Chapter 17 - Get Out of Hand

52 8 6
                                    

"Apaa?!! Joy pergi ke tempat tahanan?" Seulgi begitu terkejut ketika Johanna memberi tahu tentang pembicaraan dirinya dengan Joy di telepon.

"Sepertinya dia sudah tidak bisa menahan emosinya. Aku benar-benar ingin menyusulnya, tapi aku sudah tak ada tenaga." Jawab Johanna dengan suara yang lemah.

"Hei, kau baik-baik saja?"

"Entahlah, aku merasa sangat pusing."

"Biar ku telepon Shawn untuk menjemputmu."

"Tidak Seulgi, biar aku naik taksi saja. Akan berbahaya jika Taekyon sampai melihat kami bersama."

"Baiklah kalau begitu maumu. Johanna, sepertinya aku perlu mengecek ke tempat tahanan. Siapa tau aku masih bisa menyusul Joy dan memperbaiki suasana di sana."

"Baiklah, berhati-hatilah."

"Tentu. Kau segeralah pulang dan hubungi Shawn. Aku pergi dulu."

Seulgi pun segera meninggalkan ruang kerjanya dan bergegas menuju ke tempat tahanan. Dirinya sedikit kecewa begitu tiba di lokasi, mendapati Joy sudah tidak berada di sana. Merasa membutuhkan petunjuk lain, Seulgi pun meminta waktu untuk bertemu pengantar susu dengan alasan penyelidikan.

"Ah, kau datang rupanya tuan jaksa."

"Tuan Hong, apa barusan ada yang mengunjungimu?"

"Apa yang kau maksud adalah adik Tuan Ahn?"

"Tunggu. Bagaimana kau mengetahui hal seperti ini?"

"Tuan jaksa, aku tidak bisa memberitahumu di sini. Lebih baik kau susul wanita itu."

"Apa kau tau ke mana dia pergi? Karena aku masih belum bisa tersambung melalui telepon dengannya."

"Mungkin dia berada di tempat tinggalnya. Sebuah apartemen di daerah Seongnam."

Seongnam? Apartemen lama Johanna?

"Ah, baiklah terima kasih informasinya. Aku pamit dulu.

Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, langit cerah pun mulai memudar. Dengan lihai Seulgi mengendarai mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi, membuatnya tak membutuhkan waktu lama untuk mencapai apartemen lama milik Johanna. Sebelumnya ia juga sudah menanyakan informasi mengenai nomor unit Johanna melalui telepon.

Dengan cepat Seulgi langsung menuju loker pos pada apartemen Johanna. Dirinya masih mengamati loker surat milik unit rekannya itu, sampai sebelum ia sempat menyentuh kotak itu, telinganya yang begitu peka mendengar suara isak tangis yang begitu lirih. Pandangannya teralih ke arah pintu darurat yang tak jauh dari loker surat itu. Dengan langkah yang penuh dengan keyakinan, dirinya membuka pintu itu dan mendapati Joy tengah meringkukkan tubuhnya.

"Joy.."

Mendengar suara yang dikenalinya, Joy pun mendongakkan wajahnya yang sudah begitu basah dipenuhi air mata.

"Tuan Kang.." Dengan tergesa Joy bangkit dan menghapus air matanya.

"Hei, tenanglah. Tak apa jika kau masih ingin menangis. Apa terjadi sesuatu?"

Nampak Joy yang terdiam dan tengah berusaha mengatur kembali nafasnya, sampai akhirnya ia mengangkat surat yang sedari tadi di genggamnya dan menyerahkannya kepada Seulgi. Meski merasa sedikit bingung, Seulgi memahami maksud dari Joy agar dirinya membaca surat itu.

Kerling mata Seulgi menyusuri setiap kalimat yang tertulis dengan rapi. Dirinya pun sudah kaget sejak awal, melihat tulisan yang ada di hadapannya. Dia sangat mengenal bagaimana gaya tulisan dari rekan satu timnya itu. Mata yang semula kering, tak tergambar apapun, kini terlihat begitu sedih dan mulai basah. Seulgi sempat tak ingin mempercayai apa yang dibacanya, tapi ia tahu Detektif Ahn tak mungkin berbohong.

A Close CallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang