4 - The Bet

16K 969 15
                                    

Taeyong menerima bola yang dilempar oleh Jaehyun, melihat Jaehyun yang tak ragu mengajaknya bermain sepertinya dia tidak tahu apa-apa tentang dirinya. Mengingat sebelumnya ia di kelas dengan begitu banyak orang yang mengenalnya kini ia merasa benar-benar menjadi orang baru.

"Kondisiku sedang tidak mendukung bermain berat. Apa kakak keberatan jika kita hanya adu Shooting Skill?" Tawar Taeyong pada Jaehyun. Ia tak ingin memberitahu kondisi sebenarnya pada Jaehyun.

Jaehyun yang mendengar tawaran Taeyong hanya menjawab dengan mengedikan bahunya. Ia mengisyarakat agar Taeyong mengambil giliran pertama.

"Lima kesempatan, deal?" Ujar Taeyong sebelum Shooting.

"Deal."

Taeyong dengan mudah melakukan Shoot sempurna sambil menyembunyikan senyumnya karena meyakini kemenangannya. Ia melempar bola pada Jaehyun untuk giliran selanjutnya.

"Agar lebih menarik, kakak berani taruhan siapa yang menang?" Seru Taeyong sebelum Jaehyun melakukan Shooting. Jaehyun menghentikan tindakannya, ia berpikir sejenak sebelum memainkan bola.

"Apa yang dipertaruhkan?" Tanya Jaehyun.

"Jika aku menang, aku tidak perlu memanggilmu kakak?" Jawab Taeyong sambil nyengir. Jaehyun memutar bola matanya.

"Dan jika kau kalah?" Lanjut Jaehyun.

"Your Choice. Satu hal apapun yang kakak mau, asal aku bisa memenuhinya." Balas Taeyong menantang. Akhirnya Jaehyun pun mengangguk.

Percobaan pertama Jaehyun berhasil memasukkan bolanya begitu pula Taeyong pada kesempatan selanjutnya. Namun Jaehyun gagal pada percobaan ketiganya yang membuat Taeyong memasang senyum penuh kemenangan saat melemparkan bola kelima.

Tak disangka pada lemparan kelima, Taeyong gagal. Ia sendiri tak percaya.

"Oh Gosh." Umpat Taeyong melihat Jaehyun yang tersenyum gembira karena artinya ia masih memiliki kesempatan. Saat lemparan kelima dengan mudah Jaehyun berhasil memasukkan bolanya. Taeyong menghela nafas karena tak disangkanya ia gagal di percobaan terakhir.

'Sepertinya aku memang sudah terlalu lama tidak menyentuh bola ini.' Batin Taeyong sambil menatap sendu bola basket ditangannya.

"Hei, tidak perlu terlalu murung. Kita seri bukan berarti kau kalah." Hibur Jaehyun melihat Taeyong sambil menjulurkan lidahnya sedikit.

"Cih, Aku tidak murung karena itu." Bantah Taeyong sambil melempar bola basket pada Jaehyun.

"Ouh, jadi kita seri. Bagaimana? Mau lanjut untuk mencari pemenangnya?" Ujar Jaehyun.

Taeyong sudah merasa nyeri di kakinya karena melakukan Shoot tadi. Akhirnya ia menggeleng.

"Biarkan saja seri. Berarti tidak ada yang perlu melakukan permintaan masing-masing kan?" Jawab Taeyong sambil mengambil bola dari tangan Jaehyun.

"Hmm.. Memangnya kenapa kau tidak ingin memanggilku 'kakak'?" Ujar Jaehyun yang memperhatikan Taeyong mulai bermain bola.

"Em, yang kutahu.. kemampuanku jelas lebih baik dari kakak. Dan aku terbiasa santai di dalam lapangan, sedangkan kita selalu bertemu di dalam lapangan kan?"Jelas Taeyong sambil mem-pass­ bola pada Jaehyun.

Entah kenapa Jaehyun merasa tersengat sesuatu ketika Taeyong mengatakan kemampuannya lebih baik daripadanya. Ia memandang Taeyong kemudian mendengus.

"Baiklah, kau bisa berhenti memanggilku kakak."

"Serius?" Taeyong memandang Jaehyun sebelah mata untuk memastikan.

"Hanya di dalam lapangan. Oke?" Lanjut Jaehyun menawarkan kesepakatan. Yang dibalas anggukan oleh Taeyong semangat.

"Sebagai gantinya, kau harus terus bermain disini bersamaku." Lanjut Jaehyun lagi sambil mengembalikan bola pada Taeyong. Taeyong heran dengan permintaan Jaehyun yang menurutnya terlalu absurd.

"Memangnya kenapa?" Tanya Taeyong untuk memperjelas permintaan Jaehyun.

"Well, kau tahu? Klub Perempuan selalu meraih prestasi setiap tahunnya dan disisi lain Klub Laki-Laki makin diabaikan oleh para Guru jadi kami tidak memiliki pelatih maupun Pembina. Akhirnya kami tidak ada jadwal latihan yang pasti dan anggotanya pun terbatas sepuluh orang." Jelas Jaehyun.

"Lalu?" Taeyong makin penasaran dengan masalah Klub Perempuan dan Klub Laki-Laki ini.

"Ya, gitu. Kami latihan hanya saat mau saja atau kalau sudah dekat turnamen. Aku bahkan merasa Klub Laki-Laki ini hanya ada untuk melengkapi daftar peserta Lomba saja. Sebenarnya aku masuk St.Nouvelle ini untuk benar-benar menekuni Basket tapi aku tidak tahu permasalahan ini, jadinya kami yang benar-benar ingin berusaha seakan sia-sia." Lanjut Jaehyun menjelaskan.

Jaehyun akhirnya menghela nafas tak bisa membalas lagi. "Jadi? Bagaimana?"

"Hm, Aku hanya ingin memastikan sesuatu." Akhirnya Taeyong yang menghancurkan atmosfer perdebatan mereka.

"Memastikan apa lagi?"

"Apa kakak benar-benar tidak mengenalku?" Tanya Taeyong menatap mata Jaehyun tajam.

To Be Continued...

Jangan Lupa Vote and Comment yaaa...

M || JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang