12 - The First Step Toward Change

154 14 2
                                    


"Gerakan mereka terlalu lambat?" salah satu anggota tim menjawab ragu-ragu.

Taeyong menggeleng. "Bukan cuma itu."

Ada hening sejenak sebelum anggota tim lain mencoba menjawab. "Mungkin... posisinya salah?"

Taeyong tersenyum tipis, "Benar, tapi lebih dari itu." Ia berjalan mendekat ke tengah lapangan, mengambil bola dari tangan salah satu pemain. "Saat kalian menghadang lawan, apa fokus utama kalian?"

Salah satu pemain menjawab, "Menghalangi pergerakan mereka?"

"Betul," jawab Taeyong sambil mengangguk. "Tapi, apa kalian sadar bahwa kalian hanya terpaku pada gerakan lawan, bukan pada posisi bola dan reaksi yang cepat?"

Seluruh tim terdiam, menyadari bahwa selama ini mereka hanya mengikuti pergerakan lawan, bukan mengantisipasinya.

"Dalam basket, kalian harus selalu dua langkah lebih cepat dari lawan. Jangan hanya menunggu apa yang mereka lakukan, kalian juga harus memprediksi ke mana bola akan bergerak." Taeyong kemudian menunjuk posisi salah satu pemain yang melakukan blocking. "Kamu terlalu statis, kaki harus tetap aktif bergerak agar bisa beradaptasi dengan cepat. Dan kamu," ia mengarahkan pandangannya pada satu pemain lain, "posisimu terlalu dekat dengan ring. Lawan bisa dengan mudah memanfaatkan ruang kosong di belakangmu. Jaga jarak tapi jangan kehilangan tekanan pada lawan."

Jaehyun memperhatikan dengan serius, kagum pada betapa detail dan terstruktur penjelasan Taeyong. Sementara anggota tim lainnya mulai menunjukkan ketertarikan lebih mendalam.

"Sekarang, ayo ulangi dengan perubahan yang tadi saya sebutkan. Tetap bergerak, awasi bola, dan jangan pernah berhenti berpikir," perintah Taeyong.

Dua pemain yang tadi diminta oleh Taeyong mencoba lagi, dan kali ini gerakan mereka lebih baik. Taeyong memperhatikan dengan cermat dan memberikan instruksi tambahan tentang langkah kaki dan posisi tubuh.

"Bagus, sekarang kalian terlihat seperti sedang bermain basket, bukan hanya sekedar latihan." Taeyong berkata dengan senyum simpul. "Tapi ini baru awal. Semua ini harus jadi kebiasaan. Tanpa disiplin, kalian tidak akan bisa bersaing."

Jaehyun, yang sejak tadi hanya diam memperhatikan, akhirnya membuka suara, "Kau benar-benar tahu apa yang kau bicarakan."

Taeyong menatap Jaehyun sekilas, "Aku sudah lama hidup di lapangan, jadi ini sudah seperti bahasa keduaku."

Jaehyun tersenyum, menatap Taeyong penuh penghargaan. "Apa kau tertarik untuk membantu kami lebih jauh?"

Anggota tim lain ikut menyuarakan antusiasme mereka, "Ya, Taeyong! Kau bisa jadi pelatih kami!"

Taeyong terdiam sejenak, merasa terbebani oleh harapan mereka. Mengingat kondisinya sekarang, ia tidak bisa dengan mudah memutuskan untuk kembali sepenuhnya ke dunia basket. Namun, ia juga tidak ingin mengecewakan mereka.

"Aku... aku tidak bisa menjanjikan apa-apa," ucap Taeyong perlahan. "Tapi selama aku ada di sini, aku akan membantu sebisaku."

Tim basket bersorak, merasa bahwa dengan Taeyong di sisi mereka, harapan untuk mengubah dinamika tim semakin besar. Namun di dalam hati Taeyong, perasaan bersalah dan ragu masih menyelimuti. Bisakah dia benar-benar membantu mereka tanpa menjadi beban? Ini adalah sesuatu yang harus ia hadapi, tidak hanya di lapangan, tapi juga di dalam dirinya sendiri.

Setelah kegembiraan para anggota tim sedikit mereda, suasana kembali tenang. Taeyong berdiri di tengah lapangan, mengamati mereka satu per satu. Sorakan mereka tadi membuat hatinya campur aduk—antara senang karena mereka menghargainya, tapi juga cemas karena beban ekspektasi yang mulai terasa berat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

M || JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang