16. It Is Time To...

631 101 22
                                    




Haruno Kizashi berdiri di depan pintu, mata memandang kepada Haruno sakura--puteri tunggal kesayangannya, emas dan permata di hatinya, sosok jelita yang kini duduk sendirian di sebuah sofa beludru merah tua.

Ketika Sakura menyadari kehadiran Kizashi, senyum Sakura spontan merekah gembira. Sakura memandang Kizashi. Namun, bukan hanya kegembiraan yang meluap di dadanya, tapi juga sebuah rasa haru dan sendu. Kizashi--pria pertama yang sudah mencintai dan menyayanginya, akan mengantarnya melewati altar dan melepaskannya. 

Sakura yang merupakan anak kesayangan Kizashi, kini harus memulai kehidupan baru. Kehidupan yang Kizashi harapkan, akan memberikan Sakura kebahagiaan abadi.

"Sakura," gumam Kizashi, sembari menyeka air mata di sudut matanya. "Sekarang sudah waktunya."

Sakura beranjak dari sofa itu, dan ketika ia berdiri, gaun putih yang ia kenakan mekar dengan indah melingkupi tubuh rampingnya. Seakan-akan dia adalah bunga yang mekar di bawah embun pagi, penampilannya memberikan kesan menawan dan menyegarkan.

"Ayo, Sakura. Sekarang sudah waktunya."

"Baik, Ayah..., sebentar..." Sakura menyambut uluran tangan Kizashi, dan ketika tangan mereka bersambut, Sakura ditarik kuat oleh pria itu sampai Sakura tersentak dan OH!

"Bangun, bodoh! Sekarang sudah jam 7. Kita harus ke rumah sakit hari ini!" Sasuke mengomel kesal.

"Ke rumah sakit?" Sakura yang baru membuka mata langsung memandang kekasihnya itu dalam keterkejutan. Bukankah hari ini adalah hari pernikahannya?

"Apa kau lupa?" Sasuke berkacak pinggang sambil menghela napas jengah. "Kau akan melepas gips-mu hari ini."

"Gips?"

Sasuke jadi ikut bingung melihat reaksi Sakura. "Kau belum bangun sepenuhnya, ya? Makanya, sudah berapa kali kubilang semalam, jangan membaca sampai larut malam, kau jadi susah dibangunkan."

"Awww..., jadi ini realita?" Kekecewaan segera melingkupi Sakura ketika ia menyadari, pernikahannya tadi hanyalah mimpi. Bahwa, ia masih menyandang status sebagai kekasih Uchiha Sasuke dan belum ada progres istimewa dalam hubungan mereka.

Progres istimewa yang dimaksudkan Sakura di sini bukan sekedar pernikahan. Walau memang, terkadang Sakura berangan-angan melenggang di altar dan memakai gaun pernikahan cantik, tapi Sakura tidak tergesa-gesa tentang itu. Progres istimewa yang Sakura pikirkan adalah seks! Mereka belum berhubungan seks!

Oke, sebelum itu, Sakura perlu menekankan bahwa, dia bukan wanita cabul dengan otak berpusat di selangkangan. TIDAK. SAMA SEKALI TIDAK. Sakura hanya berpikir, kalau mereka akan menjalin hubungan sebagai kekasih, mereka akan lebih..., intim? Romantis? Panas? Penuh gairah? Atau apalah itu.

Tapi tidak.

Sasuke bilang, sampai gips di tangan Sakura dilepas, dia tidak akan melakukan apa pun terhadap Sakura. Selain karena melakukan seks saat Sakura masih cedera itu berbahaya, Sasuke juga merasa ada baiknya mereka tidak tergesa-gesa.

Tidak tergesa-gesa? Apa maksudnya? Bukankah mereka sudah mengenal sejak lama? Tidak ada yang tergesa-gesa, yang ada, mereka sekarang menunda-tunda.

"Haaaah, menyebalkan." Sakura mengeluh saat menyantap sarapan bersama Sasuke. Pangeran tampannya itu kini berada di seberang meja, tapi seperti benda berharga yang berada di dalam etalase kaca, terkunci rapat dan kuat, Sakura hanya bisa memandangnya, tidak menyentuhnya.

"Kenapa kau sangat murung?" Sasuke membalas tatapan Sakura. "Apa mimpimu begitu indah sampai kau tidak suka bangun lagi?"

"Mm."

I WISH YOU LOVE (SASUSAKU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang