Begitu selesai membersihkan diri di kamar mandi, Sakura keluar dan menemukan Sasuke tengah bersandar santai di tempat tidur, kacamata baca membingkai manik hitamnya, sementara ia menaruh fokus kepada laptop yang menyala. Sakura melenggang menghampiri Sasuke dan langsung merebahkan tubuhnya di samping pria itu.
Sasuke menoleh ke arah Sakura dan berujung menghela napas jengah.
"Perhatikan tanganmu," tegur Sasuke. Cara Sakura berbaring tanpa memedulikan tangannya yang cedera membuat Sasuke sakit kepala. Gadis itu benar-benar menguji kesabarannya.
"Aku baik-baik saja." Sakura yang sebelumnya berbaring dalam keadaan telentang, langsung mengubah posisinya menjadi tiarap. Sakura menatap Sasuke, dagu bertumpu di telapak tangannya, isi kepala mulai melalang-buana.
"Tidurlah," ujar Sasuke. "Kita harus ke rumah sakit besok."
"Aku pergi dengan Ino saja, bagaimana?" Sakura tidak mau merepotkan Sasuke. Sudah cukup pria itu selalu bekerja setengah hari belakangan ini, Sakura tidak mau Sasuke mengambil cuti lagi demi menemaninya ke rumah sakit.
"Tidak perlu. Pergi denganku saja. Aku juga mau mendengar langsung hasil pemeriksaanmu."
"Tapi..."
"Atau kau punya tujuan lain?" Sasuke jadi menatap Sakura curiga. Sasuke tidak bisa mempercayai Sakura, tidak kalau ia menyelipkan nama Ino dalam rencananya.
"Aku tidak punya tujuan lain, aku hanya mencemaskanmu." Sakura akhirnya mengaku. "Aku takut kau mendapat teguran dari atasanmu."
"Atasanku adalah Itachi. Kalau dia berani menegurku karena sibuk merawatmu, aku akan melaporkannya ke Ibu."
Sakura terkekeh samar. "Enaknya bekerja dengan keluarga."
"Kau bisa bekerja dengan kami, calon Miss. Uchiha. Aku percaya akan selalu ada ruang untuk satu ilustrator mungil di bagian marketing."
"Uuughhh..., tidak." Sakura buru-buru menggeleng atas tawaran pekerjaan Sasuke barusan. "Kalau aku menjadi Miss. Uchiha, aku seharusnya bersantai di rumah dan menjadi ratu."
"Itu ide yang lebih bagus." Sasuke tersenyum.
Sasuke memang lebih senang kalau Sakura tidak melakukan apa pun dan hanya duduk manis di rumah. Bukannya Sakura yang bekerja itu buruk atau apa pun, Sasuke hanya sudah mengenal Sakura sejak lama dan tahu betapa pemalas dan sedikitnya energi gadis itu.
Sasuke akan lebih senang kalau melihat Sakura berleha-leha cantik di rumah. Dia tidak perlu menguras energinya dan berkontribusi pada dunia kerja yang sibuk dan pastinya, melelahkan.
"Jadi ratu saja," kata Sasuke, "Aku akan memberikanmu mahkota."
"Apa itu lamaran?"
Sasuke mengendikkan bahu.
"Kita bahkan belum pacaran," Sakura menghela napas panjang. "Ah, aku jadi kepikiran ucapan bibi..."
Sakura teringat pada kehebohan Mikoto saat wanita itu tau kalau Sasuke menyukai Sakura. Mikoto menjadi sangat antusias, dia mulai merencanakan banyak hal yang membuat Sakura syok. Sakura syok, Sasuke tidak. Sasuke sudah duluan melarikan diri bersama Itachi. Sasuke sengaja meninggalkan Sakura bersama ibunya sementara dia bermain catur bersama Itachi di ruang tengah.
"Bibi bilang, dia akan sangat senang kalau mempunyai 4 cucu. 2 cucu laki-laki dan 2 cucu perempuan."
"Apa kau setuju?" Demi lebih fokus pada Sakura, Sasuke menutup laptopnya dan menaruh benda itu di meja lampu. Setelah memindahkan laptopnya, Sasuke pun mengubah posisinya menjadi berbaring di sebelah Sakura, bantal di posisikan lebih tinggi. Mata Sasuke saat itu tertuju penuh pada Sakura, sepasang manik hitam menyiratkan kalau ia mendengarkan, dan sangat menikmati mendengarkan Sakura bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
I WISH YOU LOVE (SASUSAKU)
FanfictionKarena, bagaimanapun, mereka adalah teman. IWYL © Vivianne. NARUTO © Masashi Kishimoto.