Jaehyun menatap Taeyong bingung dengan pertanyaannya. Kenapa tiba-tiba anak ini bertanya seperti itu? Pikirnya.
"Apa maksudmu? Tentu saja aku tidak mengenalmu, bahkan aku sekedar tahu namamu hanya karena keadaan mendesak." Jawab Jaehyun dengan penuh pertanyaan dimatanya.
Taeyong menatap mata Jaehyun yang tak terdapat jejak ragu dalam perkataannya. Akhirnya ia tersenyum mendapat kejujuran dari Jaehyun dan mengetahui jika masih ada orang yang tidak mengenalnya di bidang ini.
"Kalau begitu baiklah, akan kutemani. Selalu." Jawab Taeyong, ia kemudian berdiri dan mengulurkan tangannya pada Jaehyun.
Jaehyun hanya menatap uluran tangan itu hingga akhirnya Taeyong yang mengambil tangan Jaehyun dan memaksanya berdiri.
"Tapi jika ingin kutemani, setidaknya kau harus bisa bermain setingkat denganku dulu." Ujar Taeyong sambil menjulurkan lidahnya menggemaskan. Jaehyun mendengus melihat tingkah Taeyong itu.
"Ah, dan sekedar untuk memberitahumu, aku salah satu pemain terbaik di generasi ini. Dan saat kubilang setingkat, tentu maksudku adalah setingkat nasional." Lanjut Taeyong sambil memutar bola di jarinya, ia memandang Jaehyun penuh tantangan.
"Kau pikir aku akan takut mendengar itu?" Jawab Jaehyun sambil mencuri bola di tangan Taeyong.
"Ahaha, kau akan terkejut jika kau tahu siapa aku." Pamer Taeyong dengan melipat tangannya. Jaehyun hanya mendengus mendengarnya.
"Waah, apa kau tidak percaya?" Ujar Taeyong.
"Aku percaya, hanya saja kau kurang menyakinkan." Jawab Jaehyun dengan tatapan yang melihat Taeyong dari atas hingga bawah sambil menggeleng. Ckckck.
Taeyong membelalakkan matanya merasa diremehkan oleh Jaehyun. Dia memukul bahu Jaehyun sekuat tenaga.
"Katakan itu setelah permainanmu lebih baik." Tukas Taeyong dengan mendengus kesal.
"Yayaya, mungkin dibanding menemaniku, kau akan lebih seperti pelatih pribadiku." Balas Jaehyun sambil mengacak-acak rambut Taeyong. Mendengar itu Taeyong terdiam sejenak.
"Karena basket bukan hanya tentang pelatih tapi juga partner. Huh." Gumam Taeyong pelan.
"Apa kau bilang sesuatu?"
"Tidak ada, karena jam istirahat sudah hampir selesai. Artinya waktu kita juga habis." Taeyong melihat jam besar di dinding yang sudah hampir jam 1 siang, ia merapikan pakaian dan rambutnya.
"Pastikan kau datang di waktu yang sama besok." Seru Jaehyun sambil melemparkan bola basket kedalam tumpukan bola basket lainnya.
"Heh, jangan buat aku menunggu seperti tadi." Balas Taeyong sambil mengibaskan rambutnya sebelum keluar. Jaehyun tersenyum menyeringai melihat Taeyong, kemudian otaknya segera menyadarkannya untuk mengejar Taeyong.
"Hei, biar kuantarkan. Sekalian agar lain kali biar aku saja yang mencarimu, kau cukup pastikan untuk selalu menunggu saja. Oke?" Ujar Jaehyun setelah menyejajarkan langkahnya dengan Taeyong.
"Hmm, untuk informasi, aku benci menunggu. Tapi kata-katamu lumayan juga untuk seseorang yang payah dalam basket." Jawab Taeyong sambil menaikkan sebelah alisnya dan tersenyum miring.
"Jeez, Apa kau belum puas mengejek permainanku? Dan lagi apa hubungannya dengan ini -_-" Pasrah Jaehyun tak bisa menjawab jika itu sudah berkaitan dengan permainannya. Taeyong sendiri terkekeh melihat Jaehyun yang seperti itu.
"Tidak akan puas sampai kau bisa main imbang denganku. Btw, kita udah sampai. Jadi ..." Ucap Taeyong dengan melambaikan tangannya seakan mengusir. Jaehyun seakan mendapat kerutan di dahi. Ia pun hanya mendengus sambil berlalu meninggalkan Taeyong.
