Hari demi hari berlalu dengan penuh ketegangan dan kekhawatiran. Sabda dan Raka bekerja keras, berusaha memastikan bahwa kasus penculikan Valerine, kematian Dominic, serta video-video Valerine yang dimiliki Dominic, tidak pernah menjadi konsumsi publik. Mereka bergerak cepat, menghubungi semua pihak yang berpengaruh, dan Sabda rela menggelontorkan dana yang besar untuk meredam berita tersebut agar tidak bocor ke media. Dia tidak ingin menambah beban Valerine dengan tekanan dari publik yang bisa memperburuk keadaan mentalnya.
Sejak insiden itu, keadaan Valerine sangat rapuh. Rasa takut, trauma, dan rasa bersalah terus menghantui pikirannya. Sabda bisa merasakan betapa dalamnya luka Valerine, dan meskipun dia mencoba untuk tetap tenang di hadapannya, Sabda tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya yang semakin besar. Valerine membuat keputusan besar untuk meninggalkan apartementnya dan pindah ke apartemen Sabda. Valerine juga mengambil unpaid leave dari pekerjaannya. Keputusan itu bukanlah sesuatu yang mudah baginya. Dia tidak lagi merasa nyaman dengan kehidupannya yang lama, tempat di mana segala kenangan buruk dan trauma terus menghantui setiap langkahnya. Sabda meminta Alya atau Kemala untuk menemani Valerine disaat Sabda harus pergi keluar, tidak berani meninggalkan dia sendirian. Mereka mencoba untuk tidak memaksanya untuk segera bangkit atau kembali normal. Mereka hanya ada di sana, menjadi jangkar yang menahan Valerine agar tidak tenggelam lebih dalam dalam kesedihan dan rasa bersalah yang melandanya.
Namun, meski dikelilingi oleh orang-orang yang mencintainya, Valerine merasa sangat terisolasi. Dia yang dulu hanyalah seseorang yang biasa, tiba-tiba menjadi seorang yang harus berurusan dengan kenyataan bahwa dia telah mengakhiri hidup seseorang, meski dalam keadaan membela diri. Beratnya kenyataan itu membuat Valerine merasa kosong, seolah kehilangan arah dalam hidupnya.
Untuk kasus kematian Dominic, kasusnya masih terus berjalan dan Sabda sudah melakukan yang terbaik yang dia bisa. Dia telah mencapai kesepakatan dengan keluarga Dominic dan istrinya, dengan janji bahwa mereka tidak akan menuntut Valerine atas kejadian ini. Semua ini terjadi karena kegilaan Dominic, dan mereka pun tampaknya menyadari hal tersebut. Meski demikian, Sabda tahu bahwa dampak emosional dari kejadian ini tidak akan hilang begitu saja dari kehidupan Valerine.
Namun pagi itu, Dion dan Raka datang ke kantor Sabda dengan wajah serius, membawa kabar penting. "Valerine harus memberikan kesaksian atas kasus ini," ucap Dion pelan namun tegas. Sabda menatapnya dengan mata yang penuh kelelahan dan kekhawatiran. Sejenak, ia terdiam sebelum akhirnya menarik napas panjang, berusaha menyerap situasi yang semakin rumit ini.
"Kasus ini dianggap sebagai pembelaan diri," lanjut Dion dengan nada yang mencoba memberi sedikit harapan. "Jadi, secara hukum, Valerine seharusnya tidak akan mendapat hukuman pidana."
Sabda menggeleng pelan, matanya tampak penuh rasa frustasi. "Apa gak bisa gue aja yang jadi saksi? Gue juga ada di lokasi kejadian," ujarnya, nada suaranya penuh harap. Dia tahu betapa beratnya bagi Valerine untuk mengingat kembali semua kejadian itu. "Gue gak yakin Valerine bisa jadi saksi saat ini, mengingat keadaan mentalnya yang masih kurang sehat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Collide
RomantikValerine Zevanya Atmaja dan Banyu Sabda Wiratama terikat dalam hubungan palsu, meski keduanya sama-sama terluka oleh masa lalu. Valerine, yang tak percaya pada cinta, dan Sabda, yang dingin dan penuh luka batin, harus berpura-pura sebagai pasangan s...