Sesuai keputusan, untuk malam pertama mereka di desa Kawangraya mereka gak akan masak melainkan beli makanan di satu-satunya rumah makan yang ada di desa itu.
Iya, rumah makannya cuma satu dan menunya juga terbatas.
Sekarang, mereka semua lagi duduk melingkar diruang tengah. Dion megang pulpen dan kertas buat catat pesanan anak-anak dan Hazel duduk manis disamping Dion.
"Gado-gado, geprek, bakso atau nasi goreng? Cepet pilih."
"Gado-gado!! Udah lama banget gak makan gado-gado!" Nadya berseru, kemudian mendapat anggukan dari yang lainnya. "Kita yang ciwi-ciwi semua mau gado-gado!"
Dion ngangguk, "yang lain mau apa?"
"Dion mau makan apa? Gue samain aja kayak lo." Bagas berujar, mendapat hadiah batuk-batuk yang dipaksakan dari Malik dan Chakra.
Baru juga malam pertama, udah lancar banget temen mereka yang satu ini gerakannya. Patut diacungi jari tengah menurut Chakra.
"Gue bakso ya, Di."
"Eh, gue juga bakso aja kayak Jevian."
Dion ngangguk, nulis pesanan Jevian dan Khalif. "Malik sama Chakra?"
"Gue nasi goreng, Chakra gado-gado."
"Iihhh, Chakra ikut-ikutan yang cewek." Gina ngomong sambil cubit paha Chakra yang kebetulan duduk disampingnya, "Pengen banget ya makanannya sama kayak kita?"
"Lo lebay banget, Gin."
Intonasi nya datar saja, tapi nyelekit. Gina cuma bisa pura-pura tertawa sambil pukul pundak Chakra, seakan-akan semua itu hanya bercandaan biasa untuk mereka berdua.
Hazen sedari tadi hanya diam. Otak kecilnya itu masih mikir mau makan apa malam ini karena dia gak familiar sama makanan selain bakso dan nasi goreng. Dia sering dengar dan pernah liat 'geprek' tapi belum pernah coba, Hazel juga gak berniat cobain karena bentukannya yang abstrak dikepala Hazel.
Hazel penasaran sama gado-gado, dari namanya kayaknya unik. Tapi, Hazel pengen liat sendiri gimana bentukannya sebelum memutuskan untuk makan itu, kalau gak sesuai ya dia main aman aja dengan makan nasi goreng.
"Dion, gue mau liat sendiri makanan nya gimana" Hazel berbisik pelan, badannya rapat banget ke Dion biar yang lain gak bisa denger dia ngomong apa. Dia sedikit malu soalnya, takut cengcengin sama yang lain kalau gak tau.
Dion mengangguk, "Okay. Chakra sama Hazel yang gue kasih tugas buat beli makanan. Ini duitnya dan ini note pesanan kita. Chakra, Lo tau kan tempatnya?"
Chakra mengangguk, dia perhatiin Hazel yang masih fokus liat nama-nama makanan. "Oi, kucing anggora. Ayo sini cepet, gue udah laper."
Hazel mendengus, tapi dia tetap menurut. Berdiri dan nyusul Chakra yang udah jalan keluar. "Jauh gak tempatnya? Gue gamau ikut deh kalau jauh."
Chakra mendengus, "Lo diem disini." Chakra jalan ke belakang rumah yang setau Hazel tempat teman-temannya menyimpan motor.
Benar saja, gak lama kemudian terdengar suara motor, Chakra muncul dengan motor gede kesayangan nya didepan Hazel. "Lo liatin apaan? Cepet naik."
Hazel nahan nafas. Seumur-umur, dia baru 3 kali naik motor dan semua itu jelas bareng Papinya. Tapi, dia juga sadar selama lebih dari sebulan kedepan kendaraan yang mereka punya cuman motor, jadi dia harus belajar nyesuaiin diri. Dengan beribu doa agar selamat, Hazel naik motor Chakra dengan penuh keraguan.
