3) Pembagian Tugas

27 3 7
                                    

"Oke, karena semua udah pada ngumpul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oke, karena semua udah pada ngumpul. Gue mau ngasih tau kalian sesuatu. Mungkin sebagian udah bisa nebak tapi gue harus tetap bilang biar semuanya clear." Guska membuka interlokusi di ruangan tengah posko yang dihuni oleh beberapa presensi di sana.

"Jadi kenalin yang disamping gue ini adalah Rimba Praja Buana. Dia senior satu tingkat di atas kita. Bang Rimba harusnya udah lulus tahun ini tapi kendalanya dia belom ngikutin kkn karena terbentur kegiatan waktu jadi duta unicef. SK Yudisiumnya ditahan dulu. Terus kalo kalian peka tadi siang pas kita rapat pejabat teras gue gak mention posisi wakil ketua kan?" tanya Guska memastikan.

Zheva tak urung mengangguk lantas menyahut. "Iya, gue sama Rain ngomongin ini juga tadi kalo posisi wakil ketua kkn kita kosong. Kita kira lo lupa, Ka."

Guska menggeleng seraya tersenyum. "Enggak kok. Gue sengaja. Jadi udah jelas kan posisi wakil ketua kkn kita memang bakal diisi sama Bang Rimba. Ada yang keberatan gak?"

"Kita mah pastinya setuju. Satu hati gue sama Aa Jep. Iya gak beb?" Galang menyenggol lengan Jevan sehingga membuat empunya seketika ngegas.

"Gak usah nyenggol gue sempak. Gue gibeng juga lo ya!" Jevan kesal tapi yang diperingatkan malah semakin mendusel-duselkan kepala ke lengannya. Galang memang suka sekali menggoda Jevan hingga membuatnya naik darah.

"Gue sama Nakula udah pro dari awal sih. Kalo yang cewek gimana?" kata Guska menunggu respon para anggota perempuan.

"Oke. Setuju. Boleh." itu adalah respon dari mereka sedangkan Rain yang tadi memalingkan tatapan hanya mengangguk asal saja.

Rain masih setia mengalihkan pandangan hingga tepat saat itu pula netranya tak sengaja bertubrukan dengan netra hitam kelam milik pemuda tersebut. Rimba sedang menatapnya lamat dengan sebelah alis terangkat. Rain tentu tidak salah melihat kalau tadi Rimba mengurai senyum miring yang tidak dinotis anggota lain.

Mau ngapain lagi ini orang. Sungguh mencurigakan.

"Udah selesai kan, Ka?" tanya Zheva, gadis itu beranjak dari posisinya. "Kalian pasti dah laper banget kan? Tadi gue sama Rain udah masak nasi goreng sama telur ceplok. Makan yuk biar abis itu bisa istirahat dan besok lanjut aktivitas." ia melajukan langkahnya ke dapur.

"Widih, mantep tuh. Pantesan baunya kecium sampai sini. On the way ke dapur..." Galang dan Jevan saling berebutan menuju dapur begitu pula diikuti dengan anggotanya yang lain.

Tinggalah Rain yang masih duduk beradu tatap dengan Rimba yang juga anehnya masih setia membalas seakan mereka saling beradu dalam kompetisi tatap menatap yang paling hebat. Malas memperpanjang masalah, Rain akhirnya beranjak dengan memberi sinyal pada Rimba melalui gerakan dua jari 'I'm watching you'.

Pagi-pagi sekali Rain sudah bangun . Wajahnya sembab dan terlihat bengkak. Inilah risiko karena semalam dia tidak sempat memakai skincare routine miliknya. Setelah makan nasi goreng ia hanya membasuh wajah saja dengan air yang sangat dingin lalu tepar di atas sleeping bag.

Kronik Dewi Hujan (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang