Skeptis, barangkali, adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan perasaan Sakura terhadap pengakuan Sasuke sore itu. Bahkan ketika Sasuke kembali mengemasi barang-barang Sakura ke koper, Sakura masih menatap pria itu dengan raut bimbang. Sakura tidak yakin Sasuke serius dalam ucapannya, tapi tidak pula Sakura menemukan indikasi candaan dalam tingkah Sasuke saat pengakuan itu.
Sakura terus meragukan pengakuan Sasuke. Dari perjalanan menuju apartemen Sasuke hingga mereka tiba di tempat tinggal pria itu, mata emerald Sakura yang menyiratkan keraguan masih setia memperhatikan Sasuke lekat-lekat.
"Apa kau serius menyukaiku?" Saat itu, karena keraguan terus berputar di benak Sakura, menggerogoti otaknya dan membuatnya tidak mampu memikirkan hal lain, Sakura memutuskan bertanya blak-blakan pada Sasuke.
Oh, bicara soal Sasuke, pria itu sedang memindahkan beberapa pakaiannya dari lemari untuk memberikan ruang pada pakaian Sakura yang masih tercecer di atas tempat tidurnya. Saat Sasuke mendengar pertanyaan Sakura, Sasuke langsung menaruh perhatian pada Sakura yang sedang duduk di tengah tempat tidurnya, memangku bantal sambil memperhatikannya.
"Meskipun aku sangat humoris, dan lucu, dan sangat senang bercanda, aku tidak akan bercanda mengenai perasaanku." tanggapan Sasuke bercampur racun. Bukannya terkesan, Sakura malah kesal mendengar ucapan pria itu.
"Kau tau kau cuma perlu menjawab iya, kan?" Untuk ukuran pria yang mengaku menyukainya, Sasuke sangat menunjukkan sikap yang berlawanan.
Oke,tidak sepenuhnya berlawanan. Pria itu kadang baik padanya dan sering memanjakannya. Tapi..., karena sekarang Sasuke sudah mengaku menyukainya, tidakkah pria itu perlu meningkatkan usahanya? Mungkin bicara lebih manis? Kenapa dia selalu sarkastik?
"Kau tau aku bukan tipe orang yang akan bercanda tentang perasaanku, kan? Aku sudah lewat usia remaja, dan aku saat remaja pun tidak pernah melakukan hal bodoh seperti itu." Orang yang menjadikan perasaan sebagai candaan adalah orang bodoh dan nirempati. Sasuke jelas sekali tidak masuk dalam golongan itu. Naruto mungkin masuk, tapi Sasuke tidak.
"Yaaaa..., meskipun begitu, rasanya aneh saja. Makanya aku jadi kepikiran..., siapa tau, kan..., kau tidak serius."
"Apa yang aneh dari aku menyukaimu? Kita sudah dekat sejak lama. Orang-orang malah mengatakan kebalikannya, bukan? Kita lebih masuk akal bersama daripada tidak."
"Tapi dulu kau bilang itu tidak mungkin. Kau juga bilang tidak mau menikahiku sampai kapan pun!"
Itu kesalahan Sasuke yang, sebenarnya, tidak bisa dikatakan kesalahan juga. Sasuke hanya terlalu percaya diri dengan perasaannya sendiri. "Aku membuat kesalahan," Sasuke mengaku. "Aku tidak menyangka kalau aku akan berubah dan berujung menaruh minat lebih padamu."
"Oh..., ya sudah..." Sakura mengendikkan bahu.
"Aku mengerti kau bingung dan semacamnya, lagipula pengakuanku tadi sangat tiba-tiba. Aku hanya mau jujur padamu, dan yah..., kau tidak perlu bereaksi berlebih mengenai itu."
"Apa yang akan kau lakukan? Maksudku..., tentang perasaanmu?"
Jujur saja, Sakura tidak yakin ia memiliki rasa yang sama dengan Sasuke.
Selama mengenal Sasuke, Sakura tidak pernah melihat Sasuke dalam lensa merah muda ala-ala protagonis di novel romansa. Sakura tidak pernah melihat ketampanan Sasuke dan berpikir, oh..., pria itu adalah sosok yang tepat untuknya. Sakura tidak pernah melihat Sasuke bertelanjang dada dan memikirkan segala hal erotis dan kotor di muka Bumi ini terjadi di antara mereka. Sakura juga tidak pernah merasakan getaran asing ketika Sasuke menggenggam tangannya, merangkulnya atau sekedar menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I WISH YOU LOVE (SASUSAKU)
FanfictionKarena, bagaimanapun, mereka adalah teman. IWYL © Vivianne. NARUTO © Masashi Kishimoto.