Valerine yang kaget mendengar ucapan Sabda langsung memutar tubuhnya dengan cepat, wajahnya sedikit meringis saat merasakan pergerakan tiba-tiba itu. Sabda langsung berubah khawatir, matanya memancarkan rasa cemas. Namun sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Valerine dengan cepat mencubit bibir tebalnya, menyuruhnya diam. Melihat ekspresi Sabda yang masih khawatir, Valerine berusaha menenangkannya, "Aku nggak apa-apa, kamu nggak nyakitin aku. Cuma kaget aja, terlalu cepet," ucapnya dengan nada tenang namun lembut, mencoba meredakan ketegangan di antara mereka.
Sabda mengangguk pelan, meskipun rasa bersalah masih tampak di wajahnya. Tubuh mereka masih begitu dekat, Valerine bersandar di dada Sabda, menatap wajahnya dengan ekspresi yang campur aduk antara bingung dan terkejut. Dia tak bisa percaya dengan apa yang baru saja dia dengar dari Sabda.
"Kamu beneran ngajakin aku nikah saat kita seperti ini?" tanya Valerine dengan nada setengah heran, matanya mengamati Sabda seolah mencari kepastian di balik ucapan spontan itu.
Sabda hanya mengangguk pelan, ekspresi wajahnya berubah lembut dan polos, jauh berbeda dari sosok gaharnya beberapa menit yang lalu. "Kamu nggak mau nikah sama aku?" tanyanya, suaranya terdengar pelan, hampir seperti bisikan yang dipenuhi keraguan.
Dahi Valerine berkerut mendengar pertanyaan Sabda, bukan karena dia tidak ingin menikah dengannya, tapi karena situasinya terasa tidak tepat untuk pembicaraan serius seperti ini. Dia menarik napas panjang, berusaha menenangkan pikirannya. Perlahan, Valerine duduk kembali, tangannya meraba-raba mencari bajunya. Tidak menemukan miliknya, dia akhirnya mengambil kaos Sabda yang tergeletak di dekat mereka dan tanpa banyak kata, langsung mengenakannya sebelum berdiri.
Sabda ikut duduk, ekspresinya semakin bingung dan cemas, memandangi Valerine dengan tatapan penuh keraguan. "Kamu beneran nggak mau nikah sama aku?" tanyanya sekali lagi, kali ini suaranya terdengar lebih penuh ketidakpastian, seolah takut akan jawabannya.
Valerine berhenti sejenak, menatap Sabda dengan sorot mata yang lebih tegas. Wajahnya terlihat tenang di luar, namun ada kekesalan yang jelas terpancar dalam matanya. "Coba kamu pikirin dulu aja deh, Da," ujar Valerine sambil berusaha menahan emosinya. Tanpa berkata lagi, dia berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Sabda di ruang tamu sendirian.
Sabda segera berdiri, mengenakan celananya dengan cepat, lalu mengejar Valerine. Dia menemukan Valerine di kamar mandi, sedang membersihkan dirinya. Saat melihat Sabda masuk, Valerine mengangkat kepalanya dengan wajah yang semakin kesal. "Can I have some privacy here?" ucapnya dengan nada tajam.
Sabda mendengus, jelas terlihat emosinya mulai tersulut oleh sikap Valerine yang menjauh. "Like I haven't been inside you just ten minutes ago," balasnya dengan nada yang lebih frontal, kata-katanya keluar tanpa disaring.
Wajah Valerine langsung berubah, matanya memancarkan kemarahan. "Get out!" bentaknya, suaranya penuh dengan kemarahan yang tertahan. Dia menatap Sabda dengan tatapan tajam yang jelas mengatakan bahwa dia sudah melewati batas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Collide
Storie d'amoreValerine Zevanya Atmaja dan Banyu Sabda Wiratama terikat dalam hubungan palsu, meski keduanya sama-sama terluka oleh masa lalu. Valerine, yang tak percaya pada cinta, dan Sabda, yang dingin dan penuh luka batin, harus berpura-pura sebagai pasangan s...