Keesokkan harinya. Aiden tidak percaya dia benar-benar bolos ke kantor demi bertemu dengan Azura.
Jantung Aiden berdebar kencang, selayaknya remaja abg baru terinfeksi virus cinta, dia merasa kasmaran.
Dunia berubah warna-warni. Ada karpet merah yang tergelar sepanjang jalan dan di lalui Aiden. Dalam khayalan tingkat tinggi yang benar-benar susah diobati, telinga Aiden bisa mendengar nyanyian para dewi cinta dengan dawai asmara di tangan mereka.
Melayang-layang sepanjang jalan Aiden ingin menemui Azura. Bukan main anak semata wayang Adrian ini kalau sudah jatuh cinta, bukan lagi ditahap halusinasi, tapi sudah delusi.
Belajar dan berkutat dengan buku memang membuat manusia maju dalam bidang ilmu pengetahuan, tapi mundur soal cinta.
Lihat saja Aiden. Dia berdiri dengan mengenakan kemeja hitam yang dilipat sampai siku sambil membawa bunga di tangan, yang nanti akan dia berikan pada Azura. Senyumnya mengembang, tidak luntur sejak dirinya meninggalkan apartemen.
Aiden bahkan tidak merasakan otot pipinya pegal karena berekspresi sama.
Azura sampai di lokasi, dia turun dari mobil yang dikendarainya, dan menyambut Aiden dengan senyum.
"Zura? Kamu bawa mobil sendiri? Katanya tadi diantar sama supir? Kalau gitu saya aja yang jemput kamu."
Aiden sudah memberondongi Azura dengan ragam pertanyaan. Dia berjalan cepat menghampiri Azura yang parkir tak jauh dari kendaraannya.
"Nggak apa-apa. Sekarang Azura udah boleh kok bawa mobil sendiri sama Papi. Katanya sekalian belajar, tapi hati-hati buat nggak nabrak.
"Tapi tetap aja. Itu bikin saya khawatir, takut terjadi apa-apa."
"Azura nggak apa-apa kok. Makasih perhatiannya Kak Aiden. Kak Aiden baik banget."
Aiden tersipu malu. Dia mengusap tengkuknya untuk melampiaskan sensasi bahagia dipuji Azura.
"Nggak kok. Ini mah bukan apa-apa."
"Oh, bunga itu untuk Azura, ya?" Azura menunjuk buket yang dibawa oleh Aiden.
Pemiliknya langsung menunduk dan mengangguk membenarkan. Lalu memberinya pada Azura. "Iya, saya beli tadi di jalan."
Bohong! Sebenarnya Aiden sejak semalam. Sejak dirinya pulang dari kantor karena ngebut untuk menyelesaikan pekerjaan.
Aiden meminta Gandi untuk mengosongkan semua jadwal keesokkan hari, sebagai gantinya, dia akan menyelesaikan beberapa berkas penting yang seharusnya besok bisa dia kerjakan.
Ini semua demi si cantik imut Azura. Aiden rela meluangkan waktu demi bertemu. Untung Azura tidak minta bertemu setiap hari, kalau sampai si cantik itu minta bertemu terus. Bisa-bisa Aiden jual saja perusahaan Papinya dan dia akan memfokuskan diri menjadi hamba budak cinta sahaya demi Neng Azureng.
Aih, bukan main cinta ini. Virus yang benar-benar berbahaya.
"Wah, makasih Kak Aiden. Azura suka sama bunganya, wangi banget."
"Sama-sama. Kamu ada mau minta yang lain?"
"Emm, minta Kak Aiden aja boleh?"
Aih, mak kandung. Jangan ditanya kalau soal itu Azura. Nggak usah kamu minta, Aiden suka rela menawarkan dirinya gratis tis tis, tanpa pajak dan biaya transaksi sepeserpun.
Apa saja asal Azura yang suruh. Aiden pasti mau.
Aiden pernah diminta Adrian untuk membelikannya minuman yang sedang trend saat pulang kantor, karena booth-nya dekat dengan perusahaan dimana Aiden memimpin.