, dan demi fokus pada langkahnya, Sakura meninggalkan Sasuke yang masih setia mengirimkannya sederet pesan yang menyuarakan kecemasan.
Tidak adanya tanggapan dari Sakura membuat Sasuke menarik napas, mencoba menemukan ketenangan. Sasuke berusaha mempercayai Sakura, tapi memikirkan bagaimana teledor dan gampangnya gadis itu terdistraksi akan hal-hal kecil membuat Sasuke sulit melepaskan Sakura sendirian.
Sasuke sudah tumbuh bersama Sakura sejak remaja, Sasuke sudah biasa melihat Sakura menghilang dari sisinya hanya untuk membaca brosur yang menempel di tiang listrik. Sasuke biasa melihat Sakura tersandung oleh batu kecil dan melukai lututnya karena ia tidak memiliki banyak energi untuk menopang tubuhnya sendiri. Sakura juga gampang terlelap di sembarang tempat. Dia mempercayai orang yang berwajah ramah, dan dia sangat mudah melupakan barang yang terlepas dari tangannya.
"Apa ada sesuatu yang penting sedang terjadi?" Shion memperhatikan Sasuke yang tidak bisa fokus saat bermain golf dengannya. Di bawah topi hitam yang melingkupi kepala Sasuke, mata pria itu terus tertuju kepada ponselnya yang tergeletak di meja. Seperti menunggu pesan masuk ke sana.
"Temanku..." kata Sasuke, "Dia pulang sendirian hari ini." Raut Sasuke nampak kusut.
"Lalu kenapa?"
"Dia ceroboh dan gampang lengah," jelas Sasuke lagi.
Objek berwarna cerah, memiliki tulisan panjang dan memiliki desain yang menggemaskan, adalah ujian nomor satu Sakura dalam berjalan lurus, dan kerap kali, Sakura gagal dalam ujian itu.
"Manis sekali, kau ternyata tipe pria yang perhatian." Shion malah memujinya.
"Kalau kau memiliki teman seperti Sakura, kau akan mencemaskannya juga."
"Sakura?" Shion pikir teman Sasuke adalah laki-laki.
"Mm. Namanya Sakura. Haruno Sakura." Senyum Sasuke merekah tipis saat melafalkan nama Sakura. Ia teringat kebodohan gadis itu dan Sasuke merasa lucu.
"Kalian pasti sangat dekat." Shion menarik kesimpulan hanya berdasarkan ekspresi Sasuke saat itu.
"Mm. Dia sudah seperti orang paling penting bagiku." Pengakuan Sasuke datang murni dari hati, dan ia tidak akan memungkiri kalau Sakura memang, adalah sosok yang bertahta tinggi di hatinya.
"Bagaimana bisa kau bicara seperti itu di depan perempuan yang kau kencani?"
"Bukankah lebih baik kalau aku jujur dari awal?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I WISH YOU LOVE (SASUSAKU)
FanfictionKarena, bagaimanapun, mereka adalah teman. IWYL © Vivianne. NARUTO © Masashi Kishimoto.