Chapter 16 - Accidentally on Purpose

52 9 2
                                    

Shawn sudah pergi rupanya.

Johanna dengan penampilan acak-acakannya membaca sticky note yang tersemat di sebuah kotak makan berisi salad. Tertulis pada kertas itu:

Aku menyukai sofamu, sungguh nyaman untuk tidurku. Terima kasih atas tumpangannya. Jangan lupa makan sarapanmu. Shawn.

Wanita itu pun tersenyum, menyadari betapa manisnya pria yang tengah memenuhi hatinya belakangan ini. Johanna pun memilih langsung menyantap salad buatan Shawn sebelum akhirnya bersiap menuju ke kantornya.

Berbeda dengan Johanna, kini Seulgi tengah diburu oleh perasaan gelisahnya. Tidak pernah dalam hidupnya sekali pun, ia sudah tiba di kantornya pukul 06.30. Bahkan dirinya kini tengah duduk di depan pintu ruangan hakim yang menangani perkara kematian Detektif Ahn.

Perasaan tak tenang itu akhirnya sedikit luruh saat Seulgi melihat sosok hakim yang sudah ia tunggu kedatangannya selama 30 menit.

"Selamat pagi, Hakim Park."

"Selamat pagi, Tuan Kang. Kau menungguku dari tadi di sini?"

"Kau benar." Ucap Seulgi seramah mungkin, dengan senyuman termanisnya tentunya.

"Masuklah, ayo kita sarapan bersama."

Sebuah kopi panas dan roti mentega langsung dihidangkan di hadapan Seulgi dan sang hakim.

"Silahkan nikmati sarapan yang biasa ku konsumsi. Semoga kau suka. Menurutku roti mentega buatan Nona Hong yang terbaik di kantor kita."

"Ah, baiklah. Terima kasih telah berbaik hati padaku, hakim. Padahal kedatanganku justru akan mengganggu waktumu."

"Oh iya, ada perlu apa kau sampai menungguku di depan ruangan?"

"Maaf jika aku lancang, apakah di persidangan Tuan Ahn berikutnya kau akan membacakan dakwaan saja?"

"Sepertinya begitu, karena pelaku juga sudah mengakui perbuatannya."

"Hakim, ku mohon pertimbangkan hal ini. Kalau memang tidak ada motif lain selain perselingkuhan yang belum tentu kebenarannya itu, ku rasa kita perlu mengangkat isu yang mengganjal."

"Kau pasti menemukan sesuatu, kan? Apa itu cukup material?"

"Menurutku cukup material, ada beberapa hal yang ingin ku pastikan, terutama kepada saksi bernama Ok Taekyon."

"Jangan bilang kau mencurigainya?"

"Kau benar. Meski aku tidak bisa menuduhnya tanpa bukti, tapi memang ada beberapa hal yang perlu kita periksa kembali."

"Kau serius, kan?"

"Kau cukup mengenalku, Hakim Park."

Sang hakim terlihat sedikit ragu. Jemarinya mengetuk arm rest, menandakan lelaki paruh baya itu tengah mempertimbangkan permintaan Seulgi.

"Baiklah, buktikan semua di persidangan."

Akhirnya Seulgi bisa merasa lega. Ia pun berpamitan dan menunjukkan rasa hormatnya setelah menghabiskan sarapan yang disajikan untuknya.

"Johanna, kabar baik!" Ucap Seulgi begitu sampai di ruangannya dan melihat Johanna sudah duduk di meja kerjanya.

"Apa itu?"

"Hakim Park mempersilahkan kita untuk membuka bukti-bukti palsu yang diserahkan oleh terdakwa. Kita bisa masuk ke dakwaan subsidair dan menyeret Taekyon ke dalamnya."

"Woaah, kau benar-benar bisa diandalkan. Apakah kita perlu memberi tau Joy soal ini?"

"Tentu. Ku harap berita ini bisa memberikan penghiburan sedikit untuknya."

A Close CallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang