Valerine terbangun dengan sebuah erangan kecil yang tanpa sengaja keluar dari mulutnya. Cahaya terang menyusup dari jendela, membanjiri ruangan, tapi tempat di sebelahnya kosong; Sabda tak lagi berada di sana. Valerine menarik napas panjang, lelah, meski baru saja bangun tidur. Di usia kandungannya yang kini memasuki bulan kelima, bubs sangat aktif di malam hari, membuat Valerine sering kesulitan tidur. Seolah tak cukup dengan aktivitas bubs sendiri, suara Sabda pun seperti pemicu tambahan—entah mengapa, mendengar suara ayahnya bisa membuat bubs lebih semangat bergerak dan menendang, mengusik setiap bagian dari tubuh Valerine yang mungkin masih terasa nyaman.
Perlahan, dia bergeser, memandang langit-langit dengan tatapan kosong dan mengumpulkan energi untuk memulai harinya. Tak ada jadwal pekerjaan hari ini, jadi setidaknya dia bisa bersantai, meski tubuhnya terus mengingatkan betapa lelahnya ia. Sabda kemungkinan besar sudah pergi sejak pagi, mengingat seprai di sisinya telah lama dingin. Sepertinya, hari ini hanya akan dia habiskan sendirian di rumah, menikmati waktu malas-malasan yang jarang didapatkan.
Dengan hati-hati, Valerine bangun dari tempat tidur. Dia bersandar sejenak di dipan sebelum benar-benar menjejakkan kaki ke lantai. Valerine memutuskan untuk memulai rutinitasnya dengan mandi terlebih dahulu. Selesai mengosok gigi, mata Valerine terpaku pada bathtub di ujung kamar mandi. Rasa rindu untuk berendam air panas menyeruak, membayangkan pegal-pegal di tubuhnya hilang dalam kehangatan. Namun, dengan kandungannya yang semakin besar, berendam adalah salah satu kemewahan yang harus ditinggalkan sementara. Risiko yang dapat membahayakan bubs terlalu besar, dan dia tak ingin mengambilnya.
Masih mengenakan bathrobenya Valerine berjalan ke dapur. Namun, ketika sampai di sana, matanya terbelalak mendapati pemandangan yang tak terduga. Di dapurnya, Alya dan Kemala tengah sibuk berbicara, terlihat seperti dalam diskusi yang cukup panas.
"Sejak kapan kalian ada di sini?" tanya Valerine, kebingungan dan sedikit kaget.
Keduanya segera berhenti berbicara, terkejut sejenak sebelum menoleh ke arahnya dengan senyum yang begitu lebar hingga Valerine langsung merasa curiga. "Kalian menyembunyikan sesuatu dariku, ya?" tanyanya dengan tatapan menyelidik.
Alya tertawa keras, sambil mengibaskan tangan. "Kita ini bukannya tersangka yang harus diselidiki, Le!" jawabnya, berusaha membuat suasana lebih ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Collide
RomanceValerine Zevanya Atmaja dan Banyu Sabda Wiratama terikat dalam hubungan palsu, meski keduanya sama-sama terluka oleh masa lalu. Valerine, yang tak percaya pada cinta, dan Sabda, yang dingin dan penuh luka batin, harus berpura-pura sebagai pasangan s...