In the Eye of the Storm

294 45 14
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit sore mulai gelap, diselimuti awan kelabu yang menggantung rendah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit sore mulai gelap, diselimuti awan kelabu yang menggantung rendah. Hujan yang tadinya hanya gerimis kini berubah menjadi deras, suara gemericik memenuhi udara seperti ritme yang mengusik ketenangan hati Valerine. Dia mempercepat langkahnya, kegelisahan menyelimuti pikirannya, seperti firasat buruk yang tak bisa dia abaikan. Suasana parkiran yang sepi, meskipun Armand berjalan beberapa langkah di belakangnya, terasa mencekam, semakin memperparah kecemasannya.

Saat Valerine mencapai mobilnya, tangannya gemetar ketika merogoh tasnya untuk mencari kunci. Namun, sebelum sempat mengeluarkannya, suara langkah kaki berat terdengar, menggema di antara kesunyian parkiran. Armand langsung memasang sikap siaga, wajahnya yang tadinya tenang berubah tegang.

"Ms. Valerine, cepat masuk ke dalam mobil!" bisik Armand dengan nada yang tidak bisa dibantah, penuh kewaspadaan. Valerine melihat Armand melangkah maju, tubuhnya menjadi perisai di antara dia dan sumber suara itu. Namun sebelum Valerine sempat bergerak, sebuah bayangan muncul dari kegelapan—Dominic, dengan ekspresi marah dan penuh kegilaan, tampak lebih mengancam daripada sebelumnya.

Dalam sekejap, Dominic mengayunkan tongkat logam ke arah Armand. Suara benturan keras yang dihasilkan seolah membekukan waktu. Armand jatuh ke tanah dengan suara yang menyakitkan, darah mengalir deras dari luka di kepalanya. Tubuhnya terkapar tanpa daya di aspal basah.

"Armand!" teriak Valerine, tubuhnya membeku melihat Armand tergeletak tak bergerak. Tatapannya bertemu dengan mata Dominic yang dipenuhi dengan kemarahan dan obsesi yang mencekam. Sebelum Valerine sempat bereaksi, Dominic menerkamnya, menutup mulutnya dengan tangan kasar, membungkam teriakannya yang tertahan.

Dengan satu tarikan keras, Dominic menyeret Valerine menjauh dari mobil, ke dalam bayangan di antara kendaraan yang terparkir. Ketakutan melumpuhkan tubuh Valerine saat dia merasakan cengkeraman Dominic semakin kuat di pinggangnya, seperti belenggu baja yang tak bisa dilawan.

"Lepasin aku! What the hell are you doing?!" Valerine meronta, menendang liar, tetapi kekuatannya seakan tidak berarti di hadapan kekejaman Dominic.

"Berhenti melawan, Valerine!" Dominic membentak, suaranya mengandung ancaman yang menakutkan. Dengan kasar, dia memelintir pergelangan tangan Valerine, rasa sakit menjalar cepat hingga membuat tubuhnya gemetar.

CollideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang