Persidangan perdana kasus pembunuhan Detektif Ahn akhirnya dilaksanakan. Setelah mendedikasikan tenaga dan waktunya, kini Seulgi dan Johanna melangkah mantap menuju ruang sidang.
"Johanna, aku mengandalkanmu pada sidang hari ini."
"Aku juga mengandalkanmu, Seulgi."
Kedua jaksa berkompeten itu pun saling berjabat tangan dan memberikan tatapan suportif.
Johanna dan Seulgi sama-sama menyadari kehadiran Shawn di kursi penonton. Dirinya dengan rapi mengenakan kemeja hitam dan bermasker dengan warna senada. Rambutnya ditata rapi, tak seperti penampilan Shawn biasanya. Kedua jaksa itu memahami dengan benar apa maksud dari pria itu berpenampilan seperti ini. Dirinya ingin menghormati mendiang Detektif Ahn dengan benar.
Tak lama setelah Shawn duduk, seorang wanita dengan gaya penampilan yang sama pun duduk di samping Shawn. Awalnya Shawn cukup heran, kenapa ada orang yang mengenakan pakaian serba hitam, sangat mirip dengan apa yang ia kenakan, dan kini berada di sampingnya. Tidak semirip itu memang, karena wanita di sampingnya melengkapi tampilannya dengan kacamata hitam. Keduanya kini seperti sosok yang berasal dari organisasi yang sama karena nampak berseragam.
Sosok wanita yang hadir di samping Shawn ternyata disadari oleh Seulgi juga. Sang Jaksa pun merasa sedikit gugup, mengingat hanya dirinya yang mengenal wanita itu di ruang sidang ini. Seulgi pun berusaha mengembalikan fokusnya dengan membaca ulang ringkasan tuntutan yang sudah ia buat sebelumnya.
"Sepertinya kita ada di pihak yang sama." Ujar Joy kepada Shawn tanpa melihat wajah pria itu.
"Ah, maksudmu penampilan serba hitam ini? Apa kau mengenal sosok korban?"
"Ya, aku mengenalnya. Kau pasti sang kapten, kan?"
Shawn langsung terdiam. Banyak pertanyaan yang langsung muncul di kepalanya.
"Kau tak perlu khawatir akan sosokku. Aku adalah adik Detektif Ahn." Joy akhirnya berbisik lirih tepat di telinga Shawn, dan membuat sang kapten membelalakkan matanya.
"T-tak mungkin kau adalah.."
Joy pun membuka sejenak masker di wajahnya.
"Ya, aku Joy, Kapten Shawn."
"B-bagaimana bisa?"
"Ah, pasti oppa menceritakan kejadian waktu itu terlalu berlebihan. Sebenarnya aku hanya mendapat luka 3 tusukan waktu beroperasi di Pegunungan Sierra Madre. Itu pun berhasil ditangani dengan cepat lukanya oleh warga sekitar."
"Hei, aku benar-benar bahagia kau ada di sini. Maaf ini terlalu kontras dengan keadaan kakakmu. Aku turut berduka atas kehilanganmu ini."
"Terima kasih, Kapten Shawn."
"Minumlah bersamaku setelah sidang ini usai."
"Akan ku terima tawaranmu, mengingat hasil sidang ini pasti akan mengecewakan kita."
"Hm? Bagaimana bisa? Kau sudah tau hasilnya apa?"
"Ini semua hanya permainan sialan yang terpaksa merenggut nyawa oppa."
Shawn hanya diam dan tidak menanyakan lebih lanjut apa yang dipikirkan oleh Joy. Ia melihat dari samping, air mata wanita di hadapannya itu sudah tertahan di pelupuk matanya.
"Hakim memasuki ruangan. Seluruh hadirin dimohon berdiri."
Dengan kompak seisi ruangan langsung bangkit dari tempat duduknya dan kembali duduk setelah hakim terduduk. Sidang pun dibuka.
Tersangka dipanggil masuk, membuat Shawn seketika mengepalkan tangannya. Akhirnya ia bisa dengan jelas melihat wajah orang yang membunuh anggota timnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Close Call
FanfictionSang Serigala dan Ratu Es bersatu karena sama-sama memiliki masa lalu tragis. Menahan rasa penasaran menahun, akhirnya Johanna menemukan pria yang ia idamkan. Bukan tanpa rintangan, hidup keduanya dipenuhi kejadian tak terduga. Apakah mereka bisa be...