Taeyong senyum-senyum sendiri sambil berjalan riang menuju mejanya tanpa menyadari seisi kelas sudah memandanginya tak percaya. Saat ia menyadari betapa heningnya kelas itu, ia mengalihkan pandangannya pada Ten yang juga memandangnya takjub.
"Apa yang baru saja terjadi?" Tanya Ten sebelum Taeyong membuka mulutnya.
"Aku yang seharusnya bertanya seperti itu. Apa yang membuat mereka menatapku seperti itu?" Bisik Taeyong karena situasi yang masih sangat tenang.
"Gimana ngga? Kau menghilang sebelum pelajaran berakhir dan sekembalinya kau bersama Kak Jaehyun? Apa maksudnya itu? Kalian kenalan? Bagaimana bisa kau sedekat itu dengannya?" Kebiasaan Ten untuk bertanya membabi buta kembali.
"Memangnya dia kenapa?"
"Oh My God, Lee Taeyong!! Kau sendiri tidak mengenalnya? Dia salah satu keluarga bangsawan sama sepertimu, di sekolah ini dia termasuk 5 orang dengan nilai tertinggi, dia sudah banyak ikut Perlombaan Nasional dan Internasional, tapi dia tidak ikut Klub Penelitian atau semacamnya malah ikut Klub Basket, para guru awalnya menentangnya tapi mau gimana lagi, bahkan katanya sebenarnya dia bisa saja jadi Juara Umum 1 jika dia benar-benar belajar." Jelas Ten panjang lebar dengan semangatnya.
"Ah, setelah dibicarakan mungkin dia mirip sepertimu. Tapi ya mungkin tidak sejenius dirimu." Lanjut Ten tiba-tiba.
"Jenius apaan." Bantah Taeyong.
"Seriusan, dari keluarga terpandang, baik dalam akademik maupun non-akademik, pecinta basket. Apa yang kurang?" Tukas Ten sambil menatap Taeyong menuntut jawaban.
"Well, tapi kurasa dia tidak sebaik itu dalam basket." Jawab Taeyong sambil mengedikkan bahunya.
"Oh, apa artinya kalian bertemu karena basket? Kau bilang tidak mengenalnya tapi tahu jika dia tidak bagus dalam basket. Hmmm, aku mencium ada sesuatu yang menarik. Sehari kau disini dan berhasil menarik perhatian salah satu cowok popular, huh." Goda Ten pada Taeyong yang hanya memberi respon memutar matanya.
"Hm, dia hanya satu dari sekian banyak laki-laki yang kutemui. Dari pandanganku, he's not that good." Respon Taeyong pelan kemudian.
"Oh, apapun itu. Tapi sebaiknya kau menyiapkan diri, meskipun bagimu biasa saja, tapi tidak bagi orang lain." Saran Ten sambil menyiapkan laptopnya untuk pelajaran berikutnya.
St. Nouvelle tidak mengharuskan muridnya untuk mencatat menggunakan buku. Perkembangan yang makin membuat digitalisasi, menjadi salah satu alasan murid lebih disarankan menggunakan teknologi terkini. Tentu saja itu hanya berlaku bagi yang kantongnya pun mencukupi.
Taeyong hanya memandang Tablet nya yang belum disentuhnya seharian karena ia sendiri merasa tidak memerlukan catatan. Padahal kemarin ayahnya begitu semangat memberikannya karena Taeyong kembali ke sekolah. Ia menghela nafas panjang menatap papan digital itu.
Dalam pikirannya sudah membayangkan apa saja yang akan dilakukannya saat menemani Jaehyun besok. Ia tak sabar untuk bertemu lagi dengan pria itu.
"Partner, huh?" Gumam Taeyong memikirkan ucapan Jaehyun sebelumnya.
To Be Continued..
Jangan Lupa Vote and Comment yaaa...
![](https://img.wattpad.com/cover/190060051-288-k878131.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
M || Jaeyong
Fanfiction🔞🔞🔞🔞 "Hah.. Hah... Mmphh." Mendengar Taeyong mendesah kuat membuat Jaehyun menguatkan dekapannya. Ia tak mengerti kenapa semuanya menjadi seperti ini. Taeyong memegang kepalanya kuat, desahannya berubah menjadi erangan kuat di telinga Jaehyun. "...