Sasuke masih bertahan di stadion saat Sai tiba-tiba menghubunginya. Shimura Sai, dari semua orang di Bumi. Pria yang sebenarnya, tidak begitu akrab dengan Sasuke, tapi cukup sering bersosialisasi dengan Sasuke karena dia pacar Ino. Ditelepon oleh Sai pada Minggu siang itu jelas saja membuat Sasuke heran.
Sasuke, di tengah keriuhan para penonton yang menyoraki pemain tenis di bawah sana, menjawab panggilan Sai tanpa ekspektasi apa pun. Setidaknya, untuk beberapa detik, Sasuke menyimak ucapan Sai dengan sikap santai. Hingga kemudian, ia terkesiap dengan tubuh yang menjadi sigap.
Sasuke tidak begitu ingat apa yang Sai katakan padanya. Sasuke hanya mendengar nama Sakura dan kecelakaan disebutkan dalam satu kalimat, dan Sasuke langsung melesat meninggalkan keramaian itu. Shion yang memanggilnya pun tidak ia dengarkan lagi.
Sasuke tidak peduli pada apa pun yang terjadi pada pertandingan di stadion itu, pada keramaian, pada Shion dan pada siapa pun. Sasuke hanya memikirkan Sakura.
Isi kepala Sasuke dipenuhi tanya mengenai apa yang sudah terjadi dan membuat Sakura, Sakura dari semua orang, kecelakaan? Apa yang sudah gadis itu lakukan, demi Tuhan?! Kenapa dia tidak berada di rumah?
Kurang lebih sepuluh menit berkendara dalam kecepatan yang terbilang ugal-ugalan, Sasuke akhirnya sampai di rumah sakit yang Sai beritahukan padanya. Sasuke mengambil langkah lebar menuju ruang IGD. Ketika Sasuke tiba, Ino yang berada di samping Sai spontan bersembunyi di belakang kekasihnya itu.
"Apa yang terjadi?" tanya Sasuke, suaranya penuh kekhawatiran.
"Sakura baik-baik saja. Dia hanya memperoleh cedera ringan pada lengannya. Tinggal menunggu hasil pemeriksaan MRI-nya keluar, maka dia bisa pulang. Omong-omong, Sakura sudah siuman. Dia ada di tirai nomor dua dari belakang." Sai memberikan penjelasan dengan tenang. Kebalikan dari Sai, Sasuke yang mendengarkannya tidak tenang sama sekali.
"Apa yang terjadi? Kecelakaan apa? Bagaimana bisa dia kecelakaan?"
Saat itu juga, Ino meneguk saliva. Ketakutan meliputinya.
"Sakura..." Sai, demi melindungi pacarnya, mencoba menemukan bahasa yang tepat untuk membuat Ino tidak dimaki Sasuke di sana. "Dia ingin mengetahui cara mengendarai motor."
Hanya dari informasi singkat itu, Sasuke bisa merakit dan menebak apa yang terjadi.
"A-aku sudah melarangnya," Ino menambahkan dari belakang Sai. "Ta-tapi dia bilang, menyetir motor dan menyetir mobil itu berbeda, dan dia akan baik-baik saja."
"Jadi kau mempercayainya?" Sasuke sangat tidak habis pikir dengan tindakan Ino.
"Sasuke, Sakura bukan anak kecil. Dia bisa membuat keputusannya sendiri." Sai membela Ino, tentu saja. "Tidak ada orang yang menginginkan kecelakaan ini terjadi, tapi karena sudah terjadi..., daripada menyalahkan satu sama lain, kau sebaiknya mengecek kabar Sakura dan menenangkannya. Dia sangat takut kau memarahinya sekarang."
"Situasi seperti ini seharusnya bisa dicegah," kata Sasuke. "Bukan tanpa alasan aku melarang Sakura berkendara sendiri selama ini."
Memang, seperti yang Sai katakan, Sakura sudah dewasa dan dia bisa mempertanggung-jawabkan keputusannya sendiri. Namun, bila keputusan Sakura berujung mencelakai dirinya sendiri, alangkah lebih baik melakukan pencegahan daripada melihatnya terluka?
Tidak mau memperpanjang perdebatan dengan sepasang kekasih itu, Sasuke memutuskan meninggalkan keduanya di luar sementara ia melenggang masuk ke ruang IGD yang juga ramai oleh pasien-pasien baru. Dokter dan perawat berlalu-lalang di sana, membicarakan kondisi pasien dan entah apa. Aroma darah dan antiseptik membaur di udara. Suara perbincangan, rintihan, dan tangisan bersahutan dengan suara troli besi yang didorong di lantai marmer.
KAMU SEDANG MEMBACA
I WISH YOU LOVE (SASUSAKU)
FanfictionKarena, bagaimanapun, mereka adalah teman. IWYL © Vivianne. NARUTO © Masashi Kishimoto.