Shout Out

62 14 16
                                    

Tepat pukul dua belas malam, Sunghoon membuka matanya, lelaki itu menutupi telinganya dengan headphone yang memutar lagu dengan suara kencang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Tepat pukul dua belas malam, Sunghoon membuka matanya, lelaki itu menutupi telinganya dengan headphone yang memutar lagu dengan suara kencang. Malam ini, seperti malam-malam biasanya Sunghoon kembali mendengar suara kedua orang tuanya saling berteriak satu sama lain, bunyi beberapa barang yang pecah, suara tangisan Ibunya yang kesakitan.

Suara piring yang pecah mampu menembus suara lagu yang Sunghoon dengar, lelaki itu menggeram, dia segera melepaskan headphone yang dia pakai. Sunghoon membuka lemari pakaiannya, mengambil tongkat baseball yang dia simpan di bagian lemari paling bawah, dengan langkah lebar lelaki itu membuka pintu kamarnya kasar. Sunghoon bisa melihat dengan jelas kedua orang tuanya masih beradu argumen di depan pintu kamar mereka. Sunghoon mengangkat tongkat baseball yang dia bawa kemudian memukul keras vas bunga besar yang berada di sisi sofa ruang tengah sehingga menimbulkan suara keras yang membuat kedua orang tuanya menoleh. Serpihan kaca dari vas bunga itu berserakan di lantai dan sedikit mengenai wajah Sunghoon.

 Serpihan kaca dari vas bunga itu berserakan di lantai dan sedikit mengenai wajah Sunghoon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"KENAPA NGGAK CERAI DARI DULU?!!!" pekik Sunghoon hingga tubuhnya bergetar.

Mendengar teriakan sang anak, Ayah Sunghoon menggeram, dia berjalan cepat kemudian saat sampai di depan Sunghoon tangannya terangkat menampar pipi anaknya itu cukup kuat hingga mampu membuat Sunghoon terhuyung dan terduduk bersamaan dengan telapak tangannya yang tergores dengan serpihan kaca vas bunga di lantai itu. Rasa sakit di pipi dan tangannya tidaklah begitu terasa jika dibandingkan dengan sakit di hatinya.

Sunghoon menatap tajam kedua orang tuanya, tidak ada yang merengkuhnya sekarang, keduanya pergi, Ibunya masuk ke kamar dan Ayahnya meninggalkan rumah. Sunghoon masih terduduk disana, lelaki itu menangis hingga tubuhnya kembali bergetar hebat sama seperti tadi saat dia berteriak.

Lelaki itu segera mencabut serpihan vas bunga yang menusuk telapak tangannya, rasanya sedikit perih, lelaki itu berdiri berjalan sempoyongan menuju ke dalam kamarnya dan masuk ke kamar mandi, mencuci wajah dan telapak tangannya sambil meringis kesakitan. Air yang mengalir dari kran diwastafel ikut memerah karena darah ketika menyentuh telapak tangan Sunghoon. Sunghoon menatap dirinya dicermin, sering kali dia merasa dirinya sangatlah menyedihkan, rasanya tak ingin terlahir dari kedua orang tuanya yang kekanakan itu.

Sunghoon mengambil kotak P3K dilaci wastafel, dia segera membukanya dan mengobati luka ditangan kanannya itu, agak sulit karena Sunghoon bukanlah kidal. Sesekali meringis karena tampaknya luka itu cukup dalam menembus kulitnya. Setelah mengobati luka di telapak tangan dan wajahnya, serta berganti pakaian yang sudah terkena darahnya sendiri itu, Sunghoon kembali ke atas tempat tidur, membaringkan dirinya disana, matanya hanya menatap langit-langit kamarnya dalam diam.







Wony duduk di salah satu kursi yang ada di taman kampus, kursi itu berhadapan langsung dengan parkiran kendaraan, gadis itu memakai earphonenya sambil membaca sebuah buku ditangannya. Hari ini Wony datang lebih awal dari biasanya, tidak ada alasan khusus hanya ingin saja. Tak lama gadis itu menutup bukunya, kemudian memijit lehernya pelan akibat pegal menunduk sejak tadi. Begitu Wony mendongak, dia bisa melihat 7 orang yang datang dengan sepeda motor mereka, memarkirkan motor mereka bersebelahan karena pagi hari ini tempat parkir masih sepi.

Wony menyipitkan matanya ketika melihat tangan kanan Sunghoon yang dililit perban, tanpa berpikir lagi, gadis itu memasukkan semua bawaannya kedalam totebag kemudian setengah berlari menuruni tangga yang langsung menuju ke parkiran.

"Kak Sunghoon!" panggilnya, membuat ketujuh lelaki disana menoleh padanya. Namun mata Wony hanya tertuju pada lengan Sunghoon.

Sunghoon yang menyadari tatapi Wony hanya diam, dia menatap teman-temannya dan memberikan kode agar mereka pergi lebih dulu.

"Tangan Kakak kenapa?" tanya gadis itu khawatir.

Padahal Sunghoon sudah berkali-kali berkata pada Wony kalau Sunghoon bukan urusannya tapi nyatanya gadis itu jauh lebih keras kepala dibandingkan Sunghoon.

"Cuma luka kecil." jelas Sunghoon datar.

Tangan Wony refleks terangkat memegangi wajah Sunghoon ketika melihat goresan di bawah mata kiri lelaki itu. Sunghoon tentu terkejut dengan pergerakan tangan gadis itu, namun kali ini dia membiarkannya saja, sudah agak malas melarang Wony yang keras kepala itu.

"Kakak berantem?" tanya gadis itu, tangannya masih mengelus wajah tampan Sunghoon yang terluka.

Sunghoon meraih jemari Wony yang membelai halus wajahnya, lelaki itu menjauhkannya pelan-pelan, mana mungkin Sunghoon tidak berdebar jika gadis itu menyentuh wajahnya lembut, Sunghoon tetaplah lelaki normal yang bisa berdebar dalam kondisi seperti ini. Lelaki itu menggeleng untuk menjawab pertanyaan Wony, sedangkan tangannya masih setia menggenggam jemari Wony dibawah sana.

Wajah khawatir Wony saat ini tidak pernah Sunghoon sadari sebelumnya, bola mata bulat yang berair, bibir mungil yang sedikit dia tekuk, sungguh membuat Sunghoon melemah. Lelaki itu menarik tubuh Wony semakin dekat kemudian memeluk gadis itu dalam diam. Jujur saja, hal ini lah yang Sunghoon butuhkan sepanjang hidupnya. Sebuah pelukan.

Wony menenggelamkan wajahnya di dada bidang Sunghoon, tangan gadis itu terangkat menepuk pelan punggung Sunghoon. "Walaupun aku nggak tau apa yang terjadi, aku yakin semuanya pasti bakalan jadi baik-baik aja nantinya, Kak." tutur Wony lembut, entah kenapa perkataan gadis di dalam pelukannya itu mampu menenangkan hati Sunghoon, lelaki itu menghirup wangi stroberi dari surai hitam pekat milik Wony, rasanya menyenangkan.

" tutur Wony lembut, entah kenapa perkataan gadis di dalam pelukannya itu mampu menenangkan hati Sunghoon, lelaki itu menghirup wangi stroberi dari surai hitam pekat milik Wony, rasanya menyenangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Let Me In | Sunghoon - WonyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang