16) Kena duri kaktus

14 1 0
                                    

Di ruang tengah posko KKN itu, Jevan dan Galang sedang asyik main Mobile Legends sambil lesehan di lantai ubin mencari kesejukan. Mata mereka tertuju tajam ke layar HP masing-masing, sementara suara hero-hero game itu saling bertarung memenuhi ruangan.

“Lang, cover gue dong! Gue di-gank nih!” teriak Jevan sambil mengetuk layar HP-nya cepat.

“Iya sabar, sabar. Gue lagi farming dulu bentar,” jawab Galang santai, tapi jarinya tetap sibuk menggerakkan hero miliknya.

“Woy, jangan farming mulu, nih turret gue jebol!” Jevan mulai panik, hero-nya dikeroyok lawan.

Galang akhirnya bergerak, “Oke, oke! Gue dateng nih, gaspol!” Dia mengarahkan hero-nya ke tengah pertempuran.

Jevan berseru lagi, “Nice! Udah tuh, mati satu. Gas terus, kita bisa push mid!”

Sambil tertawa kecil, Galang balas, “Yah, gue dapet kill-nya! Lo kan yang bantu, santai dong.”

“Ck, lo nge-kill mulu, assist gue jadi banyak amat!” Jevan pura-pura protes, tapi tetap fokus ke permainan.

Suasana posko makin ramai dengan teriakan mereka. Teman-teman yang lain hanya bisa menggeleng sambil melihat keduanya makin seru terlibat dalam permainan.

“Hati-hati, tower, bro!” Jevan memperingatkan.

“Bodo amat, yang penting fun!” sahut Galang sambil ngakak.

Siang itu sangat panas, beberapa anggota lain pergi. Seperti Guska yang sengaja menyuruh Zhevanya untuk menemaninya mengurus masalah proposal dan memintanya membawa laptop. Merynda yang juga berjanji untuk membantu Zhevanya mengetik jurnal harian juga ikut kendati urusan menjadi obat nyamuk di antara dua rekannya itu, dia memilih masa bodoh saja.

Hari ini memang entah mengapa lebih panas dari biasanya. Sudah berapa hari langit tidak hujan dari semenjak selesai kegiatan sosialisasi. Inginnya, dewi menurunkan hujan. Tapi, nanti saja sebab sebuah kseimbangan itu diperlukan.

Di ruang tengah itu tepatnya di seberang Jevan dan Galang yang asyik degan game mereka. ada Nakula yang meringkuk di sudut dinding, seperti tidur. Tidak biasanya pemuda itu tidur bahkan biasanya dia lebih memilih untuk membaca buku atau sibuk dengan laptopnya. Mungkin saja lelah dan mengantuk menjadi faktor utama.

"Semua cewek di kkn gue gak ada yang seru guys. Muak banget gue di sana lama-lama."

"Kapan hari lo ada bilang kan, Mon?"

"Apaan?"

"Katanya si cupu dari sasing kelas sebelah glow up parah."

"Iyuh, gue curiga die oplas tau. Maksud gue impossible banget bisa berubah total gitu penampilan dia."

"Udah gitu dia suka caper ke Kak Rimba..."

"Hah?! Rimba Praja Buana, anak agro yang jadi duta UNICEF itu?"

"Iya, yang ganteng itu lho..."

"Wah, tangkapan bagus it, Mon... Kalo lo bisa pac—"

Rain meng usap-usap telinganya yang terus berdenging. Sialan sekali, suara-suara pengganggu itu menusuk rungunya tanpa permisi. Bukan sekali atau dua kali Rain mendengar hinaan demi hinaan ini. Tapi ia selalu mengabaikannya selagi tidak menganggunya secara fisik. Lagipula ia sudah berjanji pada Rain asli untuk tidak membuat masalah dengan manusia.

Gadis itu kemudian menjentikkan jarinya samar. Ia baru saja kembali dari warung membeli sesuatu. Di tangannya terdapat sebotol minuman dingin berserta snack bungkusan. Melihat posko dari jauh dengan mata menyipit sebab langit yang cerah adalah salah satu dari kebiasaannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kronik Dewi Hujan (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang