Sakura baru selesai mencuci muka ketika tiba-tiba, sebuah panggilan masuk di ponselnya, datang dari Sasuke. Sakura menjawab panggilan Sasuke dan mengatur panggilan itu ke mode speaker. Sementara Sasuke bicara, Sakura menuju meja riasnya dan memakai skincare.
"Apa kau sudah pulang?"—adalah pertanyaan pertama Sasuke setelah bertukar sapa ringan dengan Sakura. Saat itu, suara Sasuke terdengar lebih lembut dan tenang dari normalnya, Sakura jadi menoleh sekilas ke HP-nya karena itu.
"Sudah, dari tadi."
"Sudah makan?"
"Sudah." Sakura terlalu banyak makan, tepatnya. "Apa yang kau lakukan? Kenapa suaramu sangat lemah?"
"Aku sedang bersiap-siap tidur," sahutan Sasuke memberikan kejelasan mengapa suara pria itu terdengar agak sayu.
"Kalau kau mengantuk, kau harusnya tidur."
"Aku tidak bisa tidur begitu saja."
"Kenapa?" Sakura bertanya sambil mengernyitkan dahi, seakan-akan Sasuke bisa melihatnya bereaksi.
"Seseorang membuatku cemas, kau tau..., karena dia tidak mengabariku kalau dia sudah pulang atau belum."
"Siapa orang bodoh itu?"
"Masih bertanya?"
"Iya lah!"
"Apa menurutmu ada orang lain yang lebih bodoh darimu?"
Sakura tertawa samar di depan kaca. Tidak perlu jawaban untuk pertanyaan Sasuke barusan. Karena, walaupun ada banyak orang yang lebih bodoh dari Sakura di muka Bumi ini, orang bodoh yang akan Sasuke pedulikan setengah mati hanya Sakura.
"Bagaimana kencanmu hari ini?" Sasuke mengungkit kencan Sakura, suara masih terdengar sayu di telinga.
Saat itu pula, Sakura yang sudah selesai mengaplikasikan skincare di wajahnya, pergi mematikan lampu, dan naik ke tempat tidur. Sakura menarik selimutnya sampai pinggang, tubuh miring menghadap ponsel yang menyala.
"Itu berjalan normal, kurasa."
Sebenarnya, daripada normal, itu adalah perjalanan yang cukup..., canggung? Sakura tidak mengerti perasaan yang ia miliki ketika bersama Sasori. Sesuatu tentang pria itu membuat Sakura bingung harus bertingkah seperti apa.
Awalnya, sakura memandang pria itu seperti pangeran idamannya. Namun, ketika Sakura mengenal Sasori lebih baik--tidak cukup mendalam, tapi lebih dari sekedar permukaan, Sakura menyadari kalau pria itu sangat serius. Sangat bertolak belakang dengan Sakura yang suka menyepelekan banyak hal.
"Normal itu seperti apa? Apa dia memperlakukanmu dengan baik?"
"Mhm..." Sasori memperlakukannya seperti tuan puteri, dan Sakura sangat mengapresiasikan kebaikan pria itu.
"Apa ada hal yang tidak kau sukai?"
Sakura tidak suka Sasori yang membicarakan manusia dalam lensa negatif saja. Itu membuat Sakura merasa tidak nyaman. Sasori bersikap seakan-akan tidak ada kebaikan di dunia ini, sementara Sakura percaya, kalau manusia itu tidak hanya tentang hal buruk saja, tapi ada hal-hal baik juga.
"Tidak ada yang tidak kusukai," jawaban Sakura bertolak belakang dengan isi hatinya. "Dia keren, jadi aku suka."
Sakura tidak mau membebani Sasuke dengan keluhannya.
"Lupakan tentang kencanku, bagaimana hubunganmu dengan Miko-sama?"
"Tidak ada yang terjadi di antara kami." Sasuke memutuskan jujur pada Sakura tentang relasinya dan Shion yang tidak berjalan baik. Bahwa, Sasuke tidak memiliki rasa apa pun pada Shion dan Sasuke berharap agar perjodohan itu segera dibatalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I WISH YOU LOVE (SASUSAKU)
FanfictionKarena, bagaimanapun, mereka adalah teman. IWYL © Vivianne. NARUTO © Masashi Kishimoto.