CHAPTER 19:MEMBUAT PUISI

25 3 0
                                    

Kadang kita butuh seseorang yang bisa pahami dengan perasaan kita tapi gak semuanya mereka paham apa itu terluka

-pricillia elena nickie

~o0o~

____________________

Sepulang sekolah elena mengajak kania menaiki bus untuk segera menuju rumah pohon elena melihat wajah kania yang tersenyum walaupun semesta sedang bermain dengannya kini kania membantu seorang nenek yang sedang berdiri kecapean

"Nenek capek? duduk aja nek biar saya aja yang berdiri" sahut kania membantu nenek itu duduk

"Makasih nak, udah beri nenek tempat duduk" ucap nenek itu sekitarnya pasti umur 80an kalik ya gak tau deh

Kania tersenyum "sama-sama nek" senyum kania

Elena yang duduk menatap kania "nia, lo gak papa berdiri terus? Ini jalanan masih panjang menuju rumah pohon kalo lo capek kita gantian aja"

Kania menggeleng "gue kuat kok"

"Sok kuat lo" timpal elena terkekeh

Kania hanya tersenyum dengan wajah Pucatnya beberapa menit akhirnya mereka sampai elena dan kania berjalan menghampiri rumah pohon itu

Mereka duduk di teras sambil menikmati alam "tau gak mengapa semesta sering buat kita kecewa sama perlakuan banyak orang?" Tanya elena membuka suara

Terdiam. Kania gak tau mau bilang apa padahal dirinya selalu mendapatkan luka

"Mau bantu di jawab?" Kania mengangguk "supaya kita kapok buat bergantung sama orang lain, biarin orang jahat sama kita, kita jangan jahat sama dia" jelas elena

Kania yang sedang menulis menoleh menatap elena yang ingin melanjutkan ucapannya "mau tau kenapa orang jahat sama kita?" Tanya elena lagi

"Ayah gue pernah bilang, gapapa kalo orang lain jahat sama kita yang penting kita gak boleh jahat sama orang. jangan pernah cape berbuat baik sama orang ya" jedanya "jangan pernah pergi menghindari semua orang yang baik sama kita, nia"

"Yang lo omongin ada benarnya. Kita gak akan pernah pergi kecuali mereka sendiri yang pergi ninggalin kita, Sekuat apapun kita menjaga seseorang yang pergi akan tetap pergi"

"Maksudnya?" Tanya elena tak paham

Terdengar helaan nafas dari kania ia membuka suara pelan "gak semua orang baik itu baik, na. Liat semesta kadang sering bercanda sama kita"

Elena terdiam menatap nasibnya seperti sekarang dia kangen sama bundanya, orang yang dulu yang dia sayangi pergi meninggalkan diri bersama ayahnya ntah bundanya dimana bisa jadi mereka satu kota tapi elena gak tau

"Kadang semesta mengajak kita bermain-main dengannya hingga kita lupa ada takdir yang sudah memasang garis waktunya" jelas elena

Kania tersenyum miris "kapan ya waktu akan berpihak kepada kita?" Tanya kania menunduk menatap rumput hijau di atas tanah

Angin begitu kencang menerpa kulit kedua gadis itu yang sama-sama terluka.

Kania mesya anaira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang