Chapter 15 - Bite the Bullet

74 11 4
                                    

Pagi berselang, namun Shawn yang belum mendapat respon apapun pada pesan singkatnya akhirnya menyerah dan memutuskan menelepon kekasihnya itu.

"Johanna, dari kemarin kau mengabaikanku. Apa aku melakukan kesalahan? Atau hasil sidang kemarin benar-benar membuatmu sekecewa itu?"

"Kau bahkan masih belum menyadari perbuatanmu?"

"Aku benar-benar tidak mengerti Johanna. Tolong jangan perlakukan aku seperti ini."

"Aku juga merasa kesal kenapa aku seperti ini, Shawn."

"Kau di mana sekarang?"

"Dalam perjalanan menuju kantor."

"Kau naik taksi atau subway?"

"Aku menumpang mobil Yeri."

"Baiklah."

"Ada apa?"

"Aku ingin bertemu denganmu sebentar, sebelum aku pergi ke Gapyeong."

"Ada urusan apa kau ke Gapyeong?"

"Ini soal Taekyon."

Johanna sempat menjeda percakapan itu. Sebenarnya dirinya tengah memastikan apa yang dibicarakan Shawn kepada Yeri. Wanita itu pun mendapatkan kode soal gudang milik Taekyon dari mimik bibir Yeri yang tengah mengendarai mobilnya.

"Oh, baiklah, Kita bisa bertemu di cafe seberang kantor. Di sana lebih sepi dari tempat lain."

"Baiklah. Aku akan menunggumu di sana. Aku sudah dekat."

"Ya, aku mungkin baru sampai 15 menit lagi."

"Santai saja, hati-hati di jalan."

Shawn memesan secangkir capuccino dan sandwich tuna untuk mengisi perutnya. Sembari menunggu kehadiran Johanna, pria itu menyempatkan diri untuk mengecek beberapa hal tentang gudang milik Taekyon yang gagal ia sambangi beberapa hari lalu.

Laporan yang disampaikan kepadanya mengatakan bahwa seisi gudang itu sudah dipindahkan. Taekyon benar-benar serius dalam melindungi diri dan kegiatan ilegal perusahaannya itu. Meski Shawn tidak bisa berharap banyak dengan mendatangi gudang itu, namun ia masih optimis bisa menemukan sesuatu di sana. Taekyon memang cukup teliti bagi Shawn.

Klinting..

Sorot mata Shawn yang semula terpaku pada ponselnya, kini beralih ke pintu masuk cafe.

"Kau sudah sarapan?" Tanya Shawn begitu Johanna duduk di hadapannya.

"Belum."

"Ingin ku pesankan sesuatu?"

Johanna hanya menggelengkan kepalanya.

"Kau harus makan. Aku takkan tenang menjalani hari kalau kau seperti ini." Kini Shawn beranjak dari kursinya untuk duduk di samping Johanna dan meraih tangan kekasihnya itu.

"Aku sangat tidak mood untuk sarapan."

"Gara-gara kesalahanku?"

Johanna hanya menatap singkat ke arah Shawn, lalu ia membuang lagi pandangannya.

Dia sedikit naif, tapi boleh juga caranya jual mahal padaku. Apakah dia sedang cemburu dengan Joy? Apa perlu ku pastikan?

Masih dengan rasa kesalnya, Johanna hanya memandangi kesibukan barista dan meninggalkan wajah Shawn yang tepat ada di sampingnya. Konsentrasinya itu buyar saat tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang empuk meraih pipinya.

"Yaah, Shawn! Ini di tempat umum!"

"Hanya ciuman di pipi. Lagi pula tidak ada yang melihat kita."

"Kau lupa tempat umum memilki CCTV?"

A Close CallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang