Chapter 7 - A Bag

55 9 6
                                    

Pagi ini Shawn merasa moodnya sedikit buruk. Pesannya diabaikan begitu saja oleh Johanna semalam. Yeri yang memilih untuk tinggal bersama kakaknya dari kemarin pun menyadari hal itu.

"Oppa, tak biasanya kau bangun tidur langsung memilih bersantai di sofa."

"Aku sedang lelah." Shawn mengangkat dagunya dan menyandarkan lehernya pada ujung sandaran sofa.

"Katamu semalam kau tidak jadi pergi memeriksa gudang Taekyon di Gapyeong?"

"Aku melakukan hal yang lebih melelahkan dari itu."

"Apa? Mengejar wanita yang kau sukai?"

"Yaaah!" Wajah Shawn langsung memerah, untung saja Yeri tidak sedang berada di hadapannya.

"Kau lupa mematikan lokasi ponselmu. Aku bisa melacakmu dari war room milikmu."

"Yaaah siapa yang bilang kau boleh masuk ke sana!" Kini Shawn beranjak dari sofanya dan menatap kesal ke arah Yeri.

"Kau memang tak bilang aku boleh masuk ke sana, tapi kau juga tak bilang kalau aku dilarang masuk ya."

"Dasar bocah ini." Shawn pun mengejar Yeri dan berlarian di sekitaran ruang tengah rumah Shawn.

"Hey! Berhentilah bercanda denganku! Carilah pasangan untuk menghiburmu. Aku lelah menjadi mainanmu!" Teriak Yeri yang begitu 'licin' untuk ditangkap oleh seorang agen khusus seperti Shawn.

"Diam di situ! Kau tau kan aku bisa bergerak dengan gesit? Akan ku.."

Kring..kring..kring..

Deringvpada ponsel Shawn akhrinya menghentikan aktivitas kejar-kejaran kakak beradik itu. Ponsel Shawn yang berada di dekat Yeri pun tak luput dari kejahilannya.

"Woooah, oppa. Kau akhirnya menghubungi Johanna?" Yeri ternganga melihat nama yang muncul di layar ponsel milik Shawn.

Shawn yang nampak gelisah karena Yeri mengambil ponsel miliknya pun langsung melompati sofa yang menghalangi posisi berdirinya dengan posisi Yeri berada. Dengan kesigapannya ia langsung merebut ponsel miliknya dari tangan Yeri. Merasa tak mau terganggu, Shawn pun langsung menuju ke halaman di belakang rumahnya, meninggalkan senyum lebar di wajah adiknya.

"Halo."

"Halo Shawn. Hei, kau baik-baik saja?"

"Iya, aku baik-baik saja. Memangnya ada apa?"

"Nafasmu begitu terengah. Atau kau sedang berolah raga?"

"Ah iya, tadi ada sedikit olah raga yang ku lakukan."

"Ah, begitu rupanya."

Suasana menjadi hening secara tiba-tiba, hingga akhirnya Shawn yang lebih dulu angkat bicara.

"Ada apa kau meneleponku? Apa terjadi sesuatu?"

"Apakah harus terjadi sesuatu baru aku boleh meneleponmu?"

"Ah, bukan begitu maksudku. Hanya saja aku menerka-nerka apa alasanmu meneleponku."

"Aku hanya ingin meminta maaf, semalam aku tidak membalas pesanmu. Aku sudah tertidur."

Shawn menutup mulutnya yang sudah tersenyum lebar dan sedikit berdehem untuk melegakan tenggorokannya.

"Oh, kau tak perlu meminta maaf. Aku baik-baik saja."

"Kau yakin?"

"Ehm, iya, aku yakin."

"Ah, baiklah. Apa hari ini kau masih sibuk dengan kegiatan penyelidikanmu?"

A Close CallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang