Jaehyun menatap Taeyong penuh selidik dari kepala hingga kakinya kemudian kembali berhenti pada wajahnya.
"Siapa kamu?" Tanya Jaehyun daripada menjawab pertanyaan Taeyong. Hal pertama yang disadarinya adalah wajah di depannya terlihat asing dan dari dasinya ia tahu bahwa anak di depannya ini adik kelasnya.
"Aku yang duluan bertanya, seharusnya kamu jawab dulu baru aku mau menjawab pertanyaanmu." Jawab Taeyong, ia masih mencoba berbicara sesopan mungkin.
"Hei, apa kau sadar aku seniormu? Dan lagi untuk apa kau bertanya tentang permainanku? Apa yang kau lakukan disini? Selain anggota Klub, tidak ada yang boleh kesini di jam ini. Apa kau kurang hiburan sampai datang kesini hanya untuk mengomentariku?" Tukas Jaehyun.
Taeyong terkejut karena Jaehyun yang tiba-tiba mengeraskan suaranya. Ia tidak menyangka reaksi seniornya akan seperti ini. Dari perkataannya, Taeyong tahu jika seniornya ini tidak menyukai dikomentari permainannya. Sehingga ia menjadi salah paham dengannya akibat komentarnya. Dengan cepat Taeyong sedikit membungkuk pada seniornya.
"Ah, Maafkan aku jika aku terkesan mengomentarimu. Tapi aku tidak tahu ini lapangan khusus saat ini." Ujar Taeyong, ia tak ingin membuat seniornya makin beranggapan buruk padanya.
Melihat Taeyong yang membungkuk meminta maaf membuat Jaehyun malah merasa bersalah. Tapi Taeyong bilang ia tidak tahu kalau ini lapangan laki-laki? Bagaimana bisa? Dengan pamor Klub Perempuan mustahil bahkan bagi murid kelas X untuk tidak mengetahuinya.
"Kau tidak tahu? Tidak mungkin, kecuali kau baru pindah hari ini." Tanya Jaehyun dengan sedikit memelankan suaranya karena ia merasa bersalah.
"Ya. Aku baru pindah hari ini."
' What the...? Aku baru saja memarahi anak pindahan yang bahkan tidak tahu apa-apa. Aku memang manusia terburuk.' Jaehyun menggerutu dalam hati.
"Em, maafkan aku.... Memarahimu tanpa sebab." Ujar Jaehyun sambil membuang muka tanpa melihat Taeyong.
"Tidak apa-apa. Aku juga salah." Balas Taeyong sambil tersenyum simpul.
Taeyong mengambil bola basket dari tangan Jaehyun.
"Jadi kembali ke topic, apa kakak baru pertama kali main basket?" Tanya Taeyong sambil mendrible santai sambil memainkan bola itu di sekitar tubuhnya.
"Hm, tidak juga. Aku sudah bermain cukup lama tapi selama ini hanya sebatas menghabiskan waktu." Jawab Jaehyun yang tanpa sadar ikut memperhatikan gerakan Taeyong seksama.
"Tidak heran permainanmu buruk." Ah, setelah mengetakan itu Taeyong langsung menghentikan aktifitasnya sambil melirik senior itu.
Taeyong kebiasaan burukmu suata saat akan benar-benar membunuhmu. Batin Taeyong.
Taeyong merasa ia menyinggung seniornya karena kebiasaanya untuk blak-blakan pada setiap kesalahan.
"Tidak apa-apa, lanjutkan saja. Melihat permainanmu sepertinya aku memang buruk." Jaehyun menjawab tatapan Taeyong yang merasa bersalah sambil memalingkan wajahnya.
"Ahaha." Taeyong tertawa hambar melihat Jaehyun yang seakan menyinggungnya. Kemudian kembali memainkan bolanya.
"Sedikit tips saja, pertama untuk gerakan lay-up kakak harus membiasakan diri dengan tempo langkahmu sehingga saat di depan ring tidak tergesa-gesa karena kehilangan langkah. Lalu untuk dunk, sepertinya kakak tidak begitu mengenali diri sendiri jadi kakak ragu-ragu untuk menempatkan posisi melompat yang sesuai. Kakak seharusnya membiarkan lompatan secara alami karena basket bukan hanya teknik tapi juga insting.....
....Selama kakak percaya diri maka dunk nya pasti akan berhasil, dan lagi tidak seperti perempuan yang sedikit lemah, laki-laki memang lahir dengan kekuatan fisik yang terus berkembang. Dari gerakan tadi kakak seperti hanya meniru gerakan orang lain tanpa menyesuaikannya dengan kondisi tubuh kakak. Kaki....." Taeyong menjelaskan panjang lebar sambil membetulkan posisi Jaehyun sebelumnya hingga ia mengakhirinya dengan mencontohkan dunk sederhana pada Jaehyun.
Tak tahu sejak kapan, Jaehyun mulai mengagumi Taeyong yang menjelaskan padanya dengan bahasa yang sangat mudah dipahaminya bahkan sambil terus bermain dengan basketnya, seakan perhatiannya terbagi dua. Tapi perhatian Jaehyun luput dari perubahan nafas Taeyong yang makin lama, makin berat namun di tutupinya dengan terus berbicara.
Taeyong mencoba untuk mengatur nafasnya setelah dunk tadi. Keringat dingin mulai membasahi tengkuk lehernya.
Jaehyun mengambil bola yang di lempar Taeyong tadi, ia masih terlalu kagum pada Taeyong. Untuk pertama kalinya ia tidak mengeluh dikomentari.
"Kau bilang tadi kau anak pindahan. Aku baru tahu St.Nouvelle menerima siswa pindahan." Ujar Jaehyun berjalan kearah Taeyong.
"Yaah, aku mendapat rekomendasi khusus untuk sekolah ini." Jawab Taeyong menghapus keringat dinginnya, namun nafasnya masih terengah-engah.
"Rekomendasi? Apa tentang permainan basketmu? Kalau begitu tidak diragukan lagi, melihat betapa berbakatnya dirimu." Puji Jaehyun sambil mengusap kepala Taeyong, kemudian ia menyadari betapa dinginnya tubuh Taeyong dan betapa berat nafasnya menderu.
"Holy shit! Tubuhmu sangat dingin." Jaehyun menyentuh dahi Taeyong untuk memastikannya. Namun tangannya ditepis oleh Taeyong.
"I'm fine." Tukas Taeyong sebelum tubuhnya kehilangan keseimbangan. Jaehyun menangkap tubuh Taeyong dalam dekapnya.
"Hah... Hah... Mmph."
Mendengar Taeyong mendesah kuat membuat Jaehyun menguatkan dekapannya. Ia tak mengerti kenapa semuanya menjadi seperti ini. Taeyong memegangi kepalanya kuat, desahannya berubah menjadi erangan kuat di telinga Jaehyun.
"Hei kau baik-baik saja?" Jaehyun makin panic merasakan keringat dingin di sekujur tubuh Taeyong.
"My name.. Haah,, haah." Taeyong bergumam sambil menarik baju pria di depannya.
"Apa? Apa yang kau katakan?" Ujar Jaehyun sambil mendekatkan telinganya pada Taeyong.
"Call.. my name." Ulang Taeyong sambil terengah-engah.
"Namamu? Kau bahkan belum memberi tahu namamu." Tukas Jaehyun yang mengerti maksud Taeyong. Namun melihat pria di depannya makin terlihat seakan-akan ia bisa jatuh kapan saja. Akhirnya Jaehyun berdecak merasa tak punya pilihan lain.
Ia kemudian membawa pria itu duduk sambil tetap mendekapnya. Kini posisi Taeyong di pangkuan Jaehyun, membuat Jaehyun dapat melihat pin namanya.
"Lee Taeyong.. Hey, Taeyong-ah.." Ucap Jaehyun berulang kali sambil mengguncang pelan tubuh di depannya yang baru saja diketahui namanya adala Taeyong.
Taeyong kemudian berpegangan pada kedua bahu Jaehyun sambil bergumam pelan.
"Whisper it." (bisikkan padaku.)
Jaehyun yang mendengar itu menghela nafas pasrah, sungguh ini merepotkan, mereka baru pertama kali bertemu dan ia sudah menjadi sesusah ini. Namun Jaehyun tetap menuruti perkataan Taeyong.
Ia pun kembali mendekap Taeyong ke dadanya, kemudian dengan lembut dibisikkannya pada Taeyong.
"Taeyong-ah.." sangat lembut dan halus.
Taeyong yang mendengarnya tersenyum pelan. Sesak didadanya sudah menghilang, ia pun bersandar lemah di dada bidang itu. Samar-samar ia melihat pin nama di depannya, Jaehyun.
Jaehyun sudah tak lagi mendengar suara Taeyong. Ia mendapati nafas teratur yang berhembus ke dadanya, membuatnya memperbaiki rambut Taeyong untuk melihat wajah damai dengan kesan yang sangat berbeda dengan sebelumnya.
To Be Continued...
Jangan Lupa Vote and Comment yaaa..
KAMU SEDANG MEMBACA
M || Jaeyong
Fanfic🔞🔞🔞🔞 "Hah.. Hah... Mmphh." Mendengar Taeyong mendesah kuat membuat Jaehyun menguatkan dekapannya. Ia tak mengerti kenapa semuanya menjadi seperti ini. Taeyong memegang kepalanya kuat, desahannya berubah menjadi erangan kuat di telinga Jaehyun. "